KAPITAYAN MASARAKAT TUMRAP PETUNG ADEG GRIYA ING DESA PANDITAN KECAMATAN LUMBANG KABUPATEN PASURUAN
(TINTINGAN FOLKLOR)
PUBLIC TRUST IN PETUNG ADEG GRIYA IN PANDITAN VILLAGE LUMBANG DISTRICT PASURUAN REGENCY
Kepercayaan masyarakat terhadap petung adeg griya sebagai salah satu wujud folklor setengah lisan yang masih berkembang di tengah-tengah masyarakat Desa Panditan, Kecamatan Lumbang, Kabupaten Pasuruan. Petung adeg griya dilakukan masyarakat Desa Panditan untuk mendapatkan keberkahan dihidupnya, juga untuk mencari kententraman dan keselamatan. Tujuan penelitian ini yaitu 1) menjelaskan awal mula desa dan petungan, 2) menjelaskan tata cara petung adeg griya, 3) menjelaskan manfaat petung adeg griya, 4) menejelaskan dampak ketika tidak menggunakan petung adeg griya, 5) menjelaskan cara melestarikan petung adeg griya. metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Dengan Teknik wawancara, observasi, angket dan dhokumentasi. Instrument penelitian berupa peneliti, daftar pertanyaan, lembar observasi, dan lembar kuesioner.
Hasil penelitian kepercayaan masyarakat terhadap petung adeg griya bisa diketahui bahwa awal mulanya desa Panditan adalah sebuah hutan besar yang kemudian dijadikan sebuah desa kecil oleh para pengembara. Kemudian untuk awal mula adanya petungan berasal dari cerita Aji Saka yang menggunakan penanggalan Saka dan menyebarkan perhitungan Tarikh di tanah Jawa. Tata cara dalam menentukan hari baik ada bebarapa hal yang harus diperhatikan yaitu 1) neptu hari dan pasaran, 2) bulan umum dan bulan Jawa, 3) wangkes/hari naas, 4) perhitungan untuk membuat rumah, 5) penggabungan hari untuk membangun rumah, 6) nagadina dan nagatahun, 7) hari gotong, 8) hari baik untuk rumah, 9) hari yang tidak bisa dibuat untuk membuat rumah, 10) bulan bagus membangun rumah, 11) perhitungan untuk hadap rumah, 12) perhitungan berjalannya pemasangan batu bata awal, 13) perhitungan pijakan kaki untuk luas rumah, 14) perhitungan memasang kuda-kuda, kemudian yang terakhir 15) contoh tata cara petung adeg griya. Manfaat dalam penelitian ini yaiku 1) sebagai sistem proyeksi, 2) sarana Pendidikan, 3) sarana pengendali sosial, 4) sarana pengesahan budaya,5) manfaat mendatangkan keberkahan, 6) manfaat ekonomi, 7) religius, dan 8) sosial. Dampak yang disebabkan tidak menggunakan petung adeg griya yaitu bisa menyebabkan bahaya seperti kebakaran, kerusakan, sakit-sakitan, juga nyawa bisa jadi taruhannya. Untuk melestarikan kepercayaan petung adeg griya masyarakat menggunakan berbagai cara, seperti menceritakan dari mulut ke mulut dan mengajarkan ilmu perhitungan Jawa.
Kata Kunci: Folklor, Kepercayaan, Petung adeg griya.
The community's belief in petung adeg griya as a form of semi-oral folklore that is still developing among the people of Panditan Village, Lumbang District, Pasuruan Regency. Petung adeg griya is carried out by the people of Panditan Village to get blessings in their lives, also to seek peace and safety. The aims of this research are 1) to explain the beginning of the village and petungan, 2) to explain the procedures for adeg griya petung, 3) to explain the benefits of petung adeg griya, 4) to explain the impact when not using petung adeg griya, 5) to explain how to preserve petung adeg griya. the method used in this research is descriptive qualitative. With interview techniques, observation, questionnaires and documentation. Research instruments in the form of researchers, lists of questions, observation sheets, and questionnaire sheets.
The results of research on community trust in petung adeg griya can be seen that initially Panditan village was a large forest which was later turned into a small village by nomads. Then, for the first time, the existence of petungan came from the story of Aji Saka who used the Saka calendar and spread the calendar of dates in Java. The procedure for determining an auspicious day includes several things that must be considered, namely 1) next day and market, 2) public month and Javanese month, 3) wangkes/unlucky day, 4) calculations for building a house, 5) combining days for building a house, 6) nagadina and nagatahun, 7) days of mutual cooperation, 8) good days for the house, 9) days that cannot be made for building a house, 10) good months for building a house, 11) calculation for facing the house, 12) calculation of the passage of bricks first, 13) calculation of footrests for the area of the house, 14) calculation of setting up the easel, then finally 15) an example of how to petung adeg griya. The benefits in this study are 1) as a projection system, 2) educational facilities, 3) social control facilities, 4) cultural validation facilities, 5) benefits bring blessings, 6) economic benefits, 7) religious, and 8) social. The impact caused by not using the petung adeg griya is that it can cause hazards such as fire, damage, sickness, also lives can be at stake. To preserve the petung adeg griya belief, the community uses various methods, such as telling by word of mouth and teaching Javanese calculations.
Keywords: Folklore, Belief, Petung adeg griya.