TRADHISI NYADRAN ING PESAREAN MBAH BUYUT KI SARENGAT DESA TLANAK KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN
(TINTINGAN FOLKLOR)
NYADRAN TRADITION AT THE GRAVE OF MBAH BUYUT KI SARENGAT, TLANAK VILLAGE, KEDUNGPRING DISTRICT, LAMONGAN DISTRICT
(Review of Folklore)
TRADHISI NYADRAN PADA MAKAM MBAH BUYUT KI SARENGAT DESA TLANAK KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN
(Tintingan Folklor)
Nama : Mohamad Fuji Susanto
NIM : 20020114078
Jurusan : S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa
Nama Lembaga : Universitas Negara Surabaya
Pambimbing : Yohan Susilo, S.Pd., M.Pd.
Tahun : 2024
Masyarakat Jawa merupakan salah satu suku yang mempunyai pendukung paling banyak. Jika dilihat dari urutan masyarakat Jawa berada pada urutan nomor enam. Masyarakat Jawa merupakan suku yang mempunyai banyak pendukung dan mempunyai budaya yang heterogen, mulai dari budaya Jawa yang beragam, mulai dari budaya Jawa Tengah hingga Jawa Timur. Keanekaragaman budaya tersebut dapat berupa unsur makanan khas daerah masing-masing, upacara adat setempat, kesenian rakyat tradisional, seni vokal, pakaian adat, dan lain sebagainya. Masyarakat tidak dapat lepas dari kebudayaan, mempunyai keterkaitan erat yang tidak dapat dipisahkan dan tidak dapat dipisahkan. Pada masa masyarakat Jawa mempunyai banyak warna. Tradisi Nyadran pada makam Mbah Buyut Ki Sarengat merupakan salah satu unsur kebudayaan yang mencakup kajian cerita rakyat lisan. Cerita rakyat lisan yang masih banyak di Lamongan, salah satunya adalah Tradisi Nyadran pada Makam Mbah Buyut Ki Sarengat. Tradisi ini sudah ada sejak lama dan masih berkembang karena masyarakat dan pemerintah daerah juga ikut terlibat dalam mendukung keberadaan tradisi ini, sehingga tradisi ini masih dilakukan setahun sekali.
Tradisi Nyadran pada Makam Mbah Buyut Ki Sarengat merupakan salah satu folklor setengah lisan yang masih sering dilakukan oleh masyarakat Desa Tlanak, Kecamatan Kedungpring, Kabupaten Lamongan. Tradisi Nyadran pada Makam Mbah Buyut Ki Sarengat dilakukan untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menghormati Mbah Buyut Ki Srengat sebagai sesepuh Desa Tlanak. Rumusan masalah penelitian ini yaitu bagaimana awal mulanya, urutan acara, ubarampe dan maknanya, fungsinya, kepercayaan masyarakat, perubahan tradisi, dan bagaimana upaya pelestariannya. Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini yaitu konsep, masrakat jawa, konsep kebudayaan jawa, konsep foklor, konsep tradisi jawa, konsep foklklor setengah lisan, konsep makna, konsep fungsi, konsep perubahan dalam tradisi, konsep cara melestarikan, dan konsep kepercayaan. Dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menjelaskan Tradisi Nyadran Pada Makam Mbah Buyut Ki Sarengat yang menggunakan Tintingan Folklor. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Sumber dan penelitian yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan dokumentasi.
Rangkaian acara tradisi nyadran terbagi dalam tiga rangkaian, yaitu persiapan (pembentukan panitia, penyiapan tempat, dan mendirikan tenda), pelaksanaan (berdoa bersama, pawai, pertunjukan wayang tenghul, pembagian berkat), dan penutupan (membersihkan tempat acara, pembubaran panitia, dan pelaporan dana). ubarampe yang harus dipersiapkan dalam tradisi nyadran adalah ubarampe sesaji dan ubarampe berkat. Tradisi Nyadran Pada Makam Mbah Buyut Ki Sarengat mempunyai fungsi yang berguna seperti sebagai sistem proyeksi, pengesahan budaya, sarana pendiidkan, dan sarana mendirikan norma masyarakat. juga mempunyai kepercayaan yang diyakini masyarakat Desa Tlanak seperti kepercayaan bermain dadu, kepercayaan mengambil berkat, serta adanya perubahan tata laksana acara dan ubarampe. Hal ini terjadi karena ada unsur baru yang mempengaruhinya. Oleh karena itu, harus ada upaya pelestarian yang digunakan untuk mengembangkan Tradisi Nyadran pada Makam Mbah Buyut Ki Sarengat agar tidak hilang termakan oleh perkembangan zaman.
Kata Kunci: Tintingan Folklor, Tradisi Nyadran, Kapitayan, Mbah Buyut Ki Srengat
Name : Mohamad Fuji Susanto
Major : Bachelor of Javanese Language and Literature Education
institution name : State University of Surabaya
Counselor : Yohan Susilo, S.Pd., M.Pd.
Year : 2024
Javanese people are one of the tribes that have the most supporters. If you look at the order of Javanese society, it is at number six. Javanese people are an ethnic group that has many supporters and has a heterogeneous culture, starting from various Javanese cultures, from Central Javanese culture to East Javanese culture. This cultural diversity can take the form of elements of typical regional food, local traditional ceremonies, traditional folk arts, vocal arts, traditional clothing, and so on. Society cannot be separated from culture, it has a close connection that cannot be separated and cannot be separated. At that time, Javanese society had many colors. The Nyadran tradition at the grave of Mbah Buyut Ki Sarengat is a cultural element that includes the study of oral folklore. There are still many oral folk tales in Lamongan, one of which is the Nyadran Tradition at the Tomb of Mbah Buyut Ki Sarengat. This tradition has been around for a long time and is still developing because the community and local government are also involved in supporting the existence of this tradition, so this tradition is still carried out once a year.
The Nyadran tradition at the grave of Mbah Buyut Ki Sarengat is a semi-oral folklore that is still often practiced by the people of Tlanak Village, Kedungpring District, Lamongan Regency. The Nyadran tradition at the grave of Mbah Buyut Ki Sarengat is carried out to express gratitude to God Almighty and respect Mbah Buyut Ki Srengat as an elder of Tlanak Village. The formulation of this research problem is how it started, the sequence of events, ubarampe and its meaning, its function, community beliefs, changes in traditions, and how to preserve it. The concepts used in this research are the concept of Javanese society, the concept of Javanese culture, the concept of folklore, the concept of Javanese tradition, the concept of semi-oral folklore, the concept of meaning, the concept of function, the concept of change in tradition, the concept of how to preserve it, and the concept of belief. And the aim of this research is to describe and explain the Nyadran tradition at the grave of Mbah Buyut Ki Sarengat who uses it Review of Folklore. The method used in this research is a qualitative descriptive method. The sources and research used are primary data and secondary data. The data collection techniques used were interviews and documentation.
The series of Nyadran traditional events is divided into three series, namely preparation (forming a committee, preparing the place, and setting up a tent), implementation (praying together, parade, wayang thengul performance, distribution of blessings), and closing (cleaning the event venue, disbanding the committee, and reporting fund). The ubarampe that must be prepared in the Nyadran tradition are the ubarampe offerings and ubarampe blessings. The Nyadran tradition at the grave of Mbah Buyut Ki Sarengat has useful functions such as a projection system, cultural validation, educational facilities, and a means of establishing societal norms. also have beliefs that are believed by the people of Tlanak Village, such as the belief in playing dice, the belief in taking blessings, as well as changes in the management of events and ubarampe. This happens because there are new elements that influence it. Therefore, there must be preservation efforts used to develop the Nyadran Tradition at the Tomb of Mbah Buyut Ki Sarengat so that it is not lost to the changing times.
Keywords: Folklore Review, Nyadran Tradition, Belief, Grandmother Buyut Ki Srengat