Modal Sosial Pedagang Toko Kelontong Madura di Perantauan
Social Capital of Madura Grocery Store Traders Overseas
Toko kelontong Madura menjadi salah satu usaha yang mayoritas digeluti oleh orang Madura di perantauan. Fenomena tersebarnya toko kelontong Madura tepatnya di Kelurahan Ketintang tentu menjadi sorotan, sebab dalam mendirikan toko kelontong Madura diperlukan adanya modal sosial. Di dalam modal sosial terdapat elemen-elemen yang terdiri dari nilai dan norma, kepercayaan, serta jaringan untuk menjadi langkah keberlangsungan toko kelontong Madura. Tujuan penelitian ini untuk mennganalisa tiga elemen dari modal sosial yang berupa nilai dan norma, kepercayaan, serta jaringan yang diterapkan pada pedagang toko kelontong Madura di perantauan. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Ketintang, Kecamatan Gayungan, Surabaya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pengambilan data secara purposive sampling. Teori yang diterapkan pada penelitian ini ialah modal sosial Fukuyama. Pemilihan subjek penelitian memilih pedagang toko kelontong Madura yang telah menetap dan berdagang lebih dari satu tahun dan asal daerah dari Kabupaten Sumenep. Teknik pengumpulan data yang diterapkan berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian memaparkan bahwa nilai dan norma pada pedagang toko kelontong Madura merupakan hasil dari pengilhaman perantau Madura yang berasal dari kitab suci Al-quran, kultur, dan tradisi, sehingga menjadi modal dalam membangun kepercayaan dan jaringan. Kepercayaan yang dibangun oleh pedagang berguna untuk membangun rasa percaya antar pembeli pada sata bertransaksi dan sesama pedagang untuk memelihara interaksi sosial. Namun pada jaringan sendiri masih lemah pada sesama pedagang karena berdirinya toko kelontong Madura di Kelurahan Ketintang didominasi jaringan kekeluargaan serta tidak ditemukan komunitas sebagai penaung keberadaan pedagang toko kelontong Madura di Kelurahan Ketintang.
Kata Kunci: toko kelontong Madura, modal sosial, perantauan
The Madura grocery store is one of the businesses that the majority of Madurese overseas do. The phenomenon of the spread of Madura grocery stores to be precise in the Ketintang Village is certainly a highlight, because establishing a Madura grocery store requires social capital. Within social capital there are elements consisting of values and norms, trust, and networks to become a step towards the sustainability of a Madura grocery store. The purpose of this study is to analyze the three elements of social capital in the form of values and norms, trust, and networks that are applied to Madurese grocery store traders overseas. This research was conducted in the Ketintang Village, Gayungan District, Surabaya. This study used a qualitative method by collecting data by purposive sampling. The theory applied in this study is Fukuyama's social capital. The selection of research subjects chose Madura grocery store traders who have lived and traded for more than one year and are from the area of Sumenep Regency. Data collection techniques applied in the form of observation, interviews, and documentation. The results of the study explain that the values and norms of Madurese grocery store traders are the result of the inspiration of Madurese immigrants who originate from the holy book of the Koran, culture and traditions, so that they become capital in building trust and networks. Trust built by traders is useful for building trust between buyers in one transaction and fellow traders to maintain social interaction. However, the network itself is still weak among merchants because the establishment of a Madura grocery store in the Ketintang sub-district is dominated by kinship networks and there is no community to shelter the existence of the Madurese grocer in the Ketintang sub-district.
Keywords: Madura grocery store, social capital, overseas