Aspal porus merupakan generasi baru dalam perkerasan lentur. Aspal porus memiliki campuran dengan agregat tertentu, yang didesain mempunyai pori-pori udara dan membolehkan air meresap secara vertical maupun horizontal. Aspal porus memiliki nilai stabilitas marshall yang lebih rendah dari aspal beton yang menggunakan gradasi rapat. Penggunaan aspal porus dinilai bisa menjadi solusi dari permasalahan kondisi jalan di Indonesia. Asbuton ditemukan oleh geolog asal Belanda WH Hetzel Asbuton pada tahun 1924, dan digunakan pertama kali dalam pengaspalan jalan dua tahun kemudian. Aspal alam di Pulau Buton totalnya tidak kurang dari 750 juta ton, ini berarti 80% cadangan aspal alam di dunia terdapat di Pulau Buton. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penambahan Buton Granular Asphalt (BGA) dan Lawele Granular Asphalt (LGA) dalam campuran Aspal Porus yang menggunakan agregat bergradasi seragam ditinjau dari karakteristik Marshall. Agregat bergradasi seragam adalah agregat yang hanya terdiri dari butir – butir agregat berukuran sama atau hampir sama.
Metode penelitian ini menggunakan standart SNI 06-2489-1991 dengan gradasi campuran menggunakan standart Australian Asphalt Pavement Association (2004). Variasi kadar aspal dengan campuran LGA BGA adalah 2%, 2,5%, 3%, 3,5%, 4%, dan 4,5% dengan menggunakan aspal pen 60/70. Serta penambahan BGA pada agregat halus (0 mm-5 mm) dengan perbandingan 50:50 dan penambahan LGA pada agregat medium (5 mm – 10 mm) dengan perbandingan 50:50.
Hasil penelitian menunjukan dengan adanya penambahan asbuton LGA dan BGA berpengaruh cukup baik dilihat dari nilai stabilitas menigkat mencapai 724,3 kg, mengalami kenaikan hingga 15,66% dari campuran aspal porus tanpa penambahan LGA dan BGA. Untuk nilai VIM pada kadar aspal 2,75% telah memenuhi spesifikasi dari Australian Asphalt Pavement Association (2004) sehingga dapat memenuhi parameter untuk struktur perkerasan lentur. Nilai permeabilitas mengalami penurunan dari kondisi kontrol tetapi tetap berada di atas standart yang ditentukan.
Kata Kunci : Aspal porus, Buton Granular Asphalt (BGA), Lawele Granular Asphalt (LGA), Marshall,
Permeabilitas.
Porous asphalt has a mixture with certain aggregates which are designed to have air pores and allow water to penetrate vertically or horizontally. Porous asphalt generally has a lower Marshall stability value than concrete asphalt which uses tight gradations. Asbuton was discovered by Dutch geologist WH Hetzel Asbuton in 1924, pavement construction two years later. The resource of asbuton in Buton is not less than 750 million tons, this means that 80% of the world's natural asphalt reserves are in Buton Island.. This study aimed to examine the effect of subtitution of Buton Granular Asphalt (BGA) and Lawele Granular Asphalt (LGA) in the porous Asphalt mixture using uniformly graded coarse aggregates in terms of Marshall characteristics. Uniformly graded aggregates are aggregates which only consist of aggregate items of the same or nearly the same size.
This research method using standard SNI 06-2489-1991 with mixed gradations using Australian Asphalt Pavement Association (2004). Variations in asphalt content with LGA and BGA mixtures are 2%, 2.5%, 3%, 3.5%, 4%, and 4.5% using asphalt pen 60/70. Subtitution of BGA to fine aggregate with a ratio of 50:50 and subtitution of LGA to ine aggregatewith a ratio of 50:50.
The result shows increase of stability 724,3 kg, increasing 15,66% better than porous asphalt mixes without the substitution of LGA and BGA. a VIM at 2,75% bitumen content has met the specifications of the Australian Asphalt Pavement Association (2004) so that it can meet the parameters for flexible pavement structures. The permeability value is obedient from the control conditions of porous asphalt but remains above the specified standard.
KeyWords : Porous asphalt , Buton Granular Asphalt (BGA), Lawele Granular Asphalt (LGA), marshall,
Permeability.