Sampah plastik menjadi salah satu persoalan serius pada masalah lingkungan di berbagai negara salah satunya Indonesia. Penggunaan sampah plastik banyak terjadi di perkotaan. Dampak lingkungan yang disebabkan oleh penggunaan plastik massal di semua bidang terutama di perkotaan telah mendorong berbagai inisiatif yang mengusulkan solusi untuk penggunaan dan daur ulang dengan tujuan meminimalkan dampaknya di tingkat global. Seperti Kota Surabaya yang mulai memperhatikan masalah lingkungan. Banyak program lingkungan yang sudah dijalankan di Surabaya, salah satunya yaitu program Bank Sampah. Masih banyaknya anggapan bahwa bank sampah merupakan ranah domestik dimana kegiatannya diperlukan kesabaran dan ketelatenan. Selain itu, perempuan dengan sifat yang dimilikinya di percaya dapat menjaga dan memelihara lingkungan. Adanya batasan antara pekerjaan domestik dan publik menjadi salah satu isu gender termasuk pembagian kerja secara seksual.
Tujuan dari penelitian ini yaitu (1) Mengidentifikasi mekanisme kerja di Bank Sampah Induk Surabaya dan (2) Mengidentifikasi bentuk-bentuk bias gender dalam pembagian kerja di Bank Sampah Induk Surabaya Penelitian ini memfokuskan pada Bank Sampah Induk Surabaya yang pada pelaksanaannya tidak hanya melibatkan perempuan tapi juga laki-laki.
Penelitian ini menggunakan Perspektif Feminis Liberal dan menggunakan Teknik Analisis Gender Longwe. Subjek penelitian ini adalah Pengelola dan karyawan Bank Sampah Induk Surabaya. Hasil penelitian ini menyebutkan jika mekanisme kerja Bank Sampah Induk Surabaya ada tiga yaitu karyawan kantor, karyawan produksi dan karyawan borongan. Adapun bentuk-bentuk bias gender di BSIS disebabkan karena pembagian tugas yang masih memandang gender seperti laki-laki di tempatkan pada tugas yang berat atau yang disebut ‘Petugas Bankeling’. Sedangkan perempuan melakukan pekerjaan yang tidak terlalu berat seperti ‘Petugas Sortir’ dan ‘Petugas Menjahit Karung’. Hal ini juga mengakibatkan kesenjangan upah bagi karyawan laki-laki dan perempuan.
Kata Kunci: Bias Gender, Bank Sampah, Feminis Liberal, Feminin, Maskulin
Plastic waste is one of the serious problems in environmental problems in various countries, one of which is Indonesia. The use of plastic waste occurs in many cities. The environmental impact caused by the use of mass plastic in all fields, especially in urban areas has prompted various initiatives that propose solutions for use and recycling with the aim of minimizing their impact at the global level. Like the city of Surabaya, which began to pay attention to environmental problems. Many environmental programs have been implemented in Surabaya, one of which is the Waste Bank program. There are still many assumptions that waste banks are the domestic realm where their activities require patience and diligence. In addition, women with the traits they believe in can take care and preserve the environment. The existence of boundaries between domestic and public work is one of the gender issues including sexual division of labor.
The purpose of this study are (1) Identifying the mechanism of work in the Surabaya Main Waste Bank and (2) Identifying forms of gender bias in the division of labor in the Surabaya Main Waste Bank.
This study uses a Liberal Feminist Perspective and uses the Longwe Gender Analysis Technique. The subjects of this study were the Manager and employees of the Surabaya Main Waste Bank. The results of this study indicate that if the work mechanism of the Surabaya Main Waste Bank there are three, namely office employees, production employees and contract employees. The forms of gender bias in BSIS are caused by the division of tasks that still view gender as men are placed in heavy tasks or what are called 'Bankeling Officers'. While women do less heavy work such as Sort Sorting Officer ’and‘ Sack Sewing Officer ’. This also results in a wage gap for male and female employees.
Keywords: Gender Bias, Waste Bank, Liberal Feminists, Feminine, Masculine