Relasi Kuasa Guru dan Siswa: Studi tentang Pelecehan Seksual di SMA Negeri X

Sekolah seharusnya menjadi ruang yang penuh dengan moralitas, namun realitasnya telah dilacurkan dengan tindakan pelecehan seksual. Dalam ranah sekolah, segala hal tentang seksualitas tabu untuk menjadi bahan diskusi. Dengan itu, ketika terdapat tindakan pelecehan seksual, maka sangat sulit untuk diselesaikan. Ruang belajar yang seharusnya digunakan untuk menimba ilmu pengetahuan secara nyaman, disalahgunakan oleh guru yang bertindak sewenang-wenang. Atas dasar terjadinya fenomena tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk membongkar relasi kuasa guru kepada siswa tentang pelecehan seksual di SMA Negeri X dengan branding Sekolah Bumi Pancasila. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan arkeologi. Teori relasi kuasa Foucault digunakan untuk mendapatkan data. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Subjek penelitiannya yaitu siswa selaku korban pelecehan seksual. Melalui teori Foucault memberikan hasil bahwa terdapat ketimpangan relasi kuasa antara guru dengan siswa. Pertama, siswa baru selaku korban pelecehan seksual tidak melakukan perlawanan kepada guru senior sebagai pelaku. Kedua, pelaku memberikan wacana pembenaran agar korban tidak melaporkan tindakan pelecehan seksual yang dilakukan. Ketiga, pelaku mengancam jika korban melapor, maka korban harus siap dikeluarkan dari sekolah. Keempat, ketakutan siswa pada kebiasaan guru. Kelima, guru di sekolah belum mempunyai kesadaran dan pemahaman kritis tentang pelecehan seksual.

Schools are supposed to be spaces full of morality, but in reality they have been prostituted by acts of sexual harassment. In the realm of school, everything about sexuality is taboo to be discussed. With that, when there is an act of sexual harassment, it is very difficult to resolve. The study room, which should be used to gain knowledge comfortably, is abused by teachers who act arbitrarily. On the basis of the occurrence of this phenomenon, this research was conducted to dismantle the teacher's power relations with students regarding sexual harassment at SMA Negeri X with the Pancasila Earth School branding. This study uses qualitative methods with an archaeological approach. Foucault's theory of power relations is used to obtain data. Data collection techniques through observation, interviews and documentation. The research subjects were students as victims of sexual harassment. Through Foucault's theory, it gives the result that there is an imbalance of power relations between teachers and students. First, new students as victims of sexual harassment do not fight against senior teachers as perpetrators. The two, perpetrators gava a discourse of justification so that the victim did not report the act of sexual harassment committed. Third, the perpetrator threatened that if the victim reported, the victim must be prepared to be expelled from school. Fourth, students were afraid of the teacher’s habits. Fifth, teachers at school do not yet have awareness and critical understanding of sexual harassment.