ABSTRAK
Etika Bahasa dan Penilaian Bahasa oleh Anak Dua-Bahasa & Dua-Budaya: Penelitian Perkara dari Keluarga Pernikahan Campuran
Nama : Ayu Sholikhatus Sa’diyah
No. Registrasi : 14020154021
Program Studi/Tahun : S1 Sastra Inggris / 2014
Jurusan : Bahasa Inggris
Fakultas : Bahasa dan Seni
Institusi : Universitas Negeri Surabaya
Pembimbing : Slamet Setiawan, M.A., Ph.D.
Kata kunci: Etika bahasa, tradisi Jawa, penilaian bahasa, dua-bahasa, dua-budaya, masalah dari anak dua-bahasa dan dua-budaya
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara dari orang tua pernikahan campuran memperkenalkan etika bahasa kepada anak dua-bahasa dan dua-budaya mereka. Sebagai informasi, keluarga ini terbentuk dari seorang ayah yang berasal dari Indonesia dan seorang ibu yang berasal dari Skotlandia. Fakta bahwa keluarga ini tinggal di Surabaya dimana mereka dikelilingi oleh orang Jawa sehingga etika berbahasanya berpatokan pada tradisi/adat Jawa. Peneliti juga meneliti penilaian atas anak ini terhadap bahasa yang dia miliki; Bahasa Jawa, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Terakhir, penelitian ini juga bertujuan untuk menyelidiki masalah/kesulitan yang kemungkinan diperoleh oleh anak dua-bahasa dan dua-budaya terhadap masyarakat disekitarnya.
Metode kualitatif dirasa paling pas dalam penelitian ini karena peneliti mempunyai tujuan untuk melakukan penelitian dengan setting yang alami sehingga data yang diperolehpun juga apa-adanya. Untuk mendapatkan data yang akurat, kongkret dan cocok, peneliti melakukan interview kepada para informan (ayah, ibu, anak dan budhe) serta orang-orang terkait (tetangga), melakukan penelitian langsung terhadap informan dan juga meneliti dokumen yang ada. Di akhir, data yang digunakan berupa kata-kata/frase/klausa/kalimat/pernyataan dan gambar/foto.
Hasil menunjukkan bahwa orang tua di penelitian ini menggunakan strategi-mengajarkan dan strategi-memembiasakan untuk meperkenalkan etika berbahasa terhadap anak mereka. Temuan tambahan menunjukkan, etika Jawa yang diperkenalkan adalah penggunaan gelar, penerapan sikap yang sopan melalui bahasa dan penggunaan bahasa yang sopan dan tepat terhadap orang lain, terlebih yang lebih tua. Hasil penelitian yang kedua menyajikan data bahwa anak dua-bahasa dan dua-budaya memiliki penilaian positif atau baik terhadap Bahasa Jawa, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Ini juga dipengaruhi oleh orang tuanya dan orang-orang disekitarnya. Mereka memiliki pemikiran yang terbuka. Keluarga ini memiliki respek yang tinggi untuk semua bahasa (bahkan semua bahasa di dunia) tanpa menganggap adanya minoritas dan mayoritas bahasa. Anak ini mampu membedakan bahasa apa yang harus dia gunakan untuk siapa yang berkomunikasi dengannya, tujuannya untuk menghargai dan membuat lawan bicaranya merasa nyaman. Terakhir, hasil penelitian memberikan fakta baru bahwa memiliki identitas yang berbeda dari komunitas tidak selalu menimbulkan masalah. Seperti anak dua-bahasa dan dua-budaya di penelitian ini, hasil observasi menunjukkan bahwa dia hampir tidak memperoleh kesulitan. Dia tumbuh seperti layaknya anak-anak lokal diusianya pada umumnya. Bahkan, dia mendapatkan dukungan yang besar dan cinta yang amat banyak dari orang-orang disekitarnya.
ABSTRACT
Language Etiquette and Language Attitude of a Bilingual-Bicultural Child: Case Study of a Mixed-Marriage Family
Name : Ayu Sholikhatus Sa’diyah
Reg. Number : 14020154021
Study Program/Year : S1 English Literature / 2014
Department : English Department
Faculty : Languages and Arts
Institution : State University of Surabaya
Advisor : Slamet Setiawan, M.A., Ph.D.
Keywords: Language etiquette, Javanese tradition, language attitude, bilingual, bicultural, bilingual-bicultural child’s problem
This current study aimed to know how mixed-marriage parents introduce language etiquette to their bilingual-bicultural child. For the information, the family is built from an Indonesian father and a Scott mother. In fact, because the family members live in Surabaya where they are surrounded by Javanese people, thus, the etiquette is based on Java tradition. The researcher also investigated the language attitude of the subjects’ languages; Javanese language, Bahasa Indonesia and English. Lastly, the study explored the problem which was probably perceived by the bilingual-bicultural child in the society.
Qualitative method was the proper way to be applied in this study because the researcher purposed to do research in natural setting in order to get the natural data. To achieve the accurate, concrete and matched data, the researcher did interviews the informants (father, mother, child and budhe) and involved people (neighbors), did participant-observation and observed documents. In the end, the data were in the form of words/phrases/clauses/sentences/statements and pictures.
Result showed that the parents in this study used teaching-strategy and accustoming-strategy to introduce language etiquette to their child. Additional finding, the Java etiquettes which were introduced were the use of title, the implementation of polite manner through language and the use of polite and appropriate language to other people, particularly the older one. Second result presented the bilingual-bicultural child had positive attitude toward Javanese language, Bahasa Indonesia and English. It is cause by the influence of his parents and the surrounded people. They are open-minded family. They have high respect to all languages (in the world) without any judging which one is the minor and which one is the major. The child capable to differentiate what language to whom he communicated in order to appreciate his addressees and make them comfortable. Last but not least, the result gave new fact that having different identity among the community did not always cause problems. Like the bilingual-bicultural child in this study, the observation results showed that he almost got no problem. He developed as other ‘normal-local’ children in his age. Even, he got big supports and much love from surrounded-people.