The jawapos.com Discourse on the Sukmawati Poetry Controversy (a Norman Fairclough Critical Discourse Analysis Study)
Analisis wacana kritis Norman Faiclough merupakan satu diantara kajian wacana yang kompleks. Faiclough memiliki titik perhatian mengenai bahasa sebagai praktik kekuasaan. Ia menghubungkan teks yang mikro dengan konteks masyarakat yang makro. Hal itu bermaksud mengaitkan antara adanya teks dengan peran konteks yang ada disekitarnya. Berikut beberapa bentuk atau sifat teks yang dapat dianalisis dalam membongkar makna melalui representasi. 1) Aspek diksi, bentuk analisis yang dilakukan terhadap kata-kata kunci yang dipilih dan digunakan dalam teks. 2) Tata bahasa, analisisnya ditekankan pada sudut pandang klausa yang terdapat dalam wacana. 3) Kohesi koherensi, aspek tersebut untuk menunjukkan cara klausa dibentuk hingga menjadi dimensi tekstual, dan cara kalimat dibentuk hingga membentuk satuan yang lebih besar. Penelitian tersebut menggunakan metode kualitatif dengan hasil deskripsi yang menggunakan kalimat, kutipan isi berita, dan kutipan dialog yang terdapat pada sumber data. Hasil penelitian ini dapat dilihat pada simpulan sebagai berikut: (1) Pada analisis diksi, ditemukan bahwa kedelapanbelas berita yang diterbitkan jawapos.com menggambarkan Puisi Sukmawati sebagai sesuatu yang salah dan menimbulkan polemik di masyarakat (2 Pada analisis tata bahasa, pada tingkatan bentuk proses, 17 berita digambarkan sebagai tindakan dan satu berita digambarkan sebagai peristiwa. Sedangkan, pada tingkatan bentuk partisipan, Sukmawati ditampilkan sebagai actor pelaku di 18 berita. (3) Pada analisis kohesi-koherensi pembaca dihubungkan dengan politisi, organisasi masyarakat, Majelis Ulama Indonesia, dan Kepolisian. Fakta bahwa Sukmawati adalah putri dari Presiden Soekarno juga dimunculkan pada berita ketujuh dan kedelapan belas. Berdasarkan hasil analisis diksi, tata bahasa, dan kohesi-koherensi, dapat ditemukan kerangka atau struktur wacana yang dimunculkan oleh Jawapos.com. Struktur wacana tersebut yakni Sukmawati digambarkan sebagai seseorang yang bersalah atas tindakan penulisan dan pembacaan puisi yang menyinggung umat islam dan menjadi polemik di masyarakat.
Norman Faiclough's critical discourse analysis is one of the most complex discourse studies. Faiclough has a point of concern regarding language as a practice of power. It connects micro texts with the macro context of society. It was intended to link the existence of the text with the role of the context around it. There are several forms or properties of text that can be analyzed in uncovering meaning through representation. 1) diction analysis, a form of analysis carried out on key words selected and used in the text. 2) Grammar, this analysis is emphasized on the point of view of the clauses contained in the discourse. 3) Coherence cohesion, this analysis is intended to show how clauses are formed to become textual dimensions, between them: sentences, and how sentences are formed to form larger units. This study uses qualitative methods with descriptive results using sentences, news content excerpts, and dialogue quotes contained in the data source. The results of this study can be seen in the following conclusions: (1) In the diction analysis, it was found that the eighteen news published by jawapos.com described Sukmawati Poetry as something wrong and caused polemics in the community (2 In grammatical analysis, at the level of the process form, 17 news stories are described as actions and one news story is described as events, whereas, at the level of participant form, Sukmawati is shown as actor actors in 18 news items. The fact that Sukmawati is the daughter of President Soekarno was also raised in the seventh and eighteenth news, based on the analysis of diction, grammar, and cohesion-coherence, the framework or structure of discourse raised by Jawapos.com can be found. as someone who is guilty of acts n Writing and reciting poetry that offends Muslims and becomes polemic in society.