Multilingualisme dan Dampaknya bagi Siswi Pondok Pesantren Islam dalam Komunitas Multilingual yang Terorganisir

Multilingualism and Its Impact of Islamic Boarding House Students in an Organized Multilingual Community

Penelitian ini berasal dari masalah multibahasa dimana informan adalah multibahasa, kesenjangan yang ditemukan dalam penelitian sebelumnya adalah tempat dan efek dari multibahasa. Para informan dikumpulkan dalam satu lingkungan yang diorganisasikan dengan aturan dan batasan, informan tidak boleh berbicara bahasa lain kecuali bahasa yang diperintah untuk digunakan di area tertentu, juga, informan awalnya berasal dari berbagai tempat dan ras yang berarti juga bahasa yang berbeda , kebiasaan, dan budaya. Penelitian ini terbagi menjadi tiga, multi bahasa sebagai titik inti, preferensi bahasa sebagai titik menengah dan efek dari multi bahasa sebagai titik lanjut. Poin lanjutan melibatkan identitas pribadi informan dan nilai budaya yang dijelaskan dengan memadai tentang efek multibahasa. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, wawancara, dan observasi untuk memperoleh data. Data tersebut berupa file rekaman dari 3 informan. Hasil penelitian juga dibagi menjadi 3 bagian. Pertama, informan adalah pembelajar bahasa yang terbukti sebagai multibahasa. Kedua, konteks formal dan informal ditentukan oleh aturan asrama dan pilihan bahasa informan seperti berbicara kepada guru menggunakan konteks formal dan berbicara di kamar tidur menggunakan konteks informal. Ketiga, identitas dan budaya dari bahasa terbaru informan memengaruhi identitas dan budaya asli. Informan belajar bahasa Inggris, identitas dan budaya modernisme memengaruhi identitas dan budaya asli mereka, (mis.) Seorang informan lebih suka orang Singapura daripada orang Jawa.

This study was derived from multilingual issue where the informants were multilinguals. The gaps found in the previous study were the place and effects of multilingualism. The informants were gathered in one environment that organized with rules and limitations, the informants were not allowed to speak other languages except the language that ruled to use in certain areas, also, the informants originally came from various places and races which mean also different language, habit, and culture. This study was divided become threefold, multilingualism as a core point, language preference as an intermediate point and the effects of multilingualism as an advanced point. The advanced point involved informant’s personal identity and cultural value which adequately explained the multilingualism effect. This study used descriptive qualitative method, interview, and observation to gain the data. The data were in the form of a recording file from 3 informants. The results of the study were also splitted into 3 parts. First, the informants were language learners whose were proven as multilinguals. Second, formal and informal context were determined by boarding house rule and informant’s language choice such as speaking to teacher uses formal context and speaking in bedroom uses informal context. Third, the identity and culture from informant’s latest language affected the original identity and culture. In this case, Informants learnt English, the identity and culture of modernism influenced their original identity and culture, (e.g.) an informant prefered to be Singaporean rather than Javanese.

Keywords : Islamic boarding house, multilingualism, identity, culture, language, one environment, rule, habit.