Berpikir kritis adalah salah satu komponen penting dalam pembelajaran matematika dan prosesnya menjadi fokus untuk meningkatkan berpikir kritis siswa. Matematika tidak dapat dipisahkan dengan  pemecahan masalah dan berpikir kritis dapat membantu mereka dalam hal ini. Masalah kontekstual adalah  masalah yang terkait dengan konteks kehidupan nyata dan dapat ditemukan dengan mudah dalam materi perbandingan senilai dan berbalik nilai. Masalah semacam ini memberi peluang untuk berpikir lebih kritis dalam menemukan solusi. Ketika memecahkan masalah, siswa memroses informasi secara berbeda yang dipengaruhi oleh gaya kognitif mereka. Salah satu model variasi pada gaya kognitif adalah gaya kognitif reflektif-impulsif.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses berpikir kritis siswa SMP reflektif dan impulsif dalam menyelesaikan masalah kontekstual perbandingan senilai dan berbalik nilai. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan metode tes dan wawancara. Subjek penelitiannya terdiri dari seorang siswa reflektif dan seorang siswa impulsif kelas 7-8 SMP Negeri 5 Sidoarjo.

Ada beberapa persamaan dan perbedaan dalam proses berpikir kritis reflektif dan impulsif siswa dalam memecahkan masalah perbandingan senilai dan berbalik nilai yaitu: (1) baik siswa reflektif maupun impulsif melakukan interpretasi dengan mengategorikan apa yang diketahui dan ditanya, tetapi siswa reflektif menglarifikasi makna dengan detail, sedangkan siswa impulsif tidak; (2) siswa reflektif menganalisis dengan baik dengan menguji ide dan mengidentifikasi argumen dan alasan, sedangkan siswa impulsif tidak menganalisis dengan baik dikarenakan ketidakmampuan untuk menemukan informasi yang tersirat; (3) baik siswa reflektif maupum impulsif melakukan inferensi dengan menacari bukti, membuat hipotesis, dan mencoba untuk membuktikannya untuk mengambil sebuah kesimpulan, tetapi dalam pencarian bukti, siswa reflektif menyebutkan informasi relevan-tidak relevan dengan percaya diri dan menggunakan informasi yang relevan untuk menyelesaikan masalah, sedangkan siswa impulsif bingung dalam membedakan keduanya; (4) siswa reflektif dan impulsif melaksanakan evaluasi dengan menilai argumen dan apa yang diklaim sebelum mengambil langkah selanjutnya, tetapi siswa impulsif tidak menindaklanjutinya; (5) siswa reflektif melakukan eksplanasi dengan menyatakan hasil, menjustifikasi langkah-langkah/prosedur, dan memaparkan argumen dengan jelas, sedangkan siswa impulsif melakukannya dengan tidak cukup jelas; (6) siswa reflektif selalu menjalankan regulasi diri dengan memonitor dan mengoreksi apa yang telah dilakukan, sedangkan siswa impulsif jarang menjalankannya.

Kata kunci: proses berpikir kritis, masalah kontekstual, perbandingan senilai dan berbalik nilai, gaya reflektif-impulsif.

Critical thinking is one of essential components in mathematics learning and its process becomes the focus to improve students’ critical thinking. In mathematics instruction, mathematics can not be separated from problem solving, and critical thinking can help them in such a thing. Contextual problem is one of various problems which is related to context in a real life and can be found easily in topic direct-inverse proportions. This kind of problem gives opportunity to think more critically to find the solutions. When solving problems, students proceed information differently and it is affected by their cognitive style. One-dimensional model of variation in cognitive style is reflective-impulsive style.

The purpose of this research is to describe the critical thinking processes of reflective and impulsive junior-high-school-students in solving contextual problems of direct and inverse proportions. This research is descriptive qualitative research by using test and interview methods. The subjects consist of a reflective and an impulsive students of class 7-8 State Junior High School 5 Sidoarjo.

The results showed that there were some similiarities and differences between reflective and impulsive student’s critical thinking processes in solving contextual problems of direct and inverse proportions: (1) both students conducted interpretation by categorizing what are given and asked, but the reflective student clarified meaning in detail, while the impulsive student not in detail; (2) the reflecticve student analyzed well by examining ideas and identifying arguments as well as reasons, while the impulsive one did not analyse well that is caused by inability to find unstated information; (3) both students do inferences by querying evidence, forming hypothesis, and trying to prove the hypothesis and to draw a conclusion, but in querying evidence, the reflective student mentioned the relevant-irrelevant information confidently and used all relevant information to solve problem, while the impulsive student got confused in distinguishing between them; (4) both students carried out evaluation by assessing credibility of claims and quality of arguments before jumping to the next steps, yet the impulsive did not take any further actions; (5) the reflective student did explanation by stating results, justifying procedures, and presenting arguments clearly, while the impulsive student not clear (6) the reflcetive student always performed self-regulation by doing monitoring and correcting what they have done, while the impulsive one barely performed self-regulation.

Keywords: critical thinking process, contextual problem, direct and inverse proportions, reflective-impulsive style.