PERSEPSI KEHIDUPAN BERNEGARA SANTRI

PONDOK PESANTREN SALAFIYAH

 (Studi Kasus Pada Pondok Pesantren Al Falah Ploso Mojo Kediri)

PERCEPTIONS OF STUDENTS' NATIONAL LIFE

SALAFIYAH ISLAMIC BOARDING SCHOOL

 (Case Study At The Al Falah Ploso Mojo Kediri Islamic Boarding School)

Penelitian ini dilatar belakangi oleh perkembangan spekulasi mengenai Persepsi kehidupan bernegara santri terhadap negaranya. Banyak anggapan mengenai santri tidak peduli terhadap nasionalisme hal tersebut di karenakan dibelakang diri seorang santri pondok pesantren terdapat doktrin pemikiran figure Kyai di dalamnya sehingga perilaku santri terikat terhadap kebebasan berpendapat. Penelitian ini tertunjuk pada santri pondok pesantren salafy Al Falah, Ploso Kediri. Bertujuan untuk mengetahui Persepsi Kehidupan Bernegara santri pondok pesantren, rumusan masalah dalam penelitian ini yang pertama terkait Pemahaman santri dalam memaknai kehidupan bernegara serta bentuk persepsi kehidupan bernegara yang dibangun oleh pondok pesantren kepada para santri. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori kontruksi sosial dari peter L berger dan luckman dimana Istilah konstruksi sosial atas realitas (social construction of reality) didefinisikan sebagai proses sosial melalui tindakan dan interaksi dimana individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subyektif. Asumsi dari teori ini memandang bahwa proses kontruksi terbentuk atas konsep dialektika, yang dikenal dengan Eksternalisasi, Objektivasi, Internalisasi. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Subjek dalam penelitian ini yang pertama pengasuh pondok pesantren Al falah, Ploso Kediri dan santri dari pondok pesantren. Penelitian ini berfokus kepada persepsi kehidupan bernegara Santri Pondok Pesantren Salafy, yang dalam hal ini berfokus mengkaji mengenai Pancasila sebagai sebuah Ideologis, NKRI dan UUD sebagai kontitusi, Bhineka tunggal ika sebagai keberagaman dan lagu Indonesia raya sebagai bentuk Simbolis suatu negara) pada benak santri pondok pesantren salafy. Teknik pengumpulan data penelitian ini dengan observasi. Teknik analisis data menggunakan model analisis yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman dengan cara pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan nasionalisme tercipta atas nilai toleransi atau penyesuaian. Hal tersebut berdasarkan kehidupan antar individu manusia tidak memiliki nilai kecocokan antara individu satu dengan individu lainya, dan keadaan tersebut menciptakan persepsi tersendiri di dalamnya. Untuk menciptakan nasionalisme santri pondok pesantren menyampaikan diperlukan kemauan toleransi antar individu sehingga hidup bernegara dapat terjalin dengan baik. Mengenai nilai aspek nasionalisme santri pondok pesantren salafy memiliki persepsi tersendiri yaitu mengenai Pancasila sebagai sumber kehidupan bangsa, NKRI dan UUD sebagai kontitusional negara, Bhineka tunggal ika sebagai kekayaan negara Indonesia dan lagu Indonesia raya sebagai simbol dan naungan atas perbedaan. Santri pondok pesantren memaparkan ke empat komponen tersebut merupakan salah satu bentuk wujud nasionalisme masyarakat indonesia

Kata Kunci: Persepsi kehidupan bernegara, Santri pondok pesantren, salafy

This research was motivated by the development of speculation regarding students' perceptions of national life towards their country. There are many assumptions about Islamic boarding school students not caring about nationalism, this is because behind an Islamic boarding school student there is the doctrine of the thoughts of a Kyai figure so that the behavior of the students is tied to freedom of opinion. This research focused on students at the Al Falah Salafy Islamic boarding school, Ploso Kediri. Aiming to find out the Perception of National Life of Islamic boarding school students, the problem formulation in this research is first related to the understanding of Islamic boarding school students in interpreting national life as well as the form of perception of national life that is built by Islamic boarding schools for the students. The theory used in this research is the social construction theory of Peter L. Berger and Luckman, where the term social construction of reality is defined as a social process through action and interaction in which individuals continuously create a reality that is shared and experienced collectively subjective. . The assumption of this theory is that the construction process is formed from a dialectical concept, known as Externalization, Objectivation, Internalization. This research uses qualitative research with a case study approach. The subjects in this research were the first caretakers of the Al Falah Islamic boarding school, Ploso Kediri and students from the Islamic boarding school. This research focuses on the perception of national life of Salafy Islamic boarding school students, which in this case focuses on studying Pancasila as an ideology, the Republic of Indonesia and the Constitution as constitutions, Bhineka Tunggal Ika as diversity and the song Indonesia Raya as a symbolic form of a country) in the minds of Salafy Islamic boarding school students. . The data collection technique for this research is observation. The data analysis technique uses an analysis model proposed by Miles and Huberman by collecting data, reducing data, presenting data, and drawing conclusions. The research results show that nationalism is created based on the value of tolerance or adjustment. This is based on the fact that life between human individuals does not have the value of compatibility between one individual and another, and this situation creates its own perception within it. To create nationalism, Islamic boarding school students convey the need for tolerance between individuals so that life in the nation can be well established. Regarding the value aspect of nationalism, Salafy Islamic boarding school students have their own perception, namely regarding Pancasila as the source of the life of the nation, the Republic of Indonesia and the Constitution as the country's constitution, Bhineka Tunggal Ika as the wealth of the Indonesian state and the song Indonesia Raya as a symbol and shade for differences. Islamic boarding school students explained that these four components are a form of nationalism in Indonesian society

Keywords: Perception of national life, Islamic boarding school students, Salafy