REINTERPRETASI VISUAL IKONOKLASME

A VISUAL REINTERPRETATION OF ICONOCLASM

Ketertarikan penulis mengangkat isu ikonoklasme sebagai ide penciptaan karya seni akibat melihat banyaknya fenomena perusakan karya seni yang terjadi selama beberapa dekade terakhir. Secara historis, ikonoklasme merupakan praktik pemusnahan gambar karena perbedaan ideologi yang di anut pada era kekaisaran Byzantium yang berlangsung dari tahun 725 hingga 843. Munculnya perbedaan ideologi tersebut berkaitan dengan perkembangan monofisitisme setelah terjadinya Konsili Khalsedon. Hal-hal yang berkaitan dengan praktik ikonoklasme tersebut melandasi penulis untuk mewujudkan ide tersebut kedalam karya seni mix media dengan bidang dua dimensi yang berlandaskan pada ide gagasan tentang ikonoklasme sebagai sumber inspirasi.

Tujuan penciptaan karya seni adalah untuk lebih memahami ikonoklasme dalam konteks gagasan serta mewujudkan atau memvisualisasikan ikonoklasme ke dalam penciptaan karya seni. Manfaat penciptaan karya seni ini berguna untuk memberikan kontribusi dalam bidang studi penciptaan seni yang berbasis pada sejarah ikonoklasme.

Lahirnya suatu karya seni tentu tidak lahir secara begitu saja, melainkan melalui beberapa tahapan yang tersistematis. Dalam membuat karya seni penulis mengadaptasi metode penciptaan karya seni milik Gustami yang terdiri atas 3 tahap, yaitu; di tahap pertama merupakan tahap eksplorasi, di tahap kedua tahap perancangan dan yang terakhir ialah tahap perwujudan.

Dalam penciptaan ini menghasilkan 4 karya yang secara keseluruhan menggunakan teknik mix media, dengan menggabungkan beberapa teknik seperti, digital, kolase, lukis hingga grafis. Karya pertama dengan judul Victim Conflict, menceritakan tentang dampak yang di timbulkan akibat perang kepada anak-anak. Karya kedua yang berjudul Kini merupakan penggambaran situasi yang terjadi di wilayah pelosok saat ini. Karya ketiga berjudul  Forgotten/Terlupakan menjelaskan tentang mainan yang kita lupakan seiring bertambahnya usia. Dan karya  terakhir yang berjudul Against Destiny, menceritakan tentang orang-orang yang melawan takdir atau kehendak Tuhan demi untuk mempertahankan hdup.

The author's interest in raising the issue of iconoclasm as an idea for creating works of art is due to seeing the many phenomena of destroying works of art that have occurred over the last few decades. Historically, iconoclasm was the practice of destroying images due to ideological differences adopted during the Byzantine era, which lasted from 725 to 843. The emergence of these ideological differences was related to the development of monophysitism after the Council of Chalcedon. Matters related to the practice of iconoclasm underlie the writer's desire to realize this idea into a mixed-media artwork with a two-dimensional field based on the idea of iconoclasm as a source of inspiration.

The purpose of creating works of art is to better understand iconoclasm in the context of ideas and to embody or visualize iconoclasm in the creation of works of art. The benefits of creating works of art are useful for contributing to the field of art creation studies based on the history of iconoclasm.

A work of art is not created in that manner, but rather through a series of stages. The author adapts Gustami's method of creating art, which consists of three stages: the exploration stage, the design stage, and the embodiment stage.

 In this creation, four works were produced, which in their entirety used mixed media techniques by combining several techniques such as digital, collage, painting, and graphics. The first work, entitled "Victim Conflict," tells about the impact caused by war on children. The second work, entitled "Now," is a description of the current situation in remote areas. The third work, entitled Forgotten, describes the toys we forget as we get older. And the last work, entitled "Against Destiny," tells about people who go against destiny or God's will in order to survive.