ABSTRAK
“SUROBOYO JUANG”
(UNGKAPAN PERJUANGAN PERISTIWA 10 NOVEMBER 1945 DALAM BENTUK DRAMATIK)
Nama Mahasiswa : Juniace Ajeng Pangestuningtyas Inggari
NIM : 14020134080
Prodi/Jurusan : Seni Drama Tari dan Musik
Fakultas : Fakultas Bahasa dan Seni
Nama Lembaga : Universitas Negeri Surabaya
Pembimbing : Drs. Djoko Tutuko, M.Sn
Tahun : 2019
Kata kunci : Ungkapan, Suroboyo Juang, dan Dramatik.
Peristiwa 10 November 1945 merupakan peristiwa heroik Rakyat Surabaya yang tangis bahagianya masih terasa hingga saat ini. Arek-arek Suroboyo dan segenap lapisan masyarakat melawan sekutu dengan kobaran semangat tanpa senjata. Perang ini memiliki intensitas tinggi dalam peperangan di Indonesia karena mencerminkan jiwa keadilan dan nasionalisme yang kuat dari masyarakat kota Surabaya. Maka, koreografer menciptakan tari Suroboyo Juang seba gai bentuk ungkapan peristiwa 10 November 1945. Karya tari ini memiliki fokus isi perjuangan dalam peristiwa 10 November 1945, dan fokus bentuknya merupakan sajian dari sebuah karya tari yang bertipe dramatik.
Dalam proses penciptaan karya tari Suroboyo Juang ini koreografer melakukan pengkajian terlebih dahulu terhadap karya yang telah diciptakan oleh koreografer terdahulu yang tentunya telah relevan seperti Tari Benteng Suroboyo, Tari Joko Berek, dan Tari Greget Sawunggaling. Tidak hanya itu, pengkajian teori juga menggunakan teori ungkapan, perjuangan, sejarah, dramatik, dan koreografi.
Karya tari Suroboyo Juang menggunakan metode konstruksi yang telah dikenalkan oleh Jacqueline Smith digunakan sebagai langkah-langkah untuk membangun sebuah ide yang akhirnya menjadi konsep. Dalam mengkonstruksi karya tari dibutuhkan pemahaman tentang elemen dasar tari seperti tenaga, ruang, dan waktu serta tatanan tari yang baik melalui tahap rangsang awal, menentukan tipe tari, mode penyajian, eksplorasi, improvisasi, analisis dan evaluasi, serta penghalusan. Judul Suroboyo Juang menjadi makna dari rakyat Surabaya yang sedeang berjuang dalam peristiwa 10 Novenber 1945. Teknik dan gaya tari Suroboyo Juang ialah gaya Jawa Timuran yang dikembangkan dengan kelincahan kaki, kekuatan tangan dan kaki, serta ragam gerak Tari Remo yang menjadi acuan karena memiliki rasa yang sama yaitu perjuangan.
Alur pada karya tari ini dibagi menjadi empat bagian yakni introduksi, adegan 1, adegan 2, dan adegan 3. Koreografi dalam karya ini tentunya harus didukung dengan tata rias dan busana yang menggambarkan atau menyimbolkan karakter tarian tersebut. Sebagai pendukung karya tari, iringan musik menjadi hal yang penting. Dalam karya ini menggunakan iringan pentatonic dalam bentuk digital.
Karya tari Suroboyo Juang menawarkan bentuk sajian yang mengeksplorasi tubuh berdasarkan tipe tari dramatik. Penyampaian gerak dalam karya ini dipertimbangkan dari sisi konsep karya dan kemampuan para penari yang tentunya memiliki motivasi dan isi. Pada hal tersebut koreografer berharap kepada para penikmat untuk tidak melupakan sejarah dan selalu mengapresiasi perjuangan para pahlawan.
ABSTRACT
" Suroboyo Juang"
(Discussion Of The Strunggle Of The November 10th Event In Dramatic)
Name : Juniace Ajeng Pangestuningtyas Inggari
Reg. Number : 14020134080
Study Program : Art of dance-drama and music
Faculty : Languages and Arts
Institution : State University of Surabaya
Advisor : Drs. Djoko Tutuko, M.Sn
Year : 2019
Keywords: Expressions, Suroboyo Juang, and Dramatic
The November 10, 1945 events were the heroic events of the Surabaya that still remember by people until nowadays. Arek-arek Suroboyo and all levels of society fight allies with weapons of fire. This war has a high intensity in war in Indonesia because it reflects the soul of justice and strong nationalism from the people of Surabaya. Therefore, the choreographer created the Suroboyo Juang dance as an expression of the November 10, 1945 event. This dance work has a focus on the contents of the struggle in the November 10, 1945 event, and the focus of its form is a presentation of a dramatic type of dance.
In the process of creating dance works, the choreographer of Suroboyo Juang conducted a prior assessment of the work that had been created by the previous choreographers who would have been relevant such as Benteng Suroboyo Dance, Joko Berek Dance, and Greget Sawunggaling Dance. The study of theory also uses the theory of expression, struggle, history, dramatism, and choreography.
Suroboyo Juang's dance used the construction method. This method introduced by Jacqueline Smith as the steps to build an idea that eventually became a concept. In constructing dance works, it requires an understanding of the basic elements of dance such as energy, space, time and a good dancer order through the initial stimulation stage, determining the type of dance, modes of presentation, exploration, improvisation, analysis and evaluation, and refinement. The title, Suroboyo Juang, means the people of Surabaya who were struggling in the event of 10 Novenber 1945. The technique and style of Suroboyo Juang's dance are East Javanese styles that developed with the agility of the feet, the strength of the hands and feet, and the variety of movements of Remo Dance which have a sense of same, namely struggle.
The flow in this dance is divided into four parts. Those are introduction, scene 1, scene 2, and scene 3. The choreography in this work must be supported by makeup and clothing that illustrate or symbolize the dance character. As a supporter of dance work, musical accompaniment becomes important. In this work use pentatonic accompaniment in digital form.
Suroboyo Juang's offers a form of presentation that explores the body based on dramatic dance types. Submission of motion in this work is considered in terms of the concept of work and the ability of the dancers who certainly have motivation and content. In this case the choreographer hopes that the audience will not forget about the history and always appreciate the struggle of the heroes.