Matematika merupakan
disiplin ilmu yang mendasari perkembangan teknologi modern saat ini. Dalam menjawab soal matematika,
seorang individu memerlukan proses berpikir, karena dengan proses berpikir
tersebut seorang individu dapat
memunculkan suatu ide dalam menyelesaikan soal matematika secara tepat. Tahapan berpikir berlangsung secara individu
dan memiliki keterkaitan dengan interaksi sosial yang dilakukan.
Interaksi tersebut akan menghasilkan suatu perilaku. Salah satu faktor yang mempengaruhi
perilaku adalah emosi. Oleh karena itu, perilaku setiap individu harus
berkaitan dengan pengendalian emosi yang baik sehingga dapat menghasilkan
perilaku yang baik pula.
Pengendalian
emosi yang baik diperlukan kesiapan dan pemikiran, agar perilaku yang dilakukan
tidak berdampak buruk terhadap orang lain.
Kesiapan dan pemikiran seseorang dapat dilihat dari usia seorang
individu. Fase remaja terjadi pada
seseorang pada usia 12 tahun hingga 18 tahun. Pada usia tersebut seorang
individu berada pada jenjang SMP dan
SMA. Jika seorang remaja merasa kegiatan sekolah tidak mampu menampung pemikirannya, maka seorang remaja akan
meluapkan untuk hal-hal yang kurang positif. Jadi sebaiknya remaja mempunyai
kecerdasan emosional yang baik
untuk mengontrol emosinya.
Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan
untuk mendeskripsikan bagaimana profil berpikir dalam menyelesaikan soal matematika berdasarkan tingkat kecerdasan
emosional. Subjek dalam penelitian ini sebanyak tiga siswa yang terdiri dari
satu siswa kecerdasan emosional tinggi,
satu siswa kecerdasan emosional sedang, satu siswa kecerdasan emosional
rendah. Dalam mencapai tujuan tersebut maka peneliti melakukan tes kecerdasan
emosional, tes penyelesaian soal matematika dan wawancara terhadap tiga subjek
tersebut.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa siswa kecerdasan emosional tinggi dalam
menyelesaikan soal matematika telah melakukan penyusunan ulang atau manipulasi
kognitif dengan baik. Dapat dilihat dari pengolahan dan penafsiran informasi
yaitu menuliskan informasi yang diperoleh dengan jelas dan benar, dapat mengaitkan
informasi yang diterima pada persoalan
SPLTV dengan pengetahuan yang dimiliki yaitu SPLDV, keuntungan, dan pajak, dapat menuliskan
langkah-langkah penyelesaian soal dengan rencana yang dibuat dengan jelas, dapat menggunakan semua informasi pada persoalan SPLTV dalam menyelesaikan soal, dan menyimpulkan penyelesaian soal pada
informasi yang telah diketahui dan ditanya pada persoalan SPLTV. Siswa kecerdasan emosional sedang dalam menyelesaikan
soal matematika kurang baik melakukan penyusunan ulang atau manipulasi
kognitif. Dapat dilihat dari pengolahan dan penafsiran tingkat kecerdaan emosional
sedang tidak lengkap dalam menuliskan yang diketahui dan ditanya, kurang dapat mengaitkan
informasi yang diterima pada persoalan SPLTV dengan pengetahuan yang dimiliki,
hanya menyebutkan keuntungan dan pajak saja, kurang dapat menuliskan
langkah-langkah penyelesaian soal dengan rencana yang dibuat, tidak dapat
menggunakan semua informasi pada persoalan SPLTV, dan tidak dapat menyimpulkan
penyelesaian soal pada informasi yang telah diketahui dan ditanya pada persoalan
SPLTV. Siswa kecerdasan emosional rendah kurang baik melakukan penyusunan ulang
atau manipulasi kognitif. Dapat dilihat dari pengolahan dan penafsiran tidak
lengkap dan kurang benar dalam menuliskan yang diketahui dan ditanya, kurang
dapat mengaitkan informasi yang diterima pada persoalan SPLTV dengan
pengetahuan yang dimiliki, subjek tingkat kecerdasan emosional rendah hanya
menyebutkan SPLDV dan keuntungan saja, tidak dapat menuliskan langkah-langkah
penyelesaian soal dengan rencana yang dibuat, tidak dapat menggunakan semua
informasi pada persoalan SPLTV, dan tidak dapat menyimpulkan penyelesaian soal
pada informasi yang telah diketahui dan ditanya pada persoalan SPLTV.
Kata Kunci : Berpikir dan Kecerdasan Emosional.