Basa Figuratif, Sarana Retorika lan Aspek Deviasi Basa sajrone Antologi Geguritan Serat Plerok Anggitane Yusuf Susilo Hartono

Figurative Language, Rethorical Devices and Aspect of Language Deviation in the Anthology of Serat Plerok Poetry by Yusuf Susilo Hartono

Antologi geguritan Serat Plerok karangan Yusuf Susilo Hartono merupakan salah satu karya sastra yang berhasil menarik perhatian karena mengandung kata-kata yang indah dan  terasa aneh serta beberapa kata yang terpilih belum memiliki makna atau maknanya tidak ditemukan dalam kamus. Hal tersebut menandakan style dan luasnya wawasan penyair serta merupakan kebebasan penyair ketika merangkai kata-kata dalam suatu puisi (lisensia puitika). Dengan munculnya kata-kata unik tersebut, Yusuf Susilo Hartono mampu menangkap dan memahami kenyataan yang terdapat di luar logika (nalar). Dalam membaca antologi geguritan Serat Plerok, para pembaca dituntut bersaing untuk membongkar makna sembari ‘melihat’ luasnya alam semesta. Untuk membongkar dalamnya makna dan arti yang terkandung dalam antologi geguritan Serat Plerok dibutuhkan teori stilistika. Stilistika digunakan untuk menjelaskan gaya bahasa (style) penyair dibantu dengan teori semiotik untuk membongkar makna/isi dalam geguritan-geguritan tersebut. Dalam antologi geguritan SP karangan YSH ditemukan tiga aspek stilistika yang menjadi style penyair yaitu bahasa figuratif, sarana retorika dan aspek deviasi bahasa sastra. Jadi, dalam penelitian ini akan dibahas mengenai (1) bahasa figuratif yakni majas metafora, (2) sarana retorika, yakni repetisi dan (3) aspek deviasi bahasa sastra yang berwujud deviasi leksikal.  Dari 58 geguritan yang dianalisis, ditemukan 22 data yang mengandung bahasa fuguratif berupa majas metafora, 34 data mengandung sarana retorika berupa repetisi yang dibagi lagi menjadi : anadiplosis (6 data), aliterasi (8 data), anafora (8 data), mesodiplosis (8 data) dan kiasmus (5 data), serta ditemukan 18 data yang mengandung aspek deviasa bahasa khususnya deviasi leksikal.

The anthology of Serat Plerok poetry by Yusuf Susilo Hartono is one of the literary works that succeeded in attracting attention by its beautiful and strange words which is yet having literal meaning or dictionary based meaning. This indicates the style and breadth of the poet's insight and the freedom of the poet in composing words in a poetry (poetic license). With the emergence of these unique words, Yusuf Susilo Hartono was able to capture and understand the reality that is out of reason (logic). When reading the anthology of Serat Plerok, readers are required to compete to dismantle the meaning while 'seeing' the vastness of the universe. To uncover the meaning in the anthologies of Serat Plerok, the stylistic theory is needed. Stylistics is used to explain the poet's style of language aided by a semiotic theory to uncover the meaning/content in the poetry. In the anthology of SP by YSH three aspects of stylistics were found to be the poet's style: figurative language, rethorical devices and aspects of literary language deviation. So, this research will discuss about (1) figurative language namely metaphorical majes, (2) rethorical devices, namely repetition and (3) aspects of language deviations in the form of lexical deviations. Of the 58 poetry analyzed, 22 data were found containing figurative language in the form of metaphorical forms, 34 data contained rethorical devices in the form of repetition which were further divided into: anadiplosis (6 data), alliteration (8 data), anaphora (8 data), mesodiplosis (8 data) and chiasmus (5 data), and also found 18 data that contain aspects of language deviation, especially lexical deviation.