Muhtarom. 2019. Profil Keyakinan dan Pedagogical Content Knowledge Mahasiswa Calon Guru Matematika ditinjau dari Adversity Quotient,. Disertasi, Program Studi S3 Pendidikan Matematika, Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya. Promotor: Prof. Dr. Dwi Juniati, M.Si., dan Ko Promotor: Dr. Tatag Yuli Eko Siswono, M.Pd.
Kata-kata kunci: keyakinan, pedagogical content knowledge, adversity quotient, dan mahasiswa calon guru matematika.
Keyakinan dan pedagogical content knowledge (PCK) mempengaruhi praktik pembelajaran dikelas. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan profil keyakinan dan pedagogical content knowledge (PCK) mahasiswa calon guru matematika ditinjau dari adversity quotient (AQ). Komponen keyakinan yang diteliti meliputi keyakinan tentang matematika, keyakinan tentang mengajar matematika, dan keyakinan tentang belajar matematika. Sedangkan komponen PCK yang diteliti meliputi knowledge of subject matter (KSM), knowledge of students (KS), dan knowledge of pedagogy (KP).
Subjek penelitian sebanyak tiga mahasiswa calon guru matematika yang memiliki AQ climber, AQ camper, dan AQ quitter. Subjek penelitian dipilih dengan pertimbangan kemampuan komunikasinya baik secara lisan maupun tulisan, memiliki pengalaman praktik pembelajaran matematika di sekolah, berjenis kelamin perempuan, dan kemampuan akademiknya merata. Pengambilan data dilakukan dengan teknik wawancara keyakinan, wawancara PCK, dan penganalisisan video praktik pengajaran di kelas. Data yang diperoleh dilakukan pengkodean, penyederhanan, kemudian dipaparkan, dilakukan triangulasi selanjutnya didapatkan data kredibel untuk ditarik kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga mahasiswa calon guru matematika climber, camper, dan quitter memiliki keyakinan yang berbeda. Mahasiswa calon guru climber meyakini bahwa matematika adalah sebagai cabang ilmu yang dinamis. Pendekatan yang layak digunakan adalah berpusat pada siswa. Pembelajaran dimulai melalui pemberian masalah konstekstual, membantu siswa berdiskusi dan menemukan solusi masalah, kemudian mempresentasikannya. Mahasiswa calon guru matematika climber meyakini siswa harus mengkonstruksi konsep matematika dan mengembangkannya ketika belajar matematika. Mahasiswa calon guru camper meyakini bahwa matematika merupakan ilmu yang statis tetapi terpadu, terdiri dari struktur-struktur matematika yang saling terkait. Pendekatan yang layak digunakan dalam pembelajaran matematika adalah berpusat pada guru. Pembelajaran dimulai dengan mengajarkan konsep, memberikan contoh soal, membimbing siswa, memberikan soal latihan yang lebih kompleks, mengevaluasi, dan mempresentasikan hasilnya. Mahasiswa calon guru matematika camper meyakini siswa harus menguasai konsep yang diajarkan guru dan keterampilan menghitung untuk menyelesaikan soal matematika. Sedangkan mahasiswa calon guru quitter meyakini bahwa matematika sebagai alat yang digunakan untuk menyelesaikan masalah matematika. Pendekatan yang layak digunakan dalam pembelajaran matematika adalah berpusat pada guru. Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan konsep dan prosedur matematika, memberikan contoh soal, kemudian soal latihan agar siswa lebih memahami materi yang disampaikan guru, memberikan tugas untuk menguatkan pengetahuan siswa. Mahasiswa calon guru matematika quitter meyakini bahwa siswa harus menguasai keterampilan berhitung untuk menyelesaikan soal matematika.
Selanjutnya ketiga mahasiswa calon guru matematika climber, camper, dan quitter sama-sama memiliki knowledge of subject matter (KSM) meliputi: pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual dan pengetahuan prosedural terkait dengan SPLDV, memiliki knowledge of students (KS) yang meliputi: pengetahuan terhadap ide yang dimiliki siswa untuk menyelesaikan soal, pengetahuan tentang kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal, dan pengetahuan untuk mengatasi kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal SPLDV. Hasil penelitian terhadap ketiga mahasiswa calon guru matematika menunjukkan bahwa pengetahuan KSM, dan KS mendukung dalam knowledge of pedagogy (KP) dan selanjutnya diimplementasikan dalam praktik pembelajaran, tetapi hal tersebut tidak cukup untuk menjelaskan perbedaan antara ketiga mahasiswa calon guru matematika tersebut. Ketiga mahasiswa calon guru matematika memiliki pengetahuan yang sama, tetapi berbeda dalam langkah kegiatan pembelajaran, perumusan tujuan pembelajaran yang mengintegrasikan nilai sikap, peran guru dalam pembelajaran, dan pemilihan contoh soal dan soal latihan. Perbedaan dalam praktik pembelajaran ini sejalan dengan perbedaan keyakinan ketiga mahasiswa calon guru matematika climber, camper, dan quitter. Praktik pembelajaran yang dilakukan oleh mahasiswa calon guru climber, camper dan quitter mencerminkan apa yang diyakininya.
Muhtarom. 2019. Profile of Beliefs and Pedagogical Content Knowledge of Prospective Mathematics Teachers viewed from Adversity Quotient. Disertasi, Program Studi S3 Pendidikan Matematika, Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya. Promotor: Prof. Dr. Dwi Juniati, M.Si., dan Ko Promotor: Dr. Tatag Yuli Eko Siswono, M.Pd.
Kata-kata kunci: beliefs, pedagogical content knowledge, adversity quotient, and prospective mathematics teachers.
Keyakinan dan pedagogical content knowledge (PCK) mempengaruhi praktik pembelajaran dikelas.Beliefs and pedagogical content knowledge (PCK) influence classroom learning practices. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan profil keyakinan dan pedagogical content knowledge (PCK) mahasiswa calon guru matematika ditinjau dari adversity quotient (AQ) . This study was aimed at describing the profile of beliefs and pedagogical content knowledge (PCK) of prospective mathematics teachers viewed from adversity quotient (AQ). Components of beliefs examined include beliefs about nature of mathematics, beliefs about teaching mathematics, and beliefs about learning mathematics. While the PCK components studied included knowledge of subject matter (KSM), knowledge of students (KS), and knowledge of pedagogy (KP).Subjek penelitian sebanyak tiga mahasiswa calon guru matematika yang memiliki AQ climber , AQ camper , dan AQ quitter .
Research subjects were three prospective mathematics teachers who had AQ climber, AQ camper, and AQ quitter. Subjek penelitian dipilih dengan pertimbangan kemampuan komunikasinya baik secara lisan maupun tulisan , memiliki pengalaman praktik pembelajaran matematika di sekolah , berjenis kelamin perempuan, dan kemampuan akademiknya merata.Subjects were selected with consideration of having communication skill both orally and in writing, having practical experience of learning mathematics at school, female, and having evenly academic ability. Pengambilan data dilakukan dengan teknik wawancara keyakinan, wawancara PCK, dan penganalisisan video praktik pengajaran di kelas. Data collection was carried out through beliefs interview technique, PCK interview, and analyzing video teaching practices in the classroom. Data yang diperoleh dilakukan pengkodean, penyederhanan, kemudian dipaparkan, dilakukan triangulasi selanjutnya didapatkan data kredibel untuk ditarik kesimpulan.The data obtained were encoded, simplified, and then presented. Triangulation was done to get credible data to draw conclusions.
The results showed that the three prospective mathematics students of AQ climber, AQ camper, and AQ quitter had different beliefs. The prospective teacher of climber believed that mathematics was a dynamic. The approach that was feasible to use was student-centered. Learning began through giving contextual problems, helping students discuss and find solutions to problems, then present them. The prospective teacher of climber believed that students must construct mathematical concepts and develop them when learning mathematics. The prospective teacher of camper believed that mathematics was a static but integrated science, consisting of interrelated mathematical structures. The approach that was feasible to be used in mathematics learning was teacher-centered. Learning began by teaching concepts, giving examples of problems, guiding students, giving practice questions that were more complex, evaluating, and presenting the results. The prospective teacher of camper believed that students must master the concepts taught by the teacher and calculating skills to solve mathematical problems. While, prospective teacher of quitter believed that mathematics is a tool used to solve mathematical problems. What was feasible to use in learning mathematics was teacher-centered. Learning began by explaining mathematical concepts and procedures, giving examples of problems, then practicing questions so that students understood the material presented by the teacher better, giving assignments to strengthen students' knowledge. Prospective teacher of quitter believed that students must master numeracy skills to solve mathematical problems.
Furthermore, three prospective mathematics students of climber, camper, and quitter had knowledge of subject matter (KSM) which included: factual knowledge, conceptual knowledge and procedural knowledge related to SPLDV, had knowledge of students (KS) which included: knowledge of ideas owned by students to solve problems, knowledge on errors made by students in solving problems, and knowledge to overcome students' errors in solving SPLDV problems. The research results on the three prospective mathematics teachers showed that knowledge of KSM and KS supported in the knowledge of pedagogy (KP) and subsequently was implemented in the practice of learning. However, it was not enough to explain the difference among the three prospective mathematics teachers. The three prospective mathematics teachers had the same knowledge, but differed in the steps of learning activities, formulating the learning goals that integrated attitudes, the teacher's role in learning, and selecting sample questions and practice questions. The difference in learning practices was in line with the different beliefs of the three prospective mathematics teachers of climber, camper, and quitter. The learning practice carried out by the prospective teacher of climber, camper and quitter reflecting what she’s believed.