ABSTRAK
KONSTRUKSI KESENIAN TAYUB DI KAMPUNG TANDHAK KABUPATEN MOJOKERTO MELALUI KOREOGRAFI LINGKUNGAN PADA KARYA TARI “LANGEN BEKSAN”
Nama Mahasiswa : Yulai Hardina Candra Wulan
NIM : 14020134029
Prodi/ Jurusan : Seni Drama Tari dan Musik
Fakultas : Fakultas Bahasa dan Seni
Nama Lembaga : Universitas Negeri Surabaya
Pembimbing : Dr. Setyo Yanuartuti, M.Si
Tahun : 2018
Kata Kunci : Gembyangan, Tayuban, Koreografi Lingkungan
Kabupaten Mojokerto memiliki kesenian yang bervariasi, misalnya Kesenian Tayuban dari Dusun Rembu Lor, Desa Japanan, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto. Kegiatan Tayuban dilaksanakan saat bersih Desa setiap tahunnya. Pagelaran Tayuban dimulai dengan Gendhing Giro, Tari Remo sebagai pembuka, setelah itu Tayuban/ Ngibing. Koreografer tertarik mengangkat kesenian Tayub karena generasi Tandhak sekarang kurang mempercayai Ritual Gembyangan. Gembyangan dilakukan setelah para Tandhak berlatih pada guru, apabila sudah mumpuni Tandhak tersebut melaksanakan Ritual Gembyangan, sehingga dapat menjalankan profesinya sebagai Tandhak. Ritual Gembyangan dilaksanakan di Punden belakang Balai Dusun Rembu Lor.
Karya tari ini terdiri dari fokus isi gembyangan/ wisuda tandhak, kemudian fokus bentuk koreografi lingkungan, karena pagelaran karya dilakukan di Balai Dusun Rembu Lor dan Punden Nyai Pandan Sari yang berada di belakang Balai Dusun tersebut. Koreografer pada karya tari ini menggunakan metode pendekatan Konstruksi (rangsang awal, penentuan tipe tari, penentuan mode penyajian representasional atau simbolis, improvisasi, evaluasi improvisasi, seleksi dan penghalusan, motif). Kemudian teori yang digunakan pada karya “langen beksan” yaitu Koreografi Lingkungan dan Komposisi prinsip-prinsip bentuk seni.
Nilai-nilai yang didapat koreografer pada proses karya tari ini yaitu Nilai Sosial Budaya masyarakat setempat, kebersamaan, gotong royong, kerjasama, dsb. Wujud visualisasi karya tari ini, bentuk pertunjukan lingkungan yaitu melibatkan masyarakat sekitar untuk berpartisipasi pada pagelaran, misalnya arak-arakan menuju Punden, kemudian Ritual di Punden, selanjutnya ngibing dilakukan oleh penonton bersama para penari. Kebanyakan gendhing yang mengiringi pagelaran yaitu gendhing-gendhing tayuban, misalnya eling-eling saat arakan-arakan dan ritual, srampat, walang kekek. Busana karya ini, menggunakan konsep remo putri (kemben, jarit, rapek depan-belakang, pedang-pedangan kanan-kiri, sabuk, sampur, lalu menggunakan sanggul jawa), serta riasan cantik pada penari (pensil alis hitam, eyeshadow berwarna merah dibaur dengan warna hitam, blush on berwarna merah, shading coklat, kemudian lipstik merah gelap).
ABSTRACT
Name : Yulai Hardina Candra Wulan
Study Program: Dramatic Arts Dance and Music
Faculcity : Language and Arts
Institution : State University of Surabaya
Preceptor : Dr. Setyo Yanuartuti, M.Si
Years : 2018
Keywords: Gembyangan, Tayuban, Choreography Environment
Mojokerto Regency has varied arts, for example Seni Tayuban from Dusun Rembu Lor, Desa Japanan, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto. The Tayuban activity is carried out when the village is clean every year. The Tayuban show begins with Gendhing Giro, Tari Remo as an opening, after which Tayuban / Ngibing. Choreographers are interested in raising Tayub's art because the Tandhak generation now lacks trust in the Gembyangan Ritual. Gembyangan is carried out after the Tandhak have been practicing with the teacher, if it is already qualified Tandhak implements the Gembyangan Ritual, so that he can carry out his profession as Tandhak. The Gembyangan ritual was held in Punden behind the Rembu Lor Hamlet Hall.
This dance work consists of a focus on the content of the graduation / graduation ceremony, and then focuses on the choreography of the environment, because the work is held at the Rembu Lor Hamlet and Punden Nyai Pandan Sari located behind the Hamlet. Choreographers in this dance work use the Construction approach method (initial stimulation, determining the type of dance, determining representational or symbolic modes of presentation, improvisation, improvisation evaluation, selection and smoothing, motives). Then the theory is used in the work "langen beksan" namely Environmental Choreography and Composition of principles of art forms.
The values obtained by the choreographer in the process of this dance are the socio-cultural values of the local community, togetherness, mutual cooperation, cooperation, etc. The form of visualization of this dance work, a form of environmental performance that involves the surrounding community to participate in the performance, for example the procession towards Punden, then the Ritual in Punden, then ngibing is carried out by the audience with the dancers. Most bushings that accompany performances are gendhing-gendhing tayuban, for example eling-eling during procession and ritual, slat, walang kekek. This work, using the concept of remo princess (kemben, jarit, front-back report, right-left sword-sword, belt, sampur, then using a Java bun), and beautiful makeup on the dancer (black eyebrow pencil, red eyeshadow mixed with black, red blush, brown shading, then dark red lipstick).