Pragmaimperatif dalam Al-Qur'an Surah Yasin Terjemahan Bahasa Jepang
Pragmaimperative in Japanese Translation of Quran Surah Yasin
Dalam bahasa Indonesia, terdapat paling tidak tiga jenis kalimat berdasarkan fungsinya, yaitu kalimat deklaratif, kalimat interogatif, dan kalimat imperatif. Diantara ketiga jenis kalimat tersebut, kalimat imperatif merupakan yang paling kompleks dan banyak variasinya. Terlebih lagi jika situasi dan konteks dipertimbangkan, sebuah tuturan yang berkonstruksi non-imperatif juga dapat memiliki makna pragmatik imperatif. Oleh karena itulah, perlu dilakukan telaah dengan pendekatan pragmatik agar sampai pada suatu interpretasi makna yang dimaksudkan oleh penutur.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui fungsi tindak tutur imperatif beserta makna pragmatik dalam Surah Yasin. Pemilihan Surah Yasin didasarkan pada banyaknya imperatif yang terkandung didalamnya dan popularitasnya. Untuk mencapai tujuan pertama, digunakan klasifikasi fungsi tindak tutur imperatif oleh Nitta, sedangkan tujuan yang kedua dicapai dengan menggunakan teori pragmatika oleh Yule. Sumber data pada penelitian ini adalah Al-Qur’an yang dilengkapi translasi dalam bahasa Jepang, sedangkan datanya berupa ayat-ayat dalam Surah Yasin yang mengandung makna imperatif secara tidak langsung. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif.
Hasil dari penelitian ini diantaranya yaitu ditemukan sebanyak 25 data tuturan dengan makna imperatif tidak langsung. Secara garis besar, fungsi dan makna yang terkandung di dalam sumber data berisi tentang perintah untuk memperbanyak amal, larangan untuk menyekutukan Allah SWT, permohonan agar para utusan menjadi saksi pernyataan keimanan, dan ajakan untuk menyembah Allah SWT. Dari analisis data, diketahui bahwa fungsi imperatif meirei merupakan data yang paling sering muncul dan tuturan dengan fungsi imperatif irai dan kanyuu merupakan data yang muncul paling sedikit. Hal itu dikarenakan Al-Qur’an pada dasarnya berperan sebagai governing paradigm atau pengatur kehidupan manusia.
In Indonesian grammar, there’s at least three sentence types based on it’s functioni.e. declarative sentence, interrogative sentence, and imperative sentence. Among these sentence types, imperative sentence is considered to be the one that possess great complexity and variance. Moreover if it’s context is taken into account, a non-imperative structured sentence can also posses an imperative meaning pragmatically. Furthermore, it’s important to undergo a research in imperative sentence using pragmatic aaproach in order to arrive at an interpretation of the speaker’s intended meaning.
This research is conducted to explain the function and the pragmatic meaning of imperative speech act in Surah Yasin. Surah Yasin selection is based on the amount of imperative speech act it’s posses and it’s popularity. To fulfill the first objective, Nitta’s imperative speech act classification is used, whereas to fulfill the second objective, Yule’s pragmatic theory is used. The data source of the research is the Japanese translation of Al-Qur’an, whilst the sample is the ayah of Surah Yasin that possess indirect imperative meaning. Research project is conducted using descriptive qualitative method.
The result shows that there are 25 speech act with indirect imperative meaning. The overall meaning is concerning about Allah’s command to do good deeds, prohibition on any act of worshipping something other than Allah, request to be heard by the messengers, and a call to worship Allah. The majority of data found in the research’s sample is meirei imperative function, whereas the irai and kanyuu imperative function is least to be found. It is resulted by virtue of Qur’an as a governing paradigm for mankind.