KONSTRUKSI SOSIAL MASYARAKAT INDUSTRI TENTANG PROGRAM KB : STUDI PADA PASANGAN USIA SUBUR DI SURABAYA
SOCIAL CONSTRUCTION OF INDUSTRIAL SOCIETY CONCERNING FAMILY PALNNING (KB) PROGRAMS: A STUDY ON COUPLES OF FERTILIZING AGE IN SURABAYA
Program Keluarga Berencana (KB) memiliki tujuan untuk mengatur jumlah serta jarak kelahiran anak guna mewujudkan perencanaan keluarga yang lebih sejahtera. Dengan adanya hal ini kemudian membuat banyak pasangan usia subur di masyarakat industri yang memilih untuk ikut serta dalam program KB karena memudahkan mereka dalam membuat perencanaan keluarga, di tengah tuntutan industri yang selalu menuntut pekerja untuk lebih produktif. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua masyarakat industri memiliki tingkat peserta KB yang tinggi, masih tedapat wilayah masyarakat industri yang peserta KB nya masih sedikit. Wilayah tersebut berada di Kelurahan Menanggal, Kota Surabaya. Dengan adanya fenomena tersebut, peneliti kemudian menggunakan pendekatan kulaitatif dengan teori kontruksi sosial milik Peter L Berger dan Thomas Luckman untuk menganalisis faktor objektif dan faktor subjektif yang memengaruhi keputusan pasangan usia subur untuk ikut atau tidak ikut serta dalam program KB. Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa keputusan pasangan usia subur terkait dengan program KB dipengaruhi oleh faktor ekonomi, budaya patriarki, persepsi agama, serta pengalaman pribadi terhadap metode kontrasepsi tertentu. Sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah dan penyuluh KB telah membantu meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang KB, akan tetapi hambatan seperti ketakutan efek samping kontrasepsi dan ketidaksepakatan dengan pasangan menjadi tantangan utama. Dalam masyarakat industri dengan pola pikir yang lebih modern, ternyata masih dipengaruhi oleh nilai nilai tradisonal yang kompleks dalam pengambilan keputusan terkait KB.
Kata Kunci : Konstruksi, Masyarakat Industri, Program KB.
The Family Planning (KB) program aims to regulate the number and spacing of children in order to create a more prosperous family plan. With this, many couples of childbearing age in industrial societies choose to take part in family planning programs because it makes it easier for them to plan their families, amidst the demands of industry which always requires workers to be more productive. However, in reality, not all industrial societies have a high level of family planning participants, there are still areas of industrial society where there are still few family planning participants. The area is in Menanggal Village, Surabaya City. Given this phenomenon, researchers then used a qualitative approach using Peter L Berger and Thomas Luckman's social construction theory to analyze objective and subjective factors that influence the decision of couples of childbearing age to participate or not participate in family planning programs. This research produces findings that decisions of couples of childbearing age regarding family planning programs are influenced by economic factors, patriarchal culture, religious perceptions, and personal experiences with certain contraceptive methods. Socialization carried out by the government and family planning instructors has helped increase public knowledge about family planning, however obstacles such as fear of contraceptive side effects and disagreements with partners are the main challenges. In an industrial society with a more modern mindset, it turns out that it is still influenced by complex traditional values in making decisions regarding family planning.
Keywords: Construction, Industrial Society, Family Planning Program.