Novel Kadang Suriname Sanak Merapi yang menceritakan kehidupan kaum diaspora Jawa di Belanda. Kaum diaspora yaitu korban dari adanya praktek kolonialisme di Indonesia. Walaupun hidup di luar negeri, namun perilakunya masih ada hubunganya dengan budaya Jawa. Tempat tinggalnya yang ada di Belanda juga memberi pengaruh tentang perilakunya. Yang jelas, kaum diaspora tersebut mempunyai dua identitas yang terpengaruh dari dua budaya yaiku budaya Jawa dan Belanda, sehingga mereka menaglami keambiguan tentang identitasnya. Masalah tersebut yang menarik perhatian untuk diteliti dengan mengutamakan bab identitas yang disandang oleh para tokoh dalam novel tersebut.
Teori yang digunaken yaitu teori poskolonial Stuart Hall yang menjelaskan tentang identitas kultural. Sedangkan, metode penelitian ini yaitu jenis metode deskriptif kualitatif. Dengan sumber primernya yaitu novel Kadang Suriname Sanak Merapi karya Fuji Riang Prastowo dan datanya yang berupa dialog antar tokoh, dan kalimat-kalimat atau paragraf yang ada didalam novel tersebut. Peneliti sendiri yang menjadi istrumen penelitian yang sesuai dengan metode yang digunakan. Data diambil dengan teknik study pustaka, sedangkan untuk menjelaskan data yaitu dengan cara mendeskripsikan data tersebut.
Hasil penelitian dibagi menjadi 4 yaitu, (1) ciri-ciri identitas kultural yang berupa kepercayaan, rasa nyaman, dan kebiasaan dari kaum diaspora dalam novel, (2) negosiasi identitas kultural dengan adanya proses translokasi dan konstruksi identitas ganda oleh kaum diaspora dalam novel, (3) transformasi identitas kultural dari kaum diaspora dalam novel yang didalamnya ada proses rekonstruksi dan dekonstruksi identitas Jawa, dan (4) identitas kultural pascakolonial dan ditemukan dua identitas kultural kaum diaspora dalam novel Kadang Suriname Sanak Merapi yaitu identitas Jawa-Suriname dan Jawa-Indies. Sedangkan, dalam penelitian ini disarankan untuk bisa menambah rasa cinta terhadap budaya leluhur dan terus mengutamakan rasa nasionalisme.
Kata kunci: identitas kultural, diaspora, negosiasi, transformasi
Novel Kadang Suriname Sanak Merapi tells the life of Javanese diaspora in the Netherlands. The diaspora is a victim of the practice of colonialism in Indonesia. Even though they live abroad, their behavior is still related to Javanese culture. His residence in the Netherlands also had an influence on his behavior. What is clear is that the diaspora has two identities that are affected by two Jaiku and Dutch cultural cultures, so that they embrace the ambiguity about their identity. These problems are of interest to be investigated by prioritizing the identity chapters carried by the characters in the novel.
The theory that is used is Stuart Hall's postcolonial theory which explains cultural identity. Meanwhile, this research method is a type of qualitative descriptive method. With the primary source, novels Kadang Sanak Merapi Suriname works by Fuji Riang Prastowo and the data in the form of dialogue between characters, and sentences or paragraphs in the novel. The researcher himself is the research instrument in accordance with the method used. Data is taken by library study techniques, while to explain data is by describing the data.
The results of the study were divided into 4, namely (1) the characteristics of cultural identity in the form of trust, comfort, and habits of the diaspora in the novel, (2) negotiating cultural identity with the translocation process and the construction of multiple identities by diasporas in the novel, (3) the transformation of cultural identity of the diaspora in the novel in which there is a process of reconstruction and deconstruction of Javanese identity, and (4) postcolonial cultural identity in the novel and found two cultural identities of the diaspora in the novel Kadang Suriname Sanak Merapi, namely the Javanese-Suriname and Javanese-Indies identity. Whereas, in this study it was suggested to be able to add love to ancestral culture and continue to prioritize a sense of nationalism.
Keywords: cultural identity, diaspora, negotiation, transformation