SENI LUDRUK BESUTAN DI KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2007-2013
LUDRUK BESUTAN ART MADE IN JOMBANG REGENCY IN 2007-2013
Ludruk besutan merupakan kesenian asli dari Kabupaten Jombang. Perkembangan ludruk besutan mengalami pasang surut ditandai dengan menurunnya intensitas pementasan ludruk besutan secara signifikan.. kondisi ini disebabkan oleh berbagai faktor, karena itu para seniman ludruk dan pemerhati budaya jombang membentuk sebuah paguyuban ludruk arek jombang atau palambang. latar belakang dibentuknya palambang dikarenakan keresahan yang timbul akibat semakin menurunnya pementasan ludruk besutan dikalangan masyarakat, yang berdampak pada remaja jombang dinilai masih sangat kurang mengenal ludruk besutan.
Rumusan masalah pada penelitian ini antara lain, (1) Mengapa seni ludruk besutan mengalami kemundurun meski telah dibentuknya palambang atau paguyuban ludruk arek Jombang; (2) Bagaimana upaya yang dilakukan oleh palambang untuk memperkenalkan kembali ludruk besutan kepada masyarakat; (3) Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap mundurnya ludruk besutan di Jombang.
Penelitian ini menggunakan metode penulisan sejarah yang mencakup empat tahap penulisan antara lain heuristik (pengumpulan sumber) didapatkan melalui wawancara kepada para pemerhati budaya Jombang dan pelaku seni ludruk. kritik sumber, peneliti melakukan wawancara terhadap pemerhati budaya Jombang kemudian menyeleksi hasil wawancara tersebut serta membandingkan dengan sumber tertulis. interpretasi sumber, penulis menafsirkan dan menganalisis fakta-fakta yang didapat saat wawancara maupun di surat kabar. historiografi, dalam tahap ini menuliskan hasil penelitian yang berdasarkan data.
Hasil penelitian terkait penyebab kemunduran ludruk besutan mencakup menurunnya minat masyarakat, grub ludruk yang tidak memiliki anggota tetap dan minimnya regenerasi. Kedua, mengenai upaya yang dilakukan palambang untuk memperkenalkan kembali ludruk kepada masyarakat ialah dengan membentuk sebuah grub-grub kecil dan melakukan musyawarah pada tingkat kecamatan meskipun dalam penyelenggaraanya tidak menjangkau semua kecamatan yang ada dijombang. Ketiga, tanggapan masyarakat terhadap kemunduran yang terjadi pada ludruk besutan ialah masyarakat sebenarnya sangat menyayangkan, tetapi karena kurangnya dukungan, kesadaran, minat dari seluruh lapisan masyarakat tidak akan berjalan dengan maksimal.
Kata Kunci : Ludruk Besutan, Jombang
Ludruk Besutan is art of Jombang Regency. The development of ludruk besutan had ups and downs tides mark by a significantly decreasing intensity of Ludruk Besutan's performance. this condition was caused by various factors, therefore Ludruk artists and observers of Jombang culture compiled a Ludruk community called Arek Jombang or Palambang. The preparation of this palambang is caused by the unrest that arises due to the declining performance of Ludruk Besutan among the community which had an impact on teenagers in Jombang who were considered to still not know Ludruk Besutan.
The formulation of the problems in this study include, among others, (1) Why Ludruk Besutan suffered a setback even though the Palambang or community of Ludruk "Arek Jombang" was formed; (2) How was the effort made by Palambang to reintroduce Ludruk Besutan to the public; (3) What is the response of the community to the setback of Ludruk Besutan in Jombang.
This study used a historical writing method that includes four stages of writing such as heuristics (gathering resources) obtained through interviews with observers of Jombang culture and Ludruk practitioners. Criticism sources, researchers conducted interviews with observers of the culture of Jombang then select the results of the interview and compare it with written sources. Interpretation of sources, the authors interpret and analyze the facts obtained during the interview or contained in the news. Historiography, in this stage must write research results based on data.
The results of research related to the causes of Ludruk Besutan's setback include a decline in public interest, the Ludruk group that had no permanent members and the lack of regeneration. Second, the efforts made by Palambang to reintroduce Ludruk to the community by forming a small group and holding meetings at the sub-district level even though the implementation did not reach all the sub-districts in Jombang. Third, the community's response to the setback that occurred at Besutan Ludruk was the community that actually regretted it, but because of the lack of support, awareness, and interest from the whole community, this will not work optimally.
Keywords: Ludruk Besutan, Jombang