Representasi Hegemoni dalam Catatan Harian Kike Wadatsumi no Koe (Kajian Analisis Wacana Kritis)
Hegemony Representation in Diary Kike Wadatsumi no Koe (Critical Discourse Analysis Study)
ABSTRAK
Ismi Prihandari. 2021. Representasi Hegemoni dalam Catatan Harian Kike Wadatsumi no Koe (Kajian Analisis Wacana Kritis). Program Studi S3 Pendidikan Bahasa dan Sastra, Pascasarjana, Universitas Negeri Surabaya. Pembimbing: (I) Prof. Dr. Subandi, M.Litt. dan (II) Dr. Budinuryanta Yohannes, M.Pd.
Kata-kata Kunci: representasi, hegemoni, catatan harian, analisis wacana kritis.
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan deskripsi bentuk, fungsi, dan strategi wacana kekuasaan sebagai representasi hegemoni dalam catatan harian Kike Wadatsumi no Koe. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif kritis. Pengambilan data dilakukan dengan cara menyimak sumber data kemudian melakukan pencatatan. Tahap selanjutnya mendokumentasikan hasil pencatatan. Untuk memperoleh data yang valid dilakukan diskusi intens dengan pakar yang kompeten selain itu, digunakan triangulasi pada sumber data dan triangulasi antar peneliti. Data bentuk wacana kekuasaan terkumpul 65 korpus data, fungsi wacana kekuasaan 25 korpus data. strategi wacana kekuasaan 21 korpus data. Analisis data menggunakan teknik deskripsi kualitatif dirangkai dalam bentuk deskripsi, interpretasi, dan eksplanasi sesuai AWK model Fairclough. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (1) Bentuk wacana kekuasaan berkaitan dengan dominasi pimpinan militer melalui kebijakan yang diterapkan serta upaya pemanfaatan sumber daya manusia yang dipercaya dan dijadikan panutan masyarakat Jepang untuk menarik simpati dan kepercayaan dari para prajurit. (2) Fungsi kekuasaan pada hakikatnya berkaitan dengan penegakan disiplin militer yang mengatur tingkah laku prajurit. (3) Strategi wacana kekuasaan diterapkan secara konsisten oleh para petinggi militer sehingga sangat membantu dan memudahkan mereka dalam mengendalikan para prajurit. Para prajurit diajak, diminta hingga ditekan dan dipaksa memahami, mengerti, dan mengingat norma-norma serta aturan yang diterapkan dalam kehidupan dunia militer. Hingga akhirnya, para prajurit dapat menerimanya sebagai suatu hal yang wajar.
ABSTRACT
Ismi Prihandari. 2021. Hegemony Representation in Diary Kike Wadatsumi no Koe (Critical Discourse Analysis Study). Dissertation, Language and Literature Education Program, Pascasarjana, Universitas Negeri Surabaya. Advisors: (I) Prof. Dr. Subandi, M.Litt. dan (II) Dr. Budinuryanta Yohannes, M.Pd.
Keywords: representation, hegemony, diary, discourse, critical discourse analysis.
This research aims to describe the forms, functions, and strategies of power discourse through hegemony representations in diary Kike Wadatsumi no Koe. This research uses a critical qualitative approach. Data analysis techniques are done by reading the data source, documenting the research data, and taking notes the research data includes descriptions, interpretations, and explanations according to the CDA Fairclough model. Data validation is using an intense discussion with competent experts, in addition to figure a triangulation used on data sources and triangulation between researchers. Data of power discourse form are collected into 65 corpus data, power discourse function into 25 corpus data, and then power discourse strategy into 21 corpus data.
The results of this research has shown (1) power discourse form relates to the dominance of military leadership through policies adopted and efforts to utilize human resources that are trusted and made role models of Japanese society in attractting sympathy and trust from soldiers; (2) power discourse function with its nature relates to the enforcement of military disciplines that govern soldiers behavior; (3) power discourse strategy was applied consistently by military officials so that it was very helpful and made it easier for them to control the soldiers. The soldiers were invited, asked to be suppressed and forced to understand, and remembered the norms and rules applied in military world life. Finally, the soldiers can accept it as a natural thing.