Pengembangan Desain Pembelajaran Literasi berbasis Interkultural untuk Pelajaran Bahasa Jerman di SMA
Development of intercultural-based literacy learning designs for German Language Learning in High Schools
ABSTRAK
Indriwardhani, Sri Prameswari. 2020. Pengembangan Desain Pembelajaran Literasi berbasis Interkultural untuk Pelajaran Bahasa Jerman di SMA. Disertasi. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra. Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya. Promotor: (1) Prof. Dr. Bambang Yulianto, M.Pd, dan (2) Dr. Irene Risakotta, M.Pd
Kata Kunci: Pengembangan Desain, pembelajaran Literasi, Interkultural,
Bahasa Jerman di SMA
Belajar bahasa asing tidak hanya mempelajari keterampilan berbahasa akan tetapi juga mempelajari budaya dari bahasa yang dipelajari. Fokus pembelajaran bahasa Jerman di SMA pada umunya pada kemampuan dan keterampilan berbahasa Jerman, sehingga pembelajaran budaya terlebih interkultural atau dalam bahasa Jerman disebut dengan interkulturelle Landeskunde kurang mendapat perhatian. Meskipun dalam KI dan KD kurikulum 13 bahasa Jerman di SMA telah tercantum secara eksplisit akan tetapi guru masih kesulitan mengajarkannya karena belum adanya contoh desain pembelajaran literasi berbasis interkultural.
Pembelajaran literasi dengan menggunakan strategi mengajar 3R yaitu responding, revising dan reflecting dari Kern (2000) digunakan untuk mendekati teks-teks berbahasa Jerman dan pendekatan komunikasi interkultural menurut Byram yaitu pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berorientasi peserta didik/ Schülerorientiert dan desain pembelajaran mundur/ Backward Design dari Mc Tighe dijadikan sebagai landasan pengembangan desain pembelajaran dalam penelitian ini.
Penelitian ini bertujuan (1) menghasilkan modul pelajaran bahasa Jerman untuk SMA yang menggabungkan pembelajaran literasi berbasis pendekatan interkultural dan (2) menghasilkan modul pelajaran bahasa Jerman untuk SMA yang berkualitas; valid dari segi materi, desain dan kebahasaan, praktis dan efektif.
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dengan menggunakan model pengembangan 4D Thaigarajan, Semmel dan Semmel yang terdiri atas emapt tahapan yaitu pendefinisian, perancangan, pengembangan dan penyebarluasan.
Tahap pendefinisian dijabarkan analisis kebutuhan guru dan peserta didik, analisis kurikulum, materi. Pada tahap perancangan dilakukan pemetaan tujuan pembelajaran mengacu pada Kurikulum K13 dan CEFR/ referensi kebahasaan Eropa, dan perancangan format produk desain pembelajaran berupa modul untuk guru/MG dan modul untuk peserta didik.
Dalam tahap pengembangan dilakukan expert appraisal atau uji ahli dan developmental testing atau uji coba lapangan. Uji ahli tentang kevalidan modul dilakukan oleh dua tim validator yang terdiri dari 7 validator dengan kualifikasi pendidikan S3 dan 2 penutur asli untuk uji kebahasaan. Hasil validasi ahli materi menunjukkan produk MG sangat valid dengan skor persentase 90% dan MP dengan skor persentase 87%, dari segi desain MG dan MP sangat layak dengan skor persentase MG 92% dan MP 90%. Dari segi kebahasaan sangat layak dengan skor persentase untuk MG 86%, dan MP 90%.
Uji coba lapangan dilakukan di 2 kelas lintas minat bahasa Jerman SMAN 1 Lawang yaitu kelas X dan XI dan 2 kelas lintas minat di SMAN 15 Surabaya yaitu di kelas X dan XII. Dengan jumlah keseluruhan 52 peserta didik dan 4 orang guru yang menerapkan produk desain yang telah terkembangkan.
Kepraktisan produk desain pembelajaran literasi berbasis interkultural dilihat dari keterlaksanaan RPP, kendala dan respon peserta didik selama penerapan pembelajaran dengan menggunakan produk yang terkembangkan. RPP dapat terlaksana dengan baik dengan persentase 86,75%. Respon peserta didik sangat positif terhadap penerapan desain dengan persentase 88,5%. Meskipun demikian masih didapat kendala di lapangan karena menerapan desain ini dilakukan secara daring dikarenakan pandemi Covid 19. Kendala terbesar adalah jaringan internet yang kurang stabil.
Keefektifan produk terkembang diliihat dari aktivitas guru dan peserta didik dan hasil belajar peserta didik sebelum dan sesudah penerapan desain pembelajaran literasi berbasis interkultural. Aktivitas guru dan peserta didik diperoleh dengan observasi dan hasil observasi menunjukkan aktivitas guru meningkatdengan skor 0,33 yang menurut skor N-Gain diintrepretasikan efektif, karena berada pada interval skor 0.30 < g < 0.70. Begitu juga aktivitas peserta didik dikatakan efektif, dengan skor 0,44. Hasil belajar peserta didik menunjukkan skor 0,33 yang atinya efektif. Produk yang valid dan praktis mempunyai pengaruh terhadap keefektifan produk ketika diterapkan di lapangan.
Dari uji ahli dan uji lapangan didapat kesimpulan bahwa produk desain pembelajaran literasi berbasis interkultural valid, praktis dan efektif sehingga layak untuk disebarluaskan. Tahap diseminasi dilakukan kepada 62 guru anggota MGMP/IGBJI Surabaya, Malang dan Jombang. Responden Surabaya 84% mengatakan produk sangat baik, 90% respoden Malang dan Jombang mengatakan produk sangat baik dan mereka sangat terbantu akan adanya produk desain pembelajaran literasi berbasis interkultural ini.
Secara teoritis desain pembelajaran terkembangkan mendukung teori-teori sebelumnya dan masih dapat dikaji dan dikembangkan dengan menggunakan pendekatan komunikasi interkultural yang lainnya seperti teori Schulz von Thun, Deardorrf, dan yang lainnya, dan produk masih dapat dikembangkan dan diperbaiki dan diimplementasikan secara lebih luas.
ABSTRACT
Indriwardhani, Sri Prameswari. 2020.Development of intercultural-based literacy learning designs for German Language Learning in High Schools. Disertation. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra. Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya. Promotor: (1) Prof. Dr. Bambang Yulianto, M.Pd, dan (2) Dr. Irene Risakotta, M.Pd
Keywords: Design Development, Literacy Learning, Intercultural, German in high school
Learning a foreign language is learning language skills and learning the culture of its language. The focus of learning German in high school is generally on German language proficiency and skills, so that learning culture, mostly has received less attention. Even though the KI (core competencies) and KD (essential competencies) of Germans curriculum 13 in high school have listed it explicitly, teachers still have difficulty teaching it because there is no example of intercultural-based literacy learning designs.
Literacy learning using the 3R teaching strategy, namely responding, revising, and reflecting from Kern (2000), is used to approach German-language texts. According to Byram, the intercultural communication approach, namely the knowledge, skills, and attitudes and McTighe's Backward Design of learning, is used as the basis for developing the learning design in this study.
This study aims (1) to produce a German learning design in form of module for high school students that combines literacy learning based on an intercultural approach and (2) to create a quality German learning module for SMA (highschool), valid in terms of material, design, and language, practical and effective.
This research is development research using the 4D Thaigarajan, Semmel, and Semmel development model, which consists of four stages: defining, designing, developing, and disseminating.
The definition phase describes teachers' and students' needs analysis, curriculum, and materials analysis. The mapping of learning objectives refers to the K13 Curriculum and the CEFR / European language references at the design phase. Instructional design products are designed in the form of module for teachers and modules for students.
In the development stage, expert appraisal and developmental testing are carried out. The expert test on the module's validity was carried out by two validator teams consisting of 7 validators with doctoral education qualifications and two native speakers for the language validation. The material expert validation results show that MG (Teacher's module) products are very valid with a percentage score of 90% and MP (Student's module) with a percentage score of 87%, MG and MP design are very feasible with a percentage score of 92% MG and 90% MP. It is very feasible in terms of language, with percentage scores for MG 86% and MP 90%.
Field testing were carried out in two cross-interest classes at SMAN 1 Lawang, namely class X and XI, and two cross-interest classes at SMAN 15 Surabaya, class X and XII. Fifty-two students and four teachers apply the developed products.
The practicality of intercultural-based literacy learning design products is seen from the implementation of lesson plans, constraints, and student responses during the application of learning using products. The teacher implemented RPP well with a percentage of 86.75%. The students' response was very positive towards applying the design with a ratio of 88.5%. There are still obstacles in the field because implementing this design is done online and synchronously due to the Covid 19 pandemic. The biggest obstacle is the unstable internet network, which affects the duration of the planned learning.
The product's effectiveness is seen from the activities of the teacher and students and the learning outcomes of students before and after the implementation of the design. The activities of teachers and students are obtained by observation. The observation results showed that teacher activity increased with a score of 0.33. According to the N-Gain score, this result is interpreted as effective because it is in the score interval of 0.30 <g <0.70. Besides, the activities of students are said to be effective, with a score of 0.44. The learning outcomes of students show a score of 0.33, which means effective. Valid and practical products influence the effectiveness of the product when applied in the field.
Expert testing and field testing concluded that the intercultural-based literacy learning design product was valid, practical, and effective, so it was feasible to disseminate. The dissemination stage was carried out to 62 teachers who were members of MGMP / IGBJI Surabaya, Malang, and Jombang. 84% of Surabaya respondents said the product was excellent, 90% of respondents in Malang and Jombang noted the product was excellent. It was greatly helped by the existence of this intercultural based literacy learning design product.
Theoretically, this learningdesignproduct support the previous learningtheories and can be studied and developed using other intercultural communication approaches, such as the theory of Schulz von Thun, Deardorrf, and others. Furthermore, the product can still be developed and improved, and implemented more widely.