Peran Dinas Kesehatan Sipil (Burgerlijke Geneeskundigen Dienst) Dalam Penanganan Epidemi Pes di Jawa Timur Tahun 1910-1916
The Role Of The Civil Health Service (Burgerlijke Geneeskundigen Dienst) In Handling The Plague Epidemic In East Java In 1910-1916
Pada awal abad XX Hindia Belanda pernah dilanda suatu musibah penyakit, musibah tersebut adalah epidemi pes. Epidemi pes ini pertama kali menyerang Hindia Belanda di Provinsi Jawa Timur, pada awal kedatangan epidemi ini menimbulkan banyak korban jiwa. Di Jawa Timur yang merupakan daerah pertama yang terinfeksi pes, total korban jiwa hampir 36.000 jiwa. Dari banyaknya jumlah korban ini dapat diketahui bahwa bencana ini merupakan bencana penyakit yang serius, dari tahun 1910-1916 berbagai upaya juga dilakukan oleh pemerintah kolonial untuk mengatasi epidemi pes ini. Salah satunya diwujudkannya pemisahan lembaga Burgerlijke Geneeskundigen Dienst (BGD) yang khusus menangani kesehatan masyarakat sipil dengan Militaire Geneeskundigen Dinest (MGD). Penelitian dengan tema sejarah kesehatan ini penting dilakukan untuk mengetahui kondisi kondisi kesehatan masyarakat pada masa Hindia-Belanda, terlebih pada saat datangnya epidemi besar. Penelitian tentang sejarah kesehatan juga masih minim dilakukan, maka dari adanya latar belakang tersebut penelitian ini dilakukan.
Dalam melakukan penelitian ini, terdapat empat tahapan penelitian sejarah yang dilalui, yakni pertama proses heuristik yang merupakan tahap pengumpulan sumber dari sumber primer berupa arsip-arsip milik pemerintah kolonial Hindia Belanda, Laporan dari Burgerlijke Geneeskundigen Dienst (BGD) dan Dienst der Pesbestrijding serta surat kabar yang memberitakan polemik epidemi pes di Jawa Timur pada tahun 1910-1916, Perpustakaan Medayu Agung, dan wawancara yang dilakukan terhadap narasumber yang pernah melakukan penelitian terhadap epidemi pes di Jawa. Tahap kedua adalah kritik sumber yang merupakan pengujian dan verifikasi sumber yang telah didapat, kritik ini dilakukan secara intern dan ekstern terhadap arsip-arsip yang didapatkan, selain itu juga dilakukan pembandingan antara arsip-arsip tersebut dengan tulisan-tulisan lain yang serupa. Tahap ketiga adalah interpretasi, yang mana interpretasi ini adalah tahapan penafsiran sumber setelah diverifikasi dengan bantuan ilmu sosial dan politik. Tahap keempat ialah historiografi, yakni penulisan sejarah secara kronologis dan analitis yang didasarkan pada tema penelitian yang telah dipilih.
Penelitian ini akan membahas mengenai (1) Bagaimana awal masuknya epidemi pes di Jawa Timur pada tahun 1910-1916; (2) Bagaimana kebijakan yang ditempuh oleh Burgerlijke Geneeskundigen Dienst (BGD) dalam melakukan penanganan terhadap epidemi pes di Jawa Timur pada tahun 1910-1916; dan (3) Bagaimana peran Burgerlijke Geneeskundigen Dienst (BGD) dalam melakukan penanganan epidemi pes di Jawa Timur pada tahun 1910-1916. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa awal mula mewabahanya epidemi pes adalah dari adanya kegiatan impor beras yang dilakukan oleh pemerintah kolonial, yang mana beras-beras tersebut telah terkontaminasi bakteri pes. Dari adanya kegiatan impor tersebut, maka merebaklah pes yang kemudian ditetapkan menjadi epidemi oleh pemerintah kolonial. Dengan adanya penetapan ini, Burgerlijke Geneeskundigen Dienst (BGD) selaku lembaga yang bertanggung jawab pada kesehatan masyarakat sipil harus mengambil peran. Peran tersebut melalui pengambilan kebijakan-kebijakan seperti penelitian dan pengobatan, karantina/isolasi, vaksinasi dan desinfeksi dan penerbitan lembaga otonom, hal ini dilakukan sebagai wujud peran Burgerlijke Geneeskundigen Dienst (BGD ) dalam menangani epidemi pes di Jawa Timur pada tahun 1910-1916 yang dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Kata Kunci : Epidemi Pes, Burgerlijke Geneeskundigen Dienst (BGD), Jawa Timur
At the beginning of the 20nd century the Dutch East Indies was hit by a disease disaster, the disaster was the plague epidemic. This plague epidemic attacked first time in the East Java Province,at the beginning of its arrival caused many victims. In East Java, which was the first area to be infected with the palgue epidemic , the total number of victims was nearly 36.000 people. From the large number of the victims, it can be seen that this disaster is a serious disease disaster, from 1910-1916 various eefforts were also made by the colonial government to overcome this plague epidemic. One of which is the realization of the separation between the Burgerlijke Geneeskundigen Dienst (BGD) with Militaire Geneeskundigen Dinest (MGD) whic is the institution that specifically handles civil society health. Research with the theme of history of health is important to do to find out the health condition of the people during the Dutch East Indies period, especially during the arrival of a major epidemic. Research on health history is also still minimal, so this research is carried out.
Conducting in this reasearch, there are four stage of historical reasearch that are passed, the first is heuristic process which is the stage of collecting sources from primary sources in the form of archives belonging to the Dutch East Indies colonial government, the reports of the Burgerlijke Geneeskundigen Dienst (BGD) and Dienst der Pesbestrijding and also the newspapers reporting of the plague epidemic in East Java in 1910-1916, the Medayu Agung Library and interviews with resources persons who have conducted research on the plague epidemic in Java. The second stage is critized of the sources which is a test and verification of the sources that have been obtained, this criticism is carried out internally and externally to the archives, in addition comparisons were also made between these archives with similiar writings. The third stage is interpretation, which is in this stage is interpreting the sources after being verified with the help of social and political sciences. The fourth is historiography, in this stage is the writing of history chronologically and analitically based on the research theme that has been selected.
This study will discuss (1) How the beginning of the outbreak of the plague epidemic in East Java ini 1910’ (2) How the policies adopted by Burgerlijke Geneesundigen Dienst (BGD) in handling the plague epidemic in East Java in 1910-1916; (3) How the role of Burgerlijke Geneeskundigen Dienst (BGD) in carrying out handling of the plague epidemic in East Java in 1910-1916. The results of the study is revealed that the origin outbreak of the plague epidemic was from the rice import activities carried out by the colonial government, where the rice was contaminated with the plague bacteria. Due the import activities, then the plague spread which was later designated as an epidemic by the colonial government. With this determination, Burgerlijke Geneeskundigen Dienst (BGD as an intitutions that responsible for the health of civil society must take a role. This role through the polices making such as research and treatment, quarantine/isolation, vaccination and disinfection and the issuance of autonomous institutions, this was carried out as a form of the role of Burgerlijke Geneeskundigen Dienst (BGD) in dealing with the plague epidemic in East Java in 1910-1916 which was carried out directly and indirectly role.