EJEKAN POLITIK PEMILU TIGA ZAMAN (1955-2014)
ELECTORAL POLITICAL SATIRE OF THREE ERAS (1955-2014)
Dalam sejarah politik di Indonesia, terdapat sebuah fenomena menarik yang terjadi pada saat menjelang, pelaksanaan hingga berakhirnya pemilu. Fenomena yang dimaksud yaitu munculnya fenomena ejekan politik antar partai politik ataupun pendukung. Ejekan politik merupakan perbuatan mengejek, olok-olok, sindiran atau hinaan dalam perpolitikan dengan maksud untuk menjatuhkan lawan atau golongan lain yang berbeda kepentingan sebagai upaya untuk perebutan kekuasaan. Penelitian ini memanfaatkan pendekatan-pendekatan ilmu sosial lainnnya yaitu dengan menggunakan pendekatan komunikasi politik untuk menjelaskan ejekan-ejekan politik pada pelaksanaan Pemilu di Indonesia dari tahun 1955 hingga 2014.
Penelitian ini membahas mengenai (1) Bagaimanakah bentuk varian ejekan politik pada pelaksanaan Pemilu masa Orde Lama; (2) Bagaimanakah bentuk varian ejekan politik pada pelaksanaan Pemilu masa Orde Baru; dan (3) Bagaimanakah bentuk varian ejekan politik pada pelaksanaan Pemilu masa Reformasi. Kemudian penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah dimana proses penelitiannya meliputi pengumpulan dan penafsiran fenomena yang terjadi pada masa lampau. Penulisan sejarah mempunyai 5 tahap, yaitu: (1) pemilihan topik, (2) heuristik atau pengumpulan sumber, (3) verifikasi atau kritik sumber, (4) interpretasi atau penafsiran sumber, dan yang terakhir (5) historiografi atau penulisan sejarah berupa menguraikan hasil penelitiannya dalam bentuk deskriptif.
Selain menyajikan bentuk-bentuk ejekan politik pada pemilu dari masa Orde Lama, Orde Baru dan Reformasi, hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya persamaan dan perbedaan terkait fenomena ejekan politik yang dimunculkan dalam Pemilu dari masa Orde Lama, Orde Baru dan Reformasi. Perbedaan tersebut terlihat dari segi penggunaan bahasa, dimana ejekan politik pada masa Orde Lama cenderung lebih vulgar dibandingkan dengan ejekan politik masa Orde Baru dan Reformasi. Kemudian persamaan dari ejekan politik pemilu tiga zaman ini terletak pada penggunaan media sebagai alat menyebarkan pesan-pesan politik dimana lebih dominan menggunakan surat kabar dan majalah.
In the history of politics in Indonesia, there is an interesting phenomenon that occurs at the time leading up to, implementation until the end of the election. The phenomenon that arises is the emergence of the phenomenon of political satire between parties or supporters. Political satire is an act of controlling, ridicule, satire or insult in politics with the intention of bringing down opponents or other groups with different interests as an attempt to seize power. This study utilizes other social science approaches, namely by using a political communication approach to explain political ridicule in the implementation of elections in Indonesia from 1955 to 2014.
This study discusses (1) the forms of political satire in the implementation of the Old Order general election; (2) The form of political satire in the implementation of the New Order General Election; and (3) The form of political satire in the implementation of the General Election during the Reformation period. Then this study uses historical research methods where the research process includes collecting and collecting phenomena that occur in the end. History writing has 5 stages, namely: (1) topics, (2) heuristics or source collection, (3) collection or criticism, (4) interpretation or sources, and lastly (5) history writing in the form of outlining the results of their research in descriptive form.
. In addition to presenting types of political satire in elections from the Old Order, New Order and Reform, the results of this study also show similarities and differences regarding the phenomenon of political satire that emerged in the elections from the Old Order, New Order and Reformation eras. This difference can be seen in terms of language use, where political satire during the Old Order tended to be more vulgar than political ridicule during the New Order and Reformation. Then the similarity of the political ridicule of these three eras lies in the use of media as a tool to propagate political messages where newspapers and magazines are more dominant.