ANALISIS PENGARUH KOMPOSISI PEREKAT TAPIOKA TERHADAP KUALITAS BIOPELET DARI CAMPURAN TONGKOL JAGUNG, AMPAS TEBU, DAN AMPAS KOPI 

ANALYSIS OF THE EFFECT OF TAPIOCA ADHESIVE COMPOSITION ON THE QUALITY OF BIOPELLETS FROM A MIXTURE OF CORN COBS, BAGASSE, AND COFFEE 

Meningkatnya kebutuhan energi dunia diakibatkan oleh peningkatan jumlah manusia, menyebabkan jumlah limbah manusia juga ikut meningkat. Diperlukan sumber energi terbarukan untuk memenuhi kebutuhan energi. Biopelet merupakan contoh biomassa padat yang dihasilkan dari pengolahan limbah dan dapat dijadikan bahan bakar untuk kebutuhan energi. Dalam penelitian ini limbah yang digunakan sebagai bahan baku biopelet adalah tongkol jagung, ampas tebu, dan ampas kopi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas biopelet meliputi kadar abu, nilai kalor, kadar air, bulk density, dan laju pembakaran terhadap penambahan komposisi perekat tepung tapioka. Menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode studi eksperimental. Pembuatan biopelet dilakukan dengan cara mengeringkan bahan baku dibawah sinar matahari lalu bahan baku dihaluskan dan ditambah dengan perekat tapioka dengan variasi komposisi 10%, 20%, dan 30%, kemudian adonan di campur menggunakan mixer, lalu adonan di cetak menggunakan mesin pelet vertikal, selanjutnya biopelet di keringkan kembali menggunakan oven dengan suhu 100oC selama 30 menit. Biopelet diuji di Balai Riset dan Standarisasi Industri Surabaya untuk mengetahui kualitas yang meliputi kadar abu, nilai kalor, kadar air, bulk density. Untuk pengujian laju pembakaran dilakukan secara mandiri. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa persentase perekat dapat mempengaruhi kualitas yang dimiliki biopelet. Biopelet dengan perekat tapioka terbaik yaitu pada perekat tapioka 10% yang telah memenuhi standar dalam hal kadar abu, nilai kalor, dan kadar air ditandai dengan persentase kadar abu yang paling rendah yaitu 3,23%, memiliki nilai kalor sebesar 4715,53 kal/g atau 19.742972 Mj/Kg, persentase kadar air paling tinggi sebesar 6,97%, dan laju pembakaran paling tinggi sebesar 0,534 g/menit.

The increasing global energy demand is caused by the growing human population, leading to a rise in human waste. Renewable energy sources are needed to meet this demand. Biopellets are an example of solid biomass produced from waste processing and can be used as fuel for energy needs. In this study, waste materials used for biopellet raw materials are corn cobs, sugarcane bagasse, and coffee grounds. The research aims to determine the quality of biopellets, including ash content, calorific value, water content, bulk density, and combustion rate with the addition of tapioca flour adhesive. This is a quantitative research using an experimental study method. Biopellets are made by drying raw materials under sunlight, grinding them, adding tapioca flour adhesive in variations of 10%, 20%, and 30%. The mixture is blended using a mixer, shaped using a vertical pellet machine, and dried again in an oven at 100°C for 30 minutes. Biopellets are tested at the Surabaya Industrial Research and Standardization Institute to assess quality, including ash content, calorific value, water content, and bulk density. Combustion rate testing is conducted separately. The results show that the percentage of adhesive affects the quality of biopellets. The best biopellets with tapioca flour adhesive are at 10%, meeting standards for ash content, calorific value, and water content, with the lowest ash content at 3.23%, a calorific value of 4715.53 cal/g or 19.74 MJ/kg, the highest water content at 6.97%, and the highest combustion rate at 0.534 g/minute.