Penelitiaan ini bertujuan mendeskripsikan frekwensi, tipe dan ketidaktepatan penggunaan penanda metadiscourse interaktif dan interaksional pada tiga laporan penelitian berbahasa Inggris oleh mahasiswa lulusan program S-3 yang belajar bahasa Inggris sebagai bahasa asing.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode analisa isi untuk meneliti kata dan frasa yang berfungsi sebagai penanda metadiscourse pada seribu kata pertama pada bagian pendahuluan, kajian pustaka, metode penelitian, hasil penelitian, pembahasan, dan bagian kesimpulan dan saran dari laporan penelitian diatas. Penggumpulan data secara manual dilakukan untuk menentukan apakah kata, frasa tersebut berfungsi sebagai penanda metadiscourse interaktif dan interaksional. Untuk mengetahui frekwensi penggunaan penanda metadiscourse, rumus penghitungan prosentasi digunakan sebagai alat analisa. Kemudian, untuk mendeskripsikan tipe dan ketidaktepatan penggunaan metadiscourse pada laporan penelitian tersebut analisa secara kualitatif dengan menggunakan langkah-langkah analisa data menurut Cresswell (2003). Hasil analisa data menunjukkan bahwa penanda metadiscourse interaktif lebih sering digunakan daripada penanda metadiscourse interaksional. Penanda metadiscourse Interaktif paling sering digunakan pada bagian kajian pustaka sedangkan penanda metadiscourse interaksional sebagian besar digunakan pada bagian metode penelitian. Transitions digunakan di sebagian besar bagian dari laporan penelitian untuk mendorong orientasi pembaca secara jelas dan untuk mengorganisasi teks dengan cara dimana pembaca dapat dengan mudah memahami. Hedges digunakan secara umum di semua bagian laporan penelitian untuk melembutkan penyampaian argumen. Tidak banyak variasi penggunaan kata dan frasa untuk digunakan sebagai penanda metadiscourse interaktif dan interaksional. Mahasiswa menggunakan metadiscourse secara tidak tepat pada tipe overuse dan mistranslation.
Dapat disimpulkan mahasiswa Indonesia yang belajar bahasa Inggris sebagai bahasa asing lebih fokus pada mengorganisasikan teks dalam penulisan karya ilmiah daripada meningkatkan interaksi dengan pembaca. Dalam penggunaaan penanda interaktif dimana mereka menggunakan tipe secara berbeda menunjukkan bahwa perbedaan fungsi retorika pada setiap bagian disertasi. Tapi untuk penanda interaksional dimana mereka menggunakan tipe yang sama menunjukkan bahwa pengungkapan argumen secara lembut lebih di diutamakan tanpa melihat kebutuhan retorik tiap bagian dari laporan penelitian. Ketidaktepatan dalam penggunaan penanda metadiscourse di tipe overuse dan mistranslation menunjukkan bahwa bahasa pertama dan gaya penulisan siswa mempengaruhi penulisan karya ilmiah mereka. Beberapa implikasi terhadap pembelajaran bahasa Inggris khususnya penulisan karya ilmiah diberikan dalam rangka untuk meningkatkan kualitas laporan penelitian mahasiswa.
This research aims to describe the types, frequency and the misuses of interactive and interactional metadiscourse in three English research reports written by Indonesian EFL Learners graduated from a doctorate program.
This study used qualitative approach and content analysis method to investigate words and phrases functioned as interactive and interactional metadiscourse in the first one thousand words of the introduction, reviewing literature, research results, discussion, conclusion and suggestion chapters of the English research reports writing. Manual data collection was used to decide whether words and phrases functioned as interactive or interactional metadiscourse. To know the frequency of the interactive and interactional metadiscourse the frequency computation was used. Then, to know the types and the misuses of metadiscourse the qualitative data analysis using the steps of analyzing qualitative data propossed by Cresswell (2003) was used. The results of the data analysis showed that interactive metadiscourse was frequently used more than those of the interactional metadiscourse. The interactive metadiscourse was mostly used in reviewing literature chapter and the interactional metadiscourse was mostly used in research method chapter. Transitions were used mostly in all chapters of the research reports to suggest clear audience orientation and to organize the texts in ways that readers are likely to understand. Hedges were used in all chapters of the research reports to soften the arguments. There were not many variations on the words and phrases to realize interactive and interactional metadiscourse. Lastly, the writers misused metadiscourse mostly in overuse and mistranslation types.
In conclusion, Indonesian EFL learners focused more on organizing their research reports in ways that make the readers can understand it easier than those of promoting interaction with the readers. The different types of interactive metadiscourse to be used in each chapters reflect the different function of each rethorical chapters of the dissertation. The similar types of interactional metadiscourse shows that they want to show their stance in unassertive way. The misuses that were mostly in overuse and mistranslation types showed that the writers’ first language and writing style influence their writing.Some implications to the English Language Teaching especially in academic/scientific writing about the use of intearctive and interactional metadiscourse were suggested in order to elevate the students’ research report writing quality.