UNGKAPAN PERJUANGAN GENDRUK PADA TARI AJEJEH DALAM BENTUK KOREOGRAFI LINGKUNGAN
GENDRUK'S STRUGGLE EXPRESSION IN AJEJEH DANCE IN THE FORM OF ENVIRONMENTAL CHOREOGRAPHY
Karya tari AJEJEH berangkat dari realitas perjuangan Gendruk untuk mempertahankan perekonomian keluarga dan membantu sesamanya dimasa kolonial Belanda. Kondisi masyarakat yang sangat memprihatinkan karena tekanan yang dilakukan oleh Belanda mendorong Gendruk untuk membantu menjadi seorang Lengger. Berjuang yang biasanya untuk melawan penjajah dengan melakukan perang senjata secara kontak fisik, namun Gendruk bisa membuktikan bahwa perang bukan hanya tentang senjata tau kontak fisik saja, namun bisa menggunakan semangat bekerja dan sikap saling membantu antar semasa.Terdapat dua fokus karya, yaitu pertama yaitu fokus isi,tentang perjuangan sedangkan fokus bentuk pada karya tari adalah bentuk koreografi lingkungan. Dalam karya ini koeografer ingin memperkenalkan Gendruk sebagai sosok wanita yang inspiratif.
Dalam karya ini koreografer menggunakan beberapa teori sebagai acuan penciptaan. Kajian teori adalah sebuah landasan teori yang dapat membantu peneliti untuk menyusun sebuah penelitian untuk memecahkan sesuatu masalah. Beberapa kajian yang digunakan. Teori koreografi oleh Sal Murgiyanto, teori koreografi lingkungan oleh Hendro Martono, teori ungkapan, teori perjuangan, dan teori konstruksi I oleh Jacqueline Smith yang diterjemahkan oleh Ben Suharto.
Pendekatan karya tari AJEJEH menggunakan metode konstruksi beberapa tahapan meliputi rangsang awal, tipe tari, mode penyajian, improvisasi, seleksi dan penghalusan serta motif. Tahap selanjutnya adalah konsep penciptaan dengan adanya tema perjuangan Gendruk mempertahankan perekonomian keluarga dan membantu orang lain lewat sikap welas asih, dengan judul karya trai AJEJEH. Pada skenario terdapat empat adegan yang terdiri dari adegan 1, adegan 2, adegan 3, dan adegan 4. Tipe tari pada karya menggunakan tipe tari dramatik dengan mode penyaian representative. Gerak yang digunakan adalah gerak sehari-hari yang dikembangkan melalui eksplorasi dan improvisasi. Elemen pendukung pada tari AJEJEH meliputi tata tekhis pentas , tata rias dan busana, properti, dan iringan tari.
Analisis pada karya tari AJEJEH, petama pada alur cerita yang diawali dari adegan satu aktivitas masyarakat yang penuh dengan tekanan, adegan dua pengambarkan suasana marah ddan iba, adegan tiga menggambarkan semnagat serta bahagia , dan adegan empat menggambarkan keihklasan dan bangkit.gerak yang digunakan merupakan pengembangan gerak tradisional Jawa Timur. Tata rias yang digunakan menggunakan pensil alis hitam, eyeshadow, blushon, completion (bedak dasar, bedak tabur, dan bedak padat), shading hidung, serta lipstick. Busana yang digunakan sangat sederhana berupa kebaya kutu baru 3 motif dan menggunkan kebaya hitam dengan jarit saat pertunjukan lengger. Properti yang digunakan adalah sampur sebagai properti utama. Irigan yang digunakan berupa rekaman yang diolah menggunakan softwere aplikasi yaitu menggambarkan musik dengan media elektronik. Lingkungan yang menggunakan perkebunan milik PT Perkebunan Nusantara II (PTPN II), dan latar rumah sebagai lokasi pentasnya. Pencahayaan yang dipakai memanfaatkan cahaya matahari sebagi pencahayaan utam dan lampu led putih untuk mendukung pengambilan vidiografi.
Karya tari AJEJEH memiliki tema yaitu perjuangan Gendruk, terdapat 2 fokus dalam karya tari ini yaitu petama fokus isi tentang perjuangan Gendruk dan yang kedua fokus bentuk adalah koreografi lingkungan. Lingkungan berperan sebagai subjek memberi inspirasi bagaimana mengungkapkan perjuangan Gendruk membantu masyarakat yang kesusahan. Karya ini tidak ditampilkan secara langsung namun melalui media maya atau secara virtual. Koreografer berharap lewat karya ini bisa menciptakan ruang baru bagi koreografer sekaligus masyarakat bisa saling bersilahturahmi. Karya tari AJEJEH merupakan sebuah bentuk budaya yang telah dieksplor oleh koreografer dan penari menjadi suatu produk yaitu karya tari.
Kata kunci : Gendruk, Perjuangan, Koreografi Lingkungan
AJEJEH dance work departs from the reality of Gendruk's struggle to maintain the family economy and help others during the Dutch colonial period. The condition of society was very worrying because the pressure exerted by the Dutch pushed Gendruk to help become a Lengger. The usual struggle to fight against the invaders by carrying out a war of arms by physical contact, but Gendruk can prove that war is not only about weapons or physical contact, but can use the spirit of work and an attitude of mutual assistance between times. There are two focuses of work, namely the first focus content, about struggle, while the focus of form on dance works is the form of environmental choreography. In this work, the choeographer wants to introduce Gendruk as an inspiring woman figure.
In this work, the choreographer uses several theories as a reference for creation. Theoretical studies are a theoretical basis that can help researchers to organize a study to solve something. Several studies were used. The theory of choreography by Sal Murgiyanto, theory of environmental choreography by Hendro Martono, theory of expression, theory of struggle, and theory of construction I by Jacqueline Smith translated by Ben Suharto.
AJEJEH dance work approach uses several stages of construction methods including initial stimulation, dance type, mode of presentation, improvisation, selection and refinement as well as motifs. The next stage is the concept of creation with the theme of Gendruk's struggle to maintain the family economy and help others through compassion, with the title of AJEJEH Trai work. In the scenario there are four scenes consisting of scene 1, scene 2, scene 3, and scene 4. The type of dance in the work uses a dramatic dance type with a representative mode of presentation. The movements used are everyday movements that are developed through exploration and improvisation. The supporting elements in the AJEJEH dance include technical stage performances, make-up and clothing, props, and dance accompaniment.
Analysis of the AJEJEH dance work, first the storyline which begins with a scene of a community activity that is full of pressure, scene two depicts an atmosphere of anger and compassion, scene three depicts enthusiasm and happiness, and scene four depicts sincerity and awakening. The motion used is developmental. East Java traditional movement. The makeup used uses black eyebrow pencil, eyeshadow, blush, completion (base powder, loose powder, and compact powder), nose shading, and lipstick. The clothes used are very simple in the form of a three-patterned new lice kebaya and a black kebaya with a finger during the lengger show. The property used is sampur as the main property. Irigan used in the form of recordings that are processed using application software that describes music with electronic media. An environment that uses a plantation owned by PT Perkebunan Nusantara II (PTPN II), and a house setting as the location for the stage. The lighting used utilizes sunlight as the main lighting and white led lights to support videography capture.
AJEJEH dance work has a theme, namely Gendruk's struggle, there are 2 focuses in this dance work, the first is the content focus on Gendruk's struggle and the second the form focus is environmental choreography. The environment acts as a subject to inspire how to express Gendruk's struggle to help people in need. This work is not displayed in person but through virtual media or virtually. The choreographer hopes that this work will create a new space for the choreographer as well as for the public to be in touch with each other. AJEJEH dance work is a form of culture that has been explored by choreographers and dancers into a product, namely a dance work.
Keywords : Gendruk, stuggel, environmental choreography