REPRESENTASI IDEOLOGI PENDIDIKAN ALTERNATIF DALAM FILM SOKOLA RIMBA
REPRESENTATION OF ALTERNATIVE EDUCATION IDEOLOGY IN SOKOLA RIMBA FILM
Film Sokola Rimba adalah film yang diangkat dari kisah nyata tentang perjuangan Butet Manurung dalam memberikan pendidikan bagi Suku Anak Dalam. Pendidikan dasar yang tidak menjauhkan Suku Anak Dalam dengan adatnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan ideologi pendidikan alternatif pada film Sokola Rimba. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode semiotika Charles S. Pearce. Analisis penelitian menggunakan segitiga semiotika Pierce Respresentasi, Objek, dan Interpretan. Hasil dari penelitian ini adalah Film Sokola Rimba menghadirkan tanda-tanda yang merepresentasikan ideologi pendidikan alternatif. Pendidikan alternatif yang dimaksud-kan adalah pendidikan yang paling dibutuhkan oleh yang terdidik. Pendidik dalam hal ini Butet Manurung memberikan materi pelajaran yang sangat dibutuhkan dan tidak jauh dari realitas Suku Anak Dalam. Pihak yang terdidik dalam film ini adalah anak-anak rimba. Bentuk sekolah yang ditunjukkan adalah yang tidak melawan adat dan kekuasaan. Melalui pendekatan yang tidak membuat anak-anak rimba ingin pergi keluar dari sukunya dengan menggunkan pendekatan yang humanis.
The film Sokola Rimba is a film based on a true story about Butet Manurungs struggle in providing education for the Anak Dalam Tribe. Basic education that does not alienate the Anak Dalam Tribe from their customs. The purpose of this research is to describe the alternative educational ideology in the film Sokola Rimba. This study used a qualitative approach with Charles S. Pearces semiotic method. The research analysis used the semiotic triangle of Pierce Representation, Object, and Interpretation. The result of this research is that the film Sokola Rimba presents signs that represent the ideology of alternative education. The alternative education in question is the education most needed by the educated. Butet Manurung provide much needed subject matter and are not far from the reality of the Anak Dalam Tribe. Those who are educated in this film are jungle children. The school form shown is one that does not oppose custom and power. Through an approach that does not make jungle children want to go out of their tribe by using a humanist approach.