Kesenian Jaranan Sentherewe merupakan salah satu kearifan lokal yang telah berkembang sejak dulu. Kabupaten Tulungagung menjadi salah satu daerah yang memiliki beberapa seniman jaranan yang kreatif mulai dari awal berkembang hingga sekarang. Perkembangan kesenian jaranan sentherewe terjadi akibat adanya kegelisahan seniman terkait eksistensi berkesenian di masyarakat. Kemudian terbentuk kesenian dengan kemasan yang menggunakan unsur komedi dan dipelopori oleh Turonggo Jengki. Kesenian Jaranan Sentherewe komedi merupakan bentuk dekonstruksi kesenian Jaranan Sentherewe. Dekonstruksi dalam penelitian ini diungkapkan oleh Jacques Derrida sebagai pelopor pengidentifikasi kontradiksi dalam teks. Dalam hal ini kesenian jaranan sentherewe komedi sebagai bentuk penerapan kontradiksi dari teks yang sudah ada pada kesenian jaranan sentherewe terdahulu.
Jaranan Sentherewe art is one of the local wisdoms that has developed long ago. Tulungagung Regency is one area that has several creative artists from the beginning to develop until now. The development of jarherewe jaranan art is due to the anxiety of artists related to the existence of art in the community. Then formed the art with packaging that uses elements of comedy and spearheaded by Turonggo Jengki. Jaranan Sentherewe comedy is a form of deconstruction of Jaranan Sentherewe art. Deconstruction in this study was expressed by Jacques Derrida as a pioneer in identifying contradictions in the text. In this case the art of comedy sentherewe jaranan as a form of application of the contradiction of the text that already existed in the art of jarherewe jaranan before.