Novel Laut Bercerita merupakan novel yang menceritakan tokoh Biru Laut dan teman-teman mahasiswanya dan para aktivitis yang terlibat dalam pembelaan terhadap kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia. Mahasiswa melakukan perlawanan karena menggugat pemerintahan Orde Baru yang nyaris tanpa demokrasi dengan langsung melakukan aksi nyata bersama masyarakat. Kesadaran palsu masyarakat yang menolak Orde Baru tanpa tindakan langsung menjadi faktor mahasiswa dan aktivis melakukan tindakan yang berbeda dari biasanya. Tindakan radikal dilakukan bukan tanpa rencana, kesengajaan atau tujuan, melainkan juga dengan adanya sebuah ledakan ex nihilo (tanpa ideologi) yang tiba-tiba tanpa dugaan dan tujuan karena geram melihat masyarakat yang dirugikan dengan kebijakan pemerintah. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pergerakan mahasiswa yang direpresentasikan sebagai tindakan radikal, mendeskripsikan momen kekosongan yang terjadi pada tokoh novel, dan mendeskripsikan sinisme simbolik yang terjadi dalam novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori. Metode yang digunakan penelitian ini adalah metode dialektika. Metode yang mengeksplorasi makna sekaligus dengan penelusuran unsur ke dalam totalitas dan sebaliknya. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik baca catat sebagai bentuk perpanjangan dari indera manusia yang bertujuan mengumpulkan fakta-fakta empirik terkait masalah penelitian. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan mimetik, karena menghubungkan antara karya sastra dengan masyarakat, sisi psikologinya dan semesta lainnya sebagai kenyataan yang ditiru. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan mahasiswa yang mengabaikan konsekuensi merupakan bentuk dari subjek sinis. Mereka tidak peduli terhadap dominasi militer yang berada di bawah rezim Soeharto dan tidak segan menyiksa siapapun yang menentang kebijakan pemerintah. Mahasiswa melakukan perlawanan sebagai bentuk tindakan radikal dan berpura-pura tidak mengetahui konsekuensi untuk tetap melakukannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebuah ideologi yang dianut mahasiswa untuk melakukan perlawanan tidak menyembunyikan kenyataan di dalam bentuk apapun, mereka sadar terdapat sesuatu yang harus dibebaskan saat momen kekosongan.
Novel titled Laut Bercerita is a novel that tells the characters of the Biru Laut, his friends and activists involved in the defense of cases of human rights violations. The students resisted because they sued the new rules of goverment called Orde Baru (in Bahasa) which was almost without democracy to carrying out concrete actions directly with the community. False awareness of the society who rejected the Orde Baru without direct action became a factor for students and activists to take different actions than usual. Radical actions were carried out not without plans, intentions or goals, but also with the existence of their ideologic explosion (called ex nihilo) which suddenly without suspicion and purposes because it was furious to see people who were harmed by government policies. The purpose of this study is to describe the student movement which is represented as a radical action, describing the moment of emptiness that occurs in the novel character, and describes the symbolic cynicism that occurs in the novel titled Laut Bercerita, by Leila S. Chudori. The method used in this study is the dialectical method. It explores that meaning as well as trace elements into totality and vice versa. Data was collected by using the reading and writing technique as an extension of the human senses which aims to collect empirical facts related to research problems. The approach used is a mimetic approach, because it connects literature and society, the psychological sides, and the other as the imitation by the fact. The results of the study show that the actions taken by students who ignore the consequences are a form of cynical subject. They did not care about the military dominance that was under the Soeharto regime and did not hesitate to torture anyone who opposed government policy. Students fight as a form of radical action and pretend not to know the consequences of doing it anyway. Thus, it can be concluded that an ideology adopted by the students in fight do not hide reality in any form, they realize there is something that must be released when the moment of emptiness is happen.