Kata kunci: Kemampuan berfikir kritis, menulis akademik Bahasa Inggris sebagai Bahasa asing, karangan argumentative, latar belakang budaya.
Pola berpikir kritis dalam pembelajaran penulisan akademik saat ini sangatlah penting. Persoalan tersebut dikuatkan dengan adanya perdebatan tentang keterampilan berpikir kritis yang hanya dimiliki dan diterapkan di antara mahasiswa di negara-negara Eropa dan Amerika. Oleh karena itu, penelitian untuk menganalisis keberadaan keterampilan ini dalam penulisan akademik Bahasa Inggris sebagai Bahasa asing di Indonesia perlu dilakukan, terutama dalam karangan argumentatif esai. Penelitian ini dirancang untuk mengungkapkan bahwa pemikiran kritis juga diterapkan oleh pelajar Bahasa Inggris sebagai Bahasa asing, terutama mahasiswa Indonesia, yang akrab dengan pola berfikir yang berbelit-belit. Penelitian ini juga membahas tentang campur tangan latar belakang budaya siswa pada hasil pemikiran kritis mereka dalam esai.
Penelitian kualitatif ini dilakukan di salah satu universitas di Jember yang melibatkan sembilan siswa dari semester yang sama dan telah mengambil mata kuliah penulisan akademik. Data dikumpulkan melalui observasi. Data dianalisis secara kualitatif dan disajikan berdasarkan pada dua objek penelitian: (1) pemikiran kritis siswa yang terungkap dalam argumentatif esai, yang terdiri dari tiga elemen utama yaitu: klaim, masalah, dan argumen. (2) latar belakang budaya siswa yang mempengaruhi di dalam pemikiran kritis mereka.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, pertama, hampir semua siswa mampu menunjukkan pemikiran kritis mereka di dalam argumenratf esai. Data menunjukkan tingkat pemikiran kritis mereka tidak dapat mencapai tingkat berpikir kritis yang tinggi karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembuatan tulisan dan pemikiran kritis mereka, seperti: kemahiran bahasa, pembuatan pernyataan tesis, gambit, dan membaca sebelum menulis. Kedua, data lain yang berhubungan dengan campur tangan latar belakang budaya siswa dalam pemikiran kritis mereka menunjukkan bahwa ada sembilan karakteristik sosiokultural siswa Indonesia yang mempengaruhi tulisan mereka termasuk (1) orientasi keluarga, (2) orientasi kelompok, (3) hierarki sosial, (4) kesejahteraan masyarakat, (5) usia, (6) menghormati saran orang yang lebih tua, (7) bentuk perilaku yang benar, (8) ekspresi tidak langsung, dan (9) menghindari perselisihan. Temuan ini mengungkapkan bahwa sembilan karakteristik tersebut tidak dapat dipisahkan dari tata bahasa siswa karena latar belakang budaya secara tidak sadar mempengaruhi pikiran mereka.
Penelitian ini menyarankan para guru untuk lebih teliti terhadap pengembangan kemahiran bahasa siswa lebih dulu sebelum meningkatkan siswa mereka menjadi pemikir kritis. Untuk itu pula, siswa harus berjuang, membaca, dan berlatih lebih keras agar dapat menjadi pemikir, pembaca, dan penulis kritis yang lebih baik di masa depan. Peneliti selanjutnya diharapkan untuk menelusuri lebih lanjut tentang ranah pemikiran kritis ini agar mereka dapat memberikan kontribusi yang lebih besar, tidak hanya pengetahuan tentang berpikir kritis dalam penulisan akademik tetapi juga solusi untuk meningkatkan pola berpikir kritis siswa yang terpengaruhi oleh latar belakang pengetahuan budaya mereka.
Key words: critical thinking, EFL academic writing, argumentative essay, cultural background knowledge.
Regarding the importance of critical thinking in this current academic writing education and also the debate about critical thinking is a skill that only owned and shared among western students, it is important to analyse the existence of this skill in Indonesian EFL academic writing, especially argumentative essay genre. This study is designed to reveal that critical thinking also exists among EFL students, especially Indonesian university students, that familiarly famous with circuitous thought. Furthermore, this study also dealt with the interference of students’ cultural background knowledge to the flow of their critical thinking in the essay.
This qualitative study was done in one of the universities in Jember in which nine students from the same semester and have taken academic writing course were involved. The data were collected through an observation. The data were analysed qualitatively and presented based on two objects of the study: (1) students’ critical thinking expressed in their argumentative essay writing, this part consists of three main elements of argumentative essay analysis: claims, issues, and arguments, (2) students’ cultural background knowledge portrayed in their critical thinking.
The finding showed that, first, almost all of students were able to show their critical thinking in the form of argumentative essay. However, the level of their critical thinking did not achieve the high level. Since, there are some factors affected the production of their writing and critical thinking, such as: language proficiency, thesis statement creation, gambit, and reading before writing. Second, dealing with the interference of students’ cultural background knowledge in their critical thinking, it was found that there are nine characteristics of cultural background knowledge were portrayed in their writing, including (1) family orientation, (2) group orientation, (3) social hierarchy, (4) communities’ welfare, (5) age grading, (6) respect elders’ advice, (7) correct form of behavior, (8) indirect expression, (9) avoidance of disagreement. This finding revealed that these interference cannot be separated from students’ language production, since cultural background knowledge unconsciously exist in their mind.
Following up the findings, this study suggested the teachers to be aware of developing students’ language proficiency in the first place before upgrading their students to be a critical thinker. Also, students have to work, read, and practice harder in order to be able to be a better critical thinker, reader, and writer in the future. Meanwhile, future researchers are expected to do further exploration on this area, so they will give greater contribution towards not only the knowledge of critical thinking in academic writing but also the solution to improve students critical thinking that interfered by their cultural background knowledge.