Women's Suffrage in the Victorian Era in Enola Holmes
Women's Suffrage in the Victorian Era in Enola HolmesĀ
Disutradarai oleh Harry Bradbeer, Enola Holmes menggambarkan seorang gadis 16 tahun yang mencari ibunya yang hilang karena bergabung dengan gerakan hak pilih perempuan. Dalam film ini, wanita Victoria terikat oleh undang-undang yang melarang mereka memiliki hak untuk memilih. Artikel ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan hak pilih perempuan sebagai pemberontakan terhadap masyarakat di era Victoria dengan menggunakan rebellious feminism oleh Bartlett dalam perspektif feminis John Stuart Mill. Artikel tersebut menganalisis film melalui naskah dan sinematografi untuk mengungkapkan bahwa Eudoria melewati tiga langkah pemberontakan. Langkah pertama adalah penolakan terhadap penindasan dan penegasan martabat manusia dengan melakukan tindakan pemberontakan individu dan penanaman benih pemberontakan dalam keluarga. Langkah kedua dan ketiga adalah hubungan solidaritas dan persahabatan yang konkrit dengan melakukan aktivisme sosial melalui bergabung dengan perkumpulan rahasia, melakukan kampanye hak pilih perempuan, dan memperjuangkan RUU reformasi.
Directed by Harry Bradbeer, Enola Holmes portrays a 16-year-old girl who searches for her missing mother and joins the women's suffrage movement. In this movie, Victorian women are bound by a law that forbids them from having the right to vote. This article aims to identify and describe women's suffrage as a rebellion against society in the Victorian era using Bartlett's rebellious feminism within a feminist perspective of John Stuart Mill. The article analyzes the movie through script and cinematography to reveal that Eudoria went through three steps of rebellion. The first step is the rejection of oppression and the affirmation of human dignity by committing acts of individual rebellion and planting the seeds of rebellion in the family. The second and third steps are concrete solidarity and friendship relations by carrying out social activism through joining the secret society, conducting women's suffrage campaigns, and fighting for the reform bill.