Tradhisi Ithuk-Ithukan ing Dhusun Rejopuro, Desa Kampung Anyar, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi (Tintingan Folklor)
Ithuk-Ithukan Tradition in Rejopuro Hamlet, Kampung Anyar Village, Glagah District, Banyuwangi Regency (Folklore Theory)
Tradisi Ithuk-Ithukan di sumber mata air Hajar sebagai salah satu bentuk folklor setengah lisan yang ada di Dusun Rejopuro, Desa Kampung Anyar, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi. Tradhisi Ithuk-Ithukan adalah salah satu tradisi yang masih dilestarikan oleh masyarakat sekitar Rejopuro. Tadisi tersebut sebagai bentuk rasa syukur masyarakat yang sudah menjadi kebiasaan untuk meminta supaya memperoleh keselamatan, diberi rizki, dan dijauhkan dari segala bahaya. Tradisi tersebut dilakukan oleh masyarakat Rejopuro setiap satu tahun sekali pada tanggal 12 Dulqaidah.
Bentuk dari Tradisi Ithuk-Ithukan ini akan dibahas menggunakan kajian folklor setengah lisan. Rumusan masalahnya yaitu (1) Bagaimana asal usul dari Tradisi Ithuk-Ithukan di Dusun Rejopuro, Desa Kampung Anyar, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi?, (2) Bagaimana proses dan bahan yang digunakan pada Tradisi Ithuk-Ithukan di Dusun Rejopuro, Desa Kampung Anyar, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi?, (3) Bagaimana nilai yang ada dalam Tradisi Ithuk-Ithukan?, (4) Bagaimana fungsi Tradisi Ithuk-Ithukan?, (5) Apa saja perubahan-perubahan yang terjadi pada Tradisi Ithuk-Ithukan di Dusun Rejopuro, Desa Kampung Anyar, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi?
Tradisi ini sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas rizki yang telah diperoleh selama ini. Tradisi ruwatan ini berbeda dengan tradisi ruwatan lainnya. Tradisi Ithuk-Ithukan ini merupakan bentuk rasa syukur kepada Tuhan yang digambarkan dengan ruwatan sumber mata air yang ada di Desa Kampung Anyar. Fungsi dari Tradisi Ithuk-Ithukan sendiri adalah sebagai alat proyeksi. Tradisi Ithuk-Ithukan di sumber mata air Hajar ini mengalami perubahan. Perubahan tersebut terjadi dikarenakan hal yang bersifat dinamis.
Kata Kunci: Tradisi Ithuk-Ithukan, ruwatan, folklor, sumber mata air.
The Ithuk-Ithukan tradition at the Hajar spring as a form of semi-verbal folklore in Rejopuro Hamlet, Kampung Anyar Village, Glagah District, Banyuwangi Regency. The Ithuk-Ithukan tradition is one of the traditions that is still preserved by the people around Rejopuro. This tradition as a form of community gratitude has become a habit to ask for safety, be given fortune, and be kept away from all dangers. The tradition is carried out by the people of Rejopuro once every year on the 12th Dulqaidah.
The form of the Ithuk-Ithukan Tradition will be discussed using a half-verbal folklore study. The formulation of the problem is (1) What is the origin of the Ithuk-Ithukan Tradition in Rejopuro Hamlet, Kampung Anyar Village, Glagah District, Banyuwangi Regency?, (2) What are the processes and materials used in the Ithuk-Ithukan Tradition in Rejopuro Hamlet, Kampung Anyar Village, Glagah District, Banyuwangi Regency ?, (3) What is the value in the Ithuk-Ithukan Tradition? Ithuk-Ithukan ?, (4) How do Ithuk-Ithukan Traditions function ?, (5) What are the changes that occur in the Ithuk-Ithukan Tradition in Rejopuro Hamlet, Kampung Anyar Village, Glagah District, Banyuwangi District?
This tradition is a form of gratitude to Almighty God for the fortune that has been obtained so far. This Ruwatan tradition is different from other Ruwatan traditions. The Ithuk-Ithukan tradition is a form of gratitude to God, which is illustrated by the complexity of the spring in the village of Anyar Village. The function of the Ithuk-Ithukan Tradition itself is as a projection tool. The tradition of Ithuk-ithukan at the Hajar spring has changed. These changes occur because of things that are dynamic.
Keywords: Ithuk-Ithukan tradition, ruwatan, folklore, spring water.