Pengembangan Model Pembelajaran Etnomatematika Tematik Terhubung
Development of Ethnomathematics-Thematic-Connected Learning Models
Penelitian ini bertujuan menguji kualitas produk hasil pengembangan model pembelajaran Etnomatematika-Tematik-Terhubung (ETT). Penelitian ini penting dilakukan untuk mendapatkan alternatif lain dalam melaksanakan pembelajaran matematika berbasis budaya, yang dapat menunjang kemampuan siswa dalam menyelesaikan permasalahan budaya. Kebaruan penelitian ini ditunjukkan dengan mengintegrasikan tiga pendekatan, yaitu kurikulum trivium etnomatematika, pendekatan tematik, dan keterhubungan konsep matematika, dalam suatu model pembelajaran. Adapun penerapan model pembelajaran ini dibatasi dalam lingkup budaya Banyuwangi
Model pembelajaran ETT merupakan suatu model dalam pembelajaran matematika yang memuat konsep trivium (literacy, matheracy, dan technoracy) dan interkoneksi, serta dirancang dengan pendekatan tematik bertema budaya. Penelitian dilakukan dengan metode pengembangan dan etnografi. Penelitian etnografi digunakan untuk mengidentifikasi etnomatematika dalam budaya Banyuwangi, yang selanjutnya menjadi dasar pengembangan perangkat pendukung model pembelajaran ETT. Penelitian pengembangan dilakukan dengan model Plomp.
Responden penelitian terdiri dari pelaku budaya Banyuwangi, dosen bidang pendidikan matematika, kepala sekolah dan guru sekolah dasar, serta siswa kelas 3 sekolah dasar di tiga sekolah dasar di Banyuwangi. Pengumpulan data dilakukan dengan metode kuisioner, observasi, wawancara, dan tes. Adapun analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran ETT yang dikembangkan memiliki sintaks yang memuat tujuh fase pembelajaran, yaitu: (1) pengkondisian siswa dan penyampaian tujuan pembelajaran; (2) pemberian permasalahan budaya; (3) pembelajaran dengan konsep trivium, tematik, dan terhubung; (4) penyelesaian permasalahan budaya; (5) penyajian hasil penyelesaian permasalahan budaya; (6) analisis; serta (7) feedback dan evaluasi. Sistem sosial dirancang dalam bentuk pembelajaran secara individu atau kelompok. Prinsip reaksi dirancang agar guru dapat berperan sebagai fasilitator, konsultan, dan mediator pembelajaran. Sistem pendukung dipersiapkan dalam bentuk pengaturan kelas, perangkat pembelajaran, fasilitas belajar, dan media pembelajaran. Dampak instruksional yang diharapkan adalah peningkatan kemampuan penyelesaian permasalahan matematika dan koneksi matematis siswa dalam konteks budaya. Adapun dampak pengiring yang diharapkan adalah siswa lebih mengenal budayanya; dapat bekerja sama menyelesaikan masalah; bertanggungjawab atas hasil yang diperoleh; terbiasa memproses informasi dari masalah untuk mendapatkan penyelesaian yang tepat; serta mencapai profil pelajar Pancasila khususnya dalam dimensi berkebinekaan global, gotong royong, mandiri, berpikir kritis dan kreatif.
Kualitas hasil pengembangan model pembelajaran ETT dikatakan baik dan layak untuk digunakan berdasarkan hasil penilaian validitas, kepraktisan, dan efektivitas. Validitas diketahui melalui penilaian ahli terkait isi dan konstruk yang menunjukkan kesesuaian antara model pembelajaran ETT dengan teori belajar ahli dan keterhubungan secara konsisten antar komponen pada model. Kepraktisan diketahui melalui penilaian ahli dan pengamatan terkait keterlaksanaan model yang menunjukkan kesesuaian antara tingkat kegunaan model pembelajaran ETT pada kondisi normal atau sesungguhnya. Efektivitas diketahui melalui penilaian ahli dan hasil capaian pengguna yang menunjukkan kesesuaian antara tingkat konsistensi antara pengalaman dan desain/produk dengan tujuan yang diharapkan.
Proses pembelajaran dan hasil penyelesaian permasalahan budaya yang dilakukan oleh siswa menunjukkan bahwa siswa mulai mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan menggunakan pemahaman terhadap materi yang diberikan untuk menyelesaikan permasalahan budaya. Siswa menyadari adanya keterhubungan antarkonsep dalam pembelajaran matematika dan keterhubungan antara mata pelajaran matematika dengan mata pelajaran lain dalam konteks budaya. Berdasarkan kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa budaya mendukung pemahaman siswa terhadap konsep yang disajikan dalam pembelajaran.
This study aims to examine the product quality resulting from the development of the Ethnomathematics-Thematic-Connected (ETT) learning model. This research is important to do to find other alternatives in implementing culture-based mathematics learning, which can support students’ ability to solve cultural problems. The novelty of this research is demonstrated by integrating three approaches, including the ethnomathematics trivial curriculum, thematics approaches, and the connectedness of mathematical concepts, in a learning model. The application of this learning model is limited within the scope of Banyuwangi culture.
The ETT learning model is a model in mathematics learning that contains trivium concepts (literacy, matheracy, and technoracy) and interconnections, and is designed with a cultural-themed thematuc approach.The research was carried out by developing and ethnographic methods. Ethnographic research was used to identify ethnomathematics in Banyuwangi culture, which then became the basis for developing supporting tools for the ETT learning model. Development research was carried out using the Plomp model.
The research respondents consisted of Banyuwangi cultural actors, lecturers in mathematics education, principals and elementary school teachers, as well as third grade students of elementary schools in three elementary schools in Banyuwangi. Data collection was carried out using questionnaires, observations, interviews, and tests. The data analysis was carried out quantitatively and qualitatively.
The results that the developed ETT learning model has a syntax that contains seven learning phases, including:. (1) conditioning students and expressing learning objectives; (2) providing cultural issues; (3) learning with trivial, thematic, and connected concepts; (4) solving cultural problems; (5) presentation of results; (6) analysis; and (7) feedback and evaluation. Social system are designed in the form of individual or group learning. The principle of reaction is designed so that the teacher can act as a facilitator, consultant, and learning mediator. Support systems are prepared in the form of classroom arrangements, learning tools, learning facilities, and learning media. The expected instructional impact is an increase in the ability to solve mathematical problems and students’ mathematical connections in a cultural context. The expected accompanying impact is that students are more familiar with their culture; can work together to solve problems; be responsible for the results obtained; accustomed to processing information from problems to get the right solution; and achieving the profile of Pancasila students, especially in the dimensions of global diversity, mutual cooperation, independence, critical and creative thinking.
The quality of the results of the development of the ETT learning model is said to be good and feasible to use based on the results of the assessment of validity, practicality, and effectiveness. Validity is known through expert assessments regarding content and construct which show compatibility between the ETT learning model and expert learning theory and consistent interrelationships between components in the model.. Practicality is known through expert judgment and observations related to the implementation of the model which shows the suitability between the level of usefulness of the ETT learning model in normal or real conditions. Effectiveness is known through expert assessment and user performance results which show the suitability between the level of consistency between experience and design/product with the expected goals.
The learning process and the results of solving cultural problems by students show that students begin to develop critical thinking skills and use their understanding of the material provided to solve cultural problems. Students are aware of the relationship between concepts in learning mathematics and the connection between mathematics subjects and other subjects in a cultural context. based on these conditions it can be concluded that culture supports students’ understanding of the concepts presented in learning.