Kurikulum Merdeka memberikan keleluasaan dalam pelaksanaan pendidikan. Diferensiasi pembelajaran menjadi salah satu contoh guru dibebaskan dalam menyusun aktivitas pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan belajar peserta didik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi pembelajaran berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka pada mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 22 Surabaya yang dibagi atas tiga tahap, yaitu tahap perencanaan, implementasi dan evaluasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Penelitian ini berfokus pada aspek guru selaku implementer kurikulum. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara, sebagai metode utama, didukung dengan observasi dan dokumen. Subjek penelitian pada penelitian ini adalah guru sejarah SMA Negeri 22 Surabaya yang mengajar di kelas 10. Proses penelitian dilakukan kepada tiga orang subjek penelitian yang merupakan total keseluruhan guru sejarah yang ada di SMA Negeri 22 Surabaya. Hasil penelitian menunjukan tiga poin besar yaitu 1) perencanaan kurang optimal karena terdapat masalah keterlambatan pelatihan yang mengakibatkan keterbatasan pengetahuan, keterampilan dan waktu persiapan bagi guru. Hal ini berdampak pada asesmen diagnostik di waktu yang kurang ideal dan perbedaan metode asesmen. Secara teknis, guru tidak mengalami masalah berarti dalam menyusun modul ajar. 2) Implementasi sudah berjalan cukup baik, diferensiasi konten, proses dan produk berfokus pada profil atau gaya belajar, serta guru menggunakan model belajar kelompok dan memanfaatkan teknologi atau media terkini dalam pembelajaran. 3) Evaluasi implementasi pembelajaran berdiferensiasi berfokus pada guru daripada aspek lain seperti, peserta didik dan sarana prasarana sekolah. Guru harus berinovasi, berkreasi, mendekatkan diri pada peserta didik dan memahami teknologi terkini.
Merdeka Curriculum provides flexibility in the implementation of education. Differentiate learning is one example of teacher flexibility to design learning activities that are matched to the learning needs of students. The purpose of this research is to find out the implementation of differentiated learning in the Merdeka Curriculum in history subjects at SMA Negeri 22 Surabaya which was divided into three stages, namely the planning, implementation and evaluation stages. This research uses a qualitative approach with case study method. This study focuses on aspects of the teacher as curriculum implementer. Data collection uses the interview method, as the main method, supported by observation and documents. The research subjects in this study were history teachers at SMA Negeri 22 Surabaya who teach in grade 10. The research process was carried out on three research subjects who were the total number of history teachers in SMA Negeri 22 Surabaya. The results of the research show three big points, 1) planning stage is not optimal because there is a problem of delays in training which results in limited knowledge, skills and preparation time for teachers. The problem impacted in diagnostic assessments at less than ideal times and different methods of assessment. Technically, teachers do not experience significant problems in compiling teaching modules. 2) Implementation has been going quite well, content, process and product differentiation focuses on learning profiles or styles, and teachers use group learning models and utilize the latest technology or media in learning. 3) Evaluation of the implementation of differentiated learning focuses on teachers rather than other aspects such as students and school infrastructure. Teachers must innovate, be creative, get closer to students and understand the latest technology