ABSTRAK
Al Ghazali, Iman. 2019. Analisis Persepsi Para Remaja dan Orang Dewasa Terhadap Kata “Fuck” dalam film “22 Jump Street” di Tinjau Dari Sisi Kognitif Sosial. Jurusan Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Surabaya. Pembimbing: Adam Damanhuri.
Kata kunci: fuck, model kognitif kultural, model kognitif idealis, stereotip.
Berkomunikasi dengan orang lain sehari-harinya membawa banyak kemungkinan baru dalam hidup. Melalui isyarat, sikap, dan yang paling utama melalui lisan, membuat seseorang dapat mempelajari kata serta kalimat baru. Kata dan kalimat yang baru kita dengan tidak selalu muncul dengan penjelasannya, yang membuat kita harus memutuskan arti dari kata tersebut yang bergantung pada setiap konteksnya. Banyak orang gagal untuk mengerti arti dari sebuah kata. Hal ini mungkin disebabkan karena seseorang telah hidup dalam budaya yang tumbuh di negaranya sejak lama. Seiring berjalannya waktu, dinamika kebahasaan akan mempengaruhi seseorang di seluruh dunia. Salah satu media untuk mempelajari bahasa dan budaya adalah melalui film. Untuk itu, film berjudul 22 Jump Street di gunakan dan kata fuck diajukan untuk mengetahui persepsi orang-orang di sekitar Surabaya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui factor sosial apa yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan orang-orang di sekitar Surabaya dalam menebak arti dan maksud dari kata fuck yang diucapkan dalam film 22 Jump Street dan bagaimana mereka merespon dan mempergunakan kata tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang melibatkan wawancara dengan informan; 5 remaja dan 5 orang dewasa yang dipilih secara acak di berbagai tempat di sekitar Surabaya. Penelitian ini menggunakan data hasil wawancara serta adegan dalam film untuk menjawab pertanyaan penelitian ini. Hasil menunjukkan bahwa menurut pengetahuan dan pengalaman mereka, sebagian besar orang-orang di Surabaya hanya dapat menjelaskan satu persepsi dari kata fuck yaitu sebagai umpatan, serta hanya sebagian kecil dari mereka yang dapat menjelaskan lebih dari sekedar umpatan atau mereka tidak dapat menjelaskan apapun. Dengan menggunakan Model Kognitif Budaya dan Model Kognitif Idealis, dapat dijelaskan bagaimana persepsi dan cara pandang orang-orang di sekitar Surabaya terhadap kata fuck dalam kehidupan sehari-hari.
ABSTRACT
Al Ghazali, Iman. 2019. Teens and Adults’ Perception Toward “F” Word in “22 Jump Street” Movie: A Socio-Cognitive Perspective. Language and Literature Department, State University of Surabaya. Advisor: Adam Damanhuri.
Keywords: Fuck, Cultural Cognitive Model , Idealised Cognitive Model, Stereotypes.
Communicating with other people everyday brings many possibilities in life. Through sign, gesture, and mainly verbal language, can be the trigger to learn a new word(s). The new word(s) that we heard of is not always followed by any explanation, but then we decide what the suitable meaning depend on the context. Sometimes people failed to catch the meaning of the word”. That may because people are live long enough within the culture of their nation. As the time goes on, language dynamic will affect people across the world. One media to learn languages and cultures are through a movie. Therefore, movie entitled 22 Jump Street is chosen and the word “fuck” is set for people in Surabaya to perceive.
The aim of this research is to find out what social factors that influence people in Surabaya on successfully or failed to catch the meaning of the word “fuck” spoken from the 22 Jump Street and how they will respond and treat the word. This research uses qualitative method which taking an in-depth interview with 5 random teenagers and 5 random adults in various places around Surabaya as the informant. This research uses the data of the interview as well as the chosen movie scenes to answer the research questions. The result shows that based on their knowledge and experience, the majority people in Surabaya are able to perceive only one meaning which is to swear, the rest are few people who are able to give more explanation or being not able to understand and give any explanation regarding the meaning. By understanding Cultural Cognitive Model and Idealised Cognitive Model, it can explain how peole in Surabaya understanding the word “fuck” and the way they see it in everyday life.