RASIONALITAS PENETAPAN JAM MALAM PADA AKTIVIS REMAJA PEREMPUAN NAHDLATUL ULAMA: Studi pada keluarga muslim di Desa Wedoro, Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo

RATIONALITY OF SETTING A CURFEW AMONG FEMALE ADOLESCENT ACTIVISTS OF NAHDLATUL ULAMA: Study of Muslim families in Wedoro Village, Waru District, Sidoarjo Regency

Dalam masyarakat, stereotip perempuan yang beraktivitas di malam hari atau pulang larut malam seringkali mendapat penilaian negatif. Sehingga,  mereka sering dilabeli sebagai perempuan nakal. Budaya patriarki memainkan peran penting dalam perbedaan perlakuan antara anak perempuan dan laki-laki terkait jam malam. Masyarakat seringkali menganggap semua perempuan yang pulang malam melebihi pukul 21.00 WIB sebagai perempuan nakal dan aib keluarga. Hal ini persepsi masyarakat menunjukkan perilaku tersebut sebagai perilaku tidak pantas dan ketidakkonsistenan antara nilai agama dan praktik sosial.  Hal inilah yang menjadi ketertarikan peneliti dalam mengambil topik tersebut. Penelitian kualitatif dilakukan di Desa Wedoro, Kabupaten Sidoarjo, menyoroti ketidaksetaraan dalam penerapan aturan jam malam antara anak perempuan dan laki-laki. Metode pengumpulan data meliputi data primer melalui observasi partisipatif dan wawancara mendalam dengan ibu dari aktivis remaja perempuan dan data sekunder melalui sumber Pustaka digital yang masih berkaitan dengan substansi topik penelitian. Teknik analisis data yang digunakan yakni teori rasionalitas tindakan Max Weber meliputi empat tipe tindakan yakni rasionalitas instrumental, rasionalitas nilai, tindakan tradisional, dan tindakan afektif terhadap perilaku orang tua memberlakukan jam malam kepada para aktivis remaja perempuan dalam organisasi IPPNU. Temuan penelitian menunjukkan adanya bias gender dalam aturan jam malam yang dialami oleh aktivis remaja perempuan di Desa Wedoro. Hasil penelitian mengungkap realitas objektif, relasi gender, dan rasionalitas tindakan orang tua terhadap keluarga aktivis remaja perempuan Muslim di Desa Wedoro, Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo.

    In society, the stereotype of women who work at night or come home late at night often gets a negative assessment. So, they are often labeled as bad girls. Patriarchal culture plays an important role in the differences in treatment between girls and boys regarding curfew. Society often considers all women who come home later than 21.00 WIB as naughty women and a disgrace to the family. This community perception shows this behavior as inappropriate behavior and an inconsistency between religious values and social practices.   This is what is of interest to researchers in taking up this topic. Qualitative research conducted in Wedoro Village, Sidoarjo Regency, highlighted the inequality in the implementation of curfew rules between girls and boys. Data collection methods include primary data through participant observation and in-depth interviews with mothers of female teenage activists and secondary data through digital library sources which are still related to the substance of the research topic. The data analysis technique used, namely Max Weber's theory of action rationality, includes four types of action, namely instrumental rationality, value rationality, traditional action, and affective action regarding the behavior of parents imposing a curfew on teenage female activists in the IPPNU organization. Research findings show that there is gender bias in the curfew rules experienced by female teenage activists in Wedoro Village. The results of the research reveal the objective reality, gender relations and rationality of parents' actions towards the families of Muslim teenage female activists in Wedoro Village, Waru District, Sidoarjo Regency.