Revolusi Industri 4.0 yang masuk di Indonesia membuat tuntutan pekerjaan menjadi tinggi. Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) memiliki tingkat pengangguran yang lebih tinggi dari lulusan tingkat pendidikan lainnya menurut Badan Pusat Statistik Nasional. Pemerintah Indonesia mengeluarkan Inpres No. 9 Tahun 2016 yang mengintruksikan revitalisasi pada SMK bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan daya saing sumber daya manusia. Salah satu program dari revitalisasi SMK adalah program teaching factory yang memadukan antara belajar dan bekerja. Salah satu SMK yang menerapkan program teaching factory adalah SMK Negeri 2 Surabaya pada program keahlian teknik dan bisnis sepeda motor. Dalam suatu pelaksanaan program perlu dilakukan evaluasi untuk mengetahui tingkat kesesuaian pelaksanaan dan pedoman yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesesuaian pelaksanaan program dengan pedoman pelaksanaan teaching factory dan mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan teaching factory di SMK Negeri 2 Surabaya.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Model evaluasi yang digunakan adalah Illuminative model yang bersifat komprehensif. Variabel yang digunakan adalah tujuh parameter teaching factory yang terdiri dari manajemen, marketing-promosi, produk-jasa, pola pembelajaran dan training, bengkel-lab, sumber daya manusia dan hubungan industri. Sampel yang digunakan adalah sampel jenuh yang mana semua pengelola teaching factory sebagai sumber data. Instrumen yang digunakan adalah kuisoner, pedoman wawancara, pedoman observasi dan kamera. Teknik pengumpulan yang digunakan adalah kuisoner, wawancara, observasi dan dokumentasi. Digunakan ketiga metode dapat menghasilkan data yang valid dan reliabel sesuai dengan kondisi di sekolah.
Berdasarkan hasil penelitian ditunjukkan bahwa implementasi ketujuh parameter teaching factory di SMKN 2 Surabaya telah memenuhi kriteria ketentuan dan syarat yang berpedoman pada DITPSMK. Adapun faktor pendukung implementasi teaching factory antara lain lingkungan yang mendukung, sarpras disesuaikan bengkel resmi, pemanfaatan media dengan maksimal, kurikulum berbasis teaching factory, telah dilaksanakan guru magang, dan industri yang mendukung teaching factory. Adapun faktor penghambat implementasi teaching factory antara lain belum tersedia SOP, belum tersedia simbol-simbol K3, belum tersedia marketing-promotion plan, kurangnya kewirausahaan bagi siswa, dan kurangnya inovasi pelayanan. Dari hasil evaluasi bahwa implementasi program teaching factory di SMKN 2 Surabaya dapat dilanjutkan dengan beberapa saran atau solusi untuk perbaikan. Solusi dari faktor penghambat yang dapat diberikan antara lain inovasi pelayanan menggunakan database customer, penambahan jumlah pengelola, peningkatan fasilitas pada bengkel, dan penyebaran informasi secara maksimal.
The 4.0 Industrial Revolution that entered Indonesia made work high. The Indonesian government issued Presidential Instruction No. 9 of 2016 which instructed revitalization in vocational schools to improve the quality and competitiveness of human resources. One of the programs of Vocational Schools revitalization is a teaching factory program that combines learning and work. One of the SMKs that applies the factory teaching program is SMK Negeri 2 Surabaya in the motorcycle engineering and business expertise program. In an implementation of the program it is necessary to evaluate the suitability of the implementation of the specified guidelines. This study aims to determine the suitability of the implementation of the program with the guidance of the implementation of teaching factories and study the supporting and inhibiting factors in the implementation of teaching factories in SMK Negeri 2 Surabaya.
This research is descriptive using qualitative. The evaluation model used is the recommended illuminative model. The variables used are seven factory teaching parameters consisting of management, marketing-promotion, product-services, training patterns and training, workshops, human resources and industrial relations. The sample used is a saturated sample in which all managers teach the factory as a source of data. The instruments used were questionnaire, interview guide, observation guide and camera. The collection techniques used are questionnaire, interview, observation and documentation. Can be used as a method of producing valid and reliable data in accordance with conditions at school.
Based on the results of research on the application of the parameters of seven teaching factories in SMKN 2 Surabaya, they have met the requirements and requirements guided by DITPSMK. While supporting factors support the teaching factory among other supporting environments, sarpras are adjusted to official workshops, supporting media to the maximum, curriculum based teaching factories, have implemented internship teachers, and industries that support teaching factories. While the factors inhibiting the implementation of teaching factories include SOPs that are not available, safety symbols are not available, marketing-promotion plans are not yet available, entrepreneurship improvement for students, and increasingly service innovation. From the results of evaluating how to implement teaching factories in SMKN 2 Surabaya can be done with some suggestions or solutions for improvement. Solutions from the inhibiting factors that can be provided include offering services using customer databases, increasing the number of providers, increasing facilities at workshops, and disseminating information to the maximum.