Praktik Sosial Komunitas Purwo Ayu Mardi Utomo dalam Pembangunan Desa Kesugihan
Purwo Ayu Mardi Utomo Community Social Practice in Kesugihan Village Development
Aliran kepercayaan hingga saat ini masih mengalami diskriminasi oleh masyarakat. Hal tersebut berbanding terbalik dengan apa yang dialami komunitas Purwo Ayu Mardi Utomo Desa Kesugihan yang mampu berkontribusi besar dalam pembangunan desa. Penelitian ini mengungkap bagaimana praktik sosial komunitas Purwo Ayu dalam pembangunan desa dengan cara menganalisa habitus, modal dan juga ranah. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan perspektif teori praktik dari Pierre Bourdieu. Hasil penelitian menunjukkan habitus komunitas dalam pembangunan mengalami perubahan dari habitus lama ke habitus baru. Habitus lama komunitas untuk selalu bermanfaat pada masyarakat dengan cara membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat berubah pada pelestarian warisan budaya nenek moyang. Hal itu membuat praktik sosial komunitas mengalami perubahan dari pembangunan fasilitas umum menjadi pembangunan budaya berupa kegiatan pembelajaran bahasa Jawa dan latihan karawitan. Kegiatan tersebut diadakan dengan tujuan agar warisan budaya Jawa tetap terjaga dan lestari. Modal yang digunakan dalam kegiatan yaitu modal ekonomi berupa tersedianya tempat dan fasilitas kegiatan. Modal sosial berupa dukungan penuh dari pemerintah desa. Modal budaya berupa pengetahuan tentang budaya Jawa. Modal simbolik yaitu aliran kepercayaan tertua dengan pengikut terbanyak di Kabupaten Ponorogo. Ranah yang digunakan yaitu Desa Kesugihan Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo. Habitus dan modal yang dimiliki komunitas Purwo Ayu menjadikan komunitas tersebut tetap terjaga eksistensinya.
Kata kunci : Aliran Kepercayaan, Pembangunan, Praktik Sosial
The stream of belief are still experiencing discrimination by the community. This is inversely proportional to what was experienced by the Purwo Ayu Mardi Utomo community, Kesugihan Village, which was able to contribute greatly to village development. This research reveals how the social practices of the Purwo Ayu community in village development by analyzing the habitus, capital and domains. This research is a qualitative research with the perspective of Pierre Bourdieu's theory of practice The results showed that the habitus community in development underwent a change from the old habitus to the new habitus. The old habit of the community is to always be useful to the community by helping to improve the welfare of the community in preserving the cultural heritage of their ancestors. This makes the practice of social communities change from the construction of public facilities to cultural development in the form of Javanese language learning activities and musical exercises. The activity was held with the aim that Javanese cultural heritage is maintained and sustainable. The capital used in activities is economic capital in the form of the availability of places and facilities for activities. Social capital in the form of full support from the village government. Cultural capital in the form of knowledge about Javanese culture. Symbolic capital is the oldest belief system with the most followers in Ponorogo Regency. The area used is Kesugihan Village, Pulung District, Ponorogo Regency. The habits and capital owned by the Purwo Ayu community make the community maintain its existence.Keywords: Stream of Belief, Development, Social Practices