ABSTRAK
Desy Irmayanti, 2013. Tindak Direktif dalam Kalimat Deklaratif Bahasa Jepang dalam Serial Drama Jepang. Tesis, Program Studi Pendidikan Bahasa, Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya. Pembimbing: (1) Roni, M.Hum., M.A., Ph.D., dan (2) Dr. Suhartono, M.Pd.
Kata-kata Kunci: tindak direktif, kalimat deklaratif, strategi kesantunan.
Pragmatik adalah studi tentang makna yang melibatkan tiga segi (triadic) yang disampaikan oleh penutur dan ditafsirkan oleh lawan tutur. Penelitian ini bertujuan mengkaji tindak direktif dalam kalimat deklaratif bahasa Jepang dalam serial drama Jepang berjudul Sapuri dan Osen yang meliputi (1) bentuk tindak direktif, (2) makna tindak direktif, dan (3) strategi kesantunan dalam penyampaian tindak direktif.
Penelitian dengan pendekatan kualitatif ini, menggunakan metode dokumentasi untuk mengumpulkan data yang berasal dari dialog antar tokoh dalam serial drama Jepang Sapuri dan Osen. Melalui metode pencatatan, bentuk tindak direktif dalam kalimat deklaratif dapat ditentukan. Sedangkan untuk makna tindak direktif dan startegi kesantunan dalam menuturkan tindak direktif dapat diperoleh melalui metode observasi.
Berkaitan dengan hal tersebut, hasil penelitian menunjukkan (1) bentuk tindak direktif dalam kalimat deklaratif bahasa Jepang dalam serial drama Jepang (sesuai dengan urutan yang terbanyak) adalah dantei, suiryou, utagai, dan ketsui. Tidak ditemukan data untuk bentuk kandou. (2) makna tindak direktif dalam kalimat deklaratif bahasa Jepang dalam serial drama Jepang adalah makna permintaan, makna usulan, dan makna perintah. (3) strategi kesantunan tindak direktif dalam kalimat deklaratif bahasa Jepang dalam serial drama Jepang adalah memberi petunjuk yang berhubungan (give association clues), memberi petunjuk (give hints), praanggapan (presuppose), menggunakan tautologi (use tautologies), mengecilkan (under state), menggunakan retorika (use rhetorical questions), melebihkan (overstate), menggunakan kontradiksi (use contradiction), menggunakan metafora (use metaphors), samar (be vague), tidak lengkap atau menggunakan elipsis (be incomplete, use ellipsis), menggunakan ironi (be ironic), dan umum (over generalize). Tidak ditemukan data untuk strategi ambigu (Be Ambiguous) dan mengganti lawan bicara (displace hearer).
Dapat disimpulkan bahwa dalam kedua film tersebut mempunyai bentuk dan makna yang berbeda-beda sesuai dengan konteksnya. Dari tuturan-tuturan tersebut dapat diketahui bahwa strategi yang banyak digunakan adalah strategi memberi petunjuk yang berhubungan (give association clues) .
ABSTRACT
Desy Irmayanti, 2013. Directive Utterances in Japanese declarative sentences of Japanese Drama. Thesis, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra, Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya. Promotor: (1) Roni, M.Hum., M.A., Ph.D., dan (2) Dr. Suhartono, M.Pd.
Keywords: directive utterance, declarative sentence, politeness strategy
Pragmatics is the study of meaning which is involved three aspects (triadic) spoken by the speaker or the writer and translated by the listener or the reader. This study aim at analyzing the directive utterance in the dialog of the characters in Japanese drama called Sapuri and Osen including (1) the form of directive utterances, (2) the meaning of directive utterances, and (3) politeness strategy in the delivery of directive utterances.
The study which uses the qualitative method, applies documentation method in collecting the data from the dialogue of the characters in Japanese drama called Sapuri and Osen. By using recording method, the form of directive utterances can be determined. Meanwhile, the meaning and politeness strategy of directive utterances are obtained by observation method.
The result of the study shows that (1) the forms of directive utterances in Japanese declarative sentences of Japanese Drama (according to the most spoken) is dantei, suiryou, utagai, dan ketsui. There are no data found on kandou forms; (2) the meaning of directive utterances is request, suggestions, and command; and (3) politeness strategy which is the most spoken in both drama is give association clues, give hints, presuppose, use tautologies, under state, use rhetorical questions, overstate, use contradiction, use metaphors, be vague, be incomplete or use ellipsis, be ironic, and over generalize. No data are found for be ambiguous and displace hearer of politeness strategy.
Therefore it can be concluded that the speeches in both dramas have different kind of forms and meaning depending on the context. From the speeches it is known that give association clues is widely used in politeness strategy.