Gunung Pawitra adalah gunung berapi purba yang terletak diantara 2 kecamatan yaitu kabupaten Pasuruan dan kabupaten Mojokerto. Gunung Pawitra yang sekarang dikenal sebagai gunung Penanggungan adalah gunung yang sangat indah dan salah satu gunung favorit bagi pendaki pemula karena jalurnya tidak terlalu jauh tetapi cukup curam untuk disebut miniatur gunung semeru di Malang. Selain keindahannya, ada banyak mitos di gunung Pawitra yang masih dipertahankan turun-temurun hingga saat ini dan masih dipercaya oleh masyarakat setempat, seperti gunung Pawitra. Selain itu, di gunung Pawitra ada banyak peninggalan yang tersebar di sekitar Gunung Pawitra, hampir mencapai puncaknya, seperti candi, altar, punden, patung, tragedi, dan banyak lagi, setiap situs juga memiliki mitos sendiri terkait dengan bangunan maupun terkait dengan kemanjuran atau gangguan. Sebagai penduduk asli gunung Pawitra, sangat sering mendaki gunung mulai dari menikmati keindahannya dan membangkitkan minat tentang situs-situs yang terdapat di gunung Pawitra, dari kehidupan sehari-hari yang dibawa ke studi penutup seniman yang masih penasaran dengan mitos-mitos yang ada. sangat banyak tentang bangunan yang bahkan terhubung dengan para sejarawan nusantara. Selain itu, karya yang akan diwujudkan oleh penulis didasarkan pada kecemasan penulis tentang kemajuan teknologi yang mengakibatkan orang-orang muda diusia milenium ini malas pergi ke tempat dimana mereka kaya akan ilmu kehidupan, bahkan hanya untuk berkunjung, hampir tidak ada yang mau. Karena lebih ingin pergi ke tempat-tempat seperti café dan mall. Mulai dari membaca buku, melakukan wawancara dengan pengasuh, meminta warga setempat, mencari artikel, hingga mencari informasi diyoutube terkait dengan gunung Pawitra untuk mendapatkan ide mengangkat karya seni lukis dengan mitos-mitos Gunung Pawitra yang difokuskan pada agama Hindu. Ada empat petirtaan diempat penjuru mata angin yang terletak di gunung Pawitra, tetapi penulis hanya memilih dua pertirtaan karena dua pertirtaan lainnya hanya berupa mata air walaupun ada intervensi manusia tetapi tidak ada mitos atau cerita sejarah tentang keduanya. Dua petirtaan yang diangkat oleh penulis yaitu Jolotundo dan Sumber Tetek yang sangat berharga dan mitos-mitos masih dipercaya oleh masyarakat setempat. Petirtaan juga merupakan tanda bahwa gunung Pawitra adalah gunung suci yang diperuntukkan bagi para pertapa sebelum beribadah untuk menyucikan diri terlebih dahulu di pertirtaan sebelum melakukan ibadah. Kemudian melalui proses yang sangat panjang mulai dari mengamati objek yang akan diangkat, membuat sketsa, berkonsultasi sketsa, melakukan evaluasi kepada seniman, hingga menjadi karya seni kontemporer yang dapat menarik perhatian masyarakat, terutama kaum muda, hingga membangkitkan rasa ingin tahu tentang mitos-mitos yang memiliki nilai sejara maupun nilai seni.
Kata Kunci: Mitos Gunung Pawitra, lukis.
Pawitra Mountain is an ancient volcano located between 2 districts namely Pasuruan Regency and Mojokerto Regency. Mount Pawitra which is now known as Mount Penanggungan is a very beautiful mountain and one of the favorite mountains for beginner climbers because the path is not too far but steep enough to be called a miniature mountain semeru in Malang. In addition to its beauty, there are many myths on Mount Pawitra that are still maintained hereditary to this day and are still trusted by the local community, such as Mount Pawitra. In addition, in Mount Pawitra there are many relics that are scattered around Mount Pawitra, almost reaching its peak, such as temple, altar, punden, statue, tragedy, and many more, each site also has its own myths related to buildings related to efficacy or disorder. As a native of Mount Pawitra, it is very often climbing mountains starting from enjoying its beauty and intriguing about the sites contained in Mount Pawitra, from daily life carried to the shutter study of artists who are still curious about the myths of the myths that are very much about buildings that are even connected with the historians of the archipelago. In addition, the thesis that will be realized by the writer is based on the author's anxiety about technological advancements that result in young people of this millennial age being lazy to go to a place where they are rich in life sciences, even just for visiting, almost no one wants to be more sad like to go to places like contemporary coffee and mole. Starting from reading books, conducting interviews with caretakers, asking local residents, looking for articles, to menut yutube related to Mount Pawitra to get ideas to raise the creation of art paintings with the myth of Mount Pawitra myths focused on Christianity. There are four in the four directions of the compass located on Mount Pawitra, but the author chose only two pertirtaan because the other two pertirtaan only in the form of springs although there is human intervention but there are no myths or historical stories about the two springs, while the two springs are adopted by the author namely Jolotundo and Sumber Tetek resources are very valuable and the myth of Motos is still trusted by the local people. Springs is also a sign that Mount Pawitra is a sacred mountain that is for the ascetic pata before asceticism is obliged to purify itself first in the pertirtaan before conducting his retreat. Then through a very long process starting from observing the object to be lifted, making sketches, consulting sketches, conducting evaluations to artists, to becoming contemporary works of art that can attract the public, especially young people, to arouse curiosity about the myths of the special photos. the surrounding environment.
Keywords: The Myth of Mount Pawitra, Paint.