Pengembangan Motif Jaranan Di Joglo Suminar Batik, Badas, Kediri
Development of Circular Motives in Joglo Suminar Batik, Badas, Kediri
Kuda Lumping merupakan sebutan untuk Kesenian Jaranan dalam Bahasa Indonesia. Biasanya istilah tersebut digunakan oleh orang metropolitan untuk menyebutkan kesenian Jaranan. Di Kediri terdapat 384 kelompok kesenian Jaranan dengan jumlah anggota kurang lebih 30.000 orang yang tergabung dalam PASJAR (Paguyuban Seni Jaranan). Hal inilah yang membuat Kesenian Jaranan juga menjadi salah satu kesenian khas Kabupaten Kediri.
Joglo Suminar Batik merupakan tempat produksi dan pemasaran batik yang terletak di Jln. KH. Dewantara No. 74 A Sekoto, Badas, Kediri. Ada sembilan motif Kuda Lumping di Joglo Suminar Batik, namun menurut peneliti sembilan motif tersebut terlihat jauh berbeda dari bentuk kepang Jaranan Jowo, Jaranan Pego, dan Jaranan Sentherewe yang ada di Kediri. Warna yang digunakan cenderung masih monoton sehingga perlu dilakukan pengembangan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana bentuk Jaranan pada kesenian Jaranan Kediri?; 2) Bagaimana bentuk Jaranan pada motif batik di Joglo Suminar Batik?; 3) Bagaimana proses pengembangan motif Jaranan di Joglo Suminar Batik ?; dan 4). Bagaimana hasil pengembangan motif Jaranan di Joglo Suminar Batik?.
Peneliti menggunakan jenis penelitian Research and Development (R&D). Tahap pertama peneliti mengkaji produk yang ada di Joglo Suminar Batik, yaitu sembilan Motif Kuda Lumping atau disebut juga dengan Motif Jaranan yang menurut peneliti kesembilan motif tersebut masih digambarkan secara sederhana. Tahap kedua, peneliti membuat 30 desain yang terdiri dari 4 desain jarik, 4 desain baju wanita remaja, 4 desain baju wanita dewasa, 12 desain baju pria remaja, dan 6 desain baju pria dewasa. Tahap ketiga adalah melakukan proses validasi desain. Tahap keempat peneliti melakukan revisi desain dan selanjutnya melakukan proses validasi desain yang kedua. Selanjutnya peneliti memilih lima desain, yaitu desain Sentherewe Kembar Latar Kopi 3, desain Sirah Pego Latar Kopi, desain Sentherewe Singkur-singkuran 2, desain Sentherewe Kawung Kopi, dan desain Jaranan Singkur-singkuran yang selanjutnya diterapkan pada kain, hingga menjadi produk siap pakai.
Hasil pengembangan Motif Kuda Lumping di Joglo Suminar Batik menghasilkan satu jarit, satu baju laki-laki dewasa, satu baju laki-laki remaja, satu baju wanita dewasa, dan satu baju wanita remaja. Warna yang ada pada desain tidak dapat dijangkau oleh pewarna batik. Namun demikian, secara umum desain hasil pengembangan peneliti dapat diwujudkan menjadi produk batik tulis.
Kata kunci : Jaranan, Joglo Suminar Batik, motif batik.
Kuda Lumping is the name for Jaranan Art in Indonesian. Usually the term is used by metropolitan people to describe the art of Jaranan. In Kediri there are 384 Jaranan art groups with a total membership of approximately 30,000 people who are members of PASJAR (Jaranan Art Association). This is what makes Jaranan Art also one of the typical arts of Kediri Regency.
Joglo Suminar Batik is a batik production and marketing site located at Jln. KH. Dewantara No. 74 A Sekoto, Badas, Kediri. There are nine Kuda Lumping motifs in Joglo Suminar Batik, but according to the researcher, the nine motifs look very different from the braid forms of Jaranan Jowo, Jaranan Pego, and Jaranan Sentherewe in Kediri. The colors used tend to be monotonous, so it needs to be developed. The formulations of the problems in this study are: 1) How is the shape of the Jaranan in Jaranan Kediri ?; 2) What is the shape of the Jaranan on the batik motif in Joglo Suminar Batik ?; 3) What is the process of developing the Jaranan motif in Joglo Suminar Batik ?; and 4). How is the result of the development of the Jaranan motif in Joglo Suminar Batik?
Researchers use this type of research and development (R&D). The first stage, the researcher examined the products in Joglo Suminar Batik, namely the nine Lumping Horse Motifs or also known as the Jaranan Motif, which according to researchers the nine motifs are still depicted simply. The second stage, the researchers made 30 designs consisting of 4 jarik designs, 4 teenage women's clothing designs, 4 adult women's clothing designs, 12 teenage men's clothing designs, and 6 adult men's clothing designs. The third stage is to carry out the design validation process. The fourth stage, the researcher revised the design and then carried out the second design validation process. Furthermore, the researchers selected five designs, namely the Twin Background Coffee 3 Sentherewe design, the Coffee Background Sirah Pego design, the Singkur-singkuran 2 Sentherewe design, the Kawung Kopi Sentherewe design, and the Singkur-Singkuran Jaranan design which were then applied to fabrics, so that they became ready-to-use products.
The result of the development of the Lumping Horse Motif in Joglo Suminar Batik resulted in one jarit, one adult male shirt, one teenage boy's shirt, one adult woman's shirt, and one teenage woman's shirt. The colors in the design cannot be reached by batik dyes. However, in general the designs developed by researchers can be transformed into written batik products.
Keywords: Jaranan, Joglo Suminar Batik, batik motif.