PERBEDAAN PENGARUH OLAHRAGA BELA DIRI DAN NON-BELA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN SIFAT ANDROGINI SISWI
DIFFERENT IN THE INFLUENCE OF MARTIAL AND NON-MARTIAL SPORTS ON THE TENDENCY OF ANDROGYNOUS TRAIT OF FEMALE STUDENTS
Aktifitas olahraga sangat beragam jenisnya, mulai dari olahraga prestasi, olahraga rekreasi, olahraga kesehatan, dan olahraga pendidikan. Jenis aktifitas olahraga juga dapat dikerucutkan lagi menurut karateristiknya, yaitu olahraga bela diri dan non-bela diri. Partisipasi wanita dalam berbagai jenis olahraga semakin meningkat seiring waktu. Atlet wanita yang muncul tidak hanya memiliki kemampuan yang berbeda, tetapi juga penampilan yang berbeda dengan wanita pada umumnya dan terkesan lebih maskulin. Didasari karena penampilan ini, banyak anggapan negatif yang muncul dari masyarakat dan memberi cap bahwa atlet wanita yang memiliki penampilan maskulin termasuk kelompok LGBTQ (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender, dan Queer atau Questioning). Padahal, semenjak tahun 1974 telah muncul istilah adrogini sebagai bentuk perkembangan teori gender yang dicetuskan oleh Sandra L Bem. Androgini menggambarkan sebuah peran gender yang dimiliki seorang individu, dimana individu tersebut memiliki kedua sifat maskulin dan feminin dalam saat yang bersamaan. Pada cabor olahraga bela diri dan non-bela diri pun sudah banyak atlet androgini. Fenomena atlet androgini juga dapat kita temukan pada beberapa siswi di SMAN Negeri Olahraga Sidoarjo yang merupakan sekolah pencetak atlet profesional di bidang olahraga bela diri dan non-bela diri. Berdasarkan fenomena tersebut, maka peneliti akan melakukan penelitian terkait androgenitas para siswinya.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan terkait kecenderungan sifat androgini antara siswi yang mengikuti olahraga bela diri dan non-bela diri di SMA Negeri Olahraga Sidoarjo. Peneliti menggunakan teknik purposive sampling, dengan sampel berjumlah 22 siswi dari kelas XII. Angket yang digunakan adalah angket BSRI (Bem Sex Role Inventory).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan terkait kecenderungan sifat androgini antara siswi yang mengikuti olahraga bela diri dan non-bela diri di SMANOR Sidoarjo. Sampel yang memiliki sifat androgini berjumlah 6 siswi, masing-masing 1 orang siswi dari cabang olahraga bela diri dengan persentase 4,55% dan 5 orang siswi dari cabang olahraga non-bela diri dengan presentase 22,73% dari keseluruhan sampel.
Kata Kunci : Olahraga bela diri, olahraga non-bela diri, androgini
Sport activities are very diverse, ranging from achievement sports, recreational sport, health sport, and educational sports. Types of sports activities can also be pursed according to their characteristics, that is martial art and non-martial art. Women’s participation in various types of sports increases with time. Female athletes who appear not only have different abilities, but also different appearance with women in general and seem more masculine. Based on this appearance, many negative assumptions that emerged from the community then gave the stamp that female athletes who had masculine appearance included the LGBTQ group (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender, and Queer or Questioining). In fact, since 1974 the term of androgyny has emerged as a form of the development of gender theory which was coined by Sandra L Bem, androgyny describes a gender role that an individual has, where the individual has both masculine and feminine qualities at the same time. In martial art and non-martial art sports are already many androgynous athletes. The phenomenon of androgyny athletes can also be found in a number of students at the State High School of Sport Sidoarjo which is a school that prints professional athletesin field of martial arts and non-martial arts. Based on this phenomenon, the researcher will conduct research related to the androgenity of their students.
The purpose of this study is to find out whether there are significant differences relate to the tendency of androgyny traits between female students who take part in martial arts and non-martial arts sports in State High School of Sport Sidoarjo. Researchers used a purposive sampling technique, with the sample of 22 students from class XII. The questionnaire used was a BSRI (Bem Sex Role Inventory) questionnaire.
The results of this study indicate that there are no significant differences related to the tendency of androgynous nature between female students who participate in martial art and non-martial art sports at State High School of Sport Sidoarjo. Samples that have androgyny trait amounted to 6 students, each 1 student from martial art sports with a percentage of 4.55% and 5 students from the non-martial art sports with a percentage of 22.73% of the total sample.
Keywords : Martial art, non-martial art, androgyny