Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk komoditas budaya dan menjelaskan proses komodifikasi budaya dalam pertunjukan wayang kulit di Kabupaten Mojokerto. Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi partisipatif, dan dokumentasi. Data primer dikumpulkan melalui wawancara mendalam dan observasi partisipatif. Analisis data menggunakan perspektif fenomenologi. Komodifikasi budaya dalam pertunjukan wayang kulit dikaji dengan Teori Industri Budaya pemikiran Theodore Adorno. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Paguyuban Among Budaya menyuguhkan pertunjukan wayang kulit baku tanpa ada acara pembuka lainnya dan menggunakan gaya wayang kulit Jawa Tengah yang merupakan induk dari perkembangan wayang kulit saat ini. Proses komodifikasi budaya dalam wayang kulit Among Budaya dilakukan dengan cara mengemas pertunjukan melalui kelengkapan fasilitas dan kreatifitas para seniman nya. Paguyuban Sekar Budaya memodifikasi dengan memasukkan kesenian lokal yaitu melibatkan Tari Remo dan gaya pewayangannya menggunakan gaya Jawa Timuran. Tari Remo merupakan tarian khas Jawa Timur yang disesuaikan dengan daerah masing-masing. Proses komodifikasi budaya dalam pertunjukannya disesuaikan dengan permintaan konsumen. Komodifikasi budaya ini telah berdampak pada aura seni wayang kulit pada masing-masing paguyuban
This study aims to determine the shape of cultural commodities and explain the process of cultural commodification in shadow puppet shows in Mojokerto Regency. this type of research is descriptive qualitative. Data collection is done by interviews, participatory observation, and documentation. Primary data was collected through in-depth interviews and participatory observation. Data analysis uses phenomenological perspective. The commodification of culture in wayang kulit performances was examined using Theodore Adorno's theory of the culture industry. The results showed that the Among Cultural Society presented a standard wayang kulit show without any other opening events and used the Central Javanese wayang kulit style which is the mother of the current wayang kulit development. The process of commodification of culture in the Wayang Among Wayang kulit is done by packaging the show through the complete facilities and creativity of the artists. The Sekar Budaya Society has modified it to include local art, which involves Remo Dance and wayang style using the East Javanese style. Remo Dance is a typical dance of East Java that is adapted to their respective regions. The process of commodification of culture in the show is adjusted to consumer demand.This cultural commodification has had an impact on the aura of wayang kulit art in each community.