PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP RUMAH TANGGA MISKIN (Studi pada Kecamatan Kedopok,Kota Probolinggo)
IMPLEMENTATION OF HOPE FAMILY PROGRAMS IN IMPROVING THE QUALITY OF LIFE OF POOR HOUSEHOLDS (Study in Kedopok District, Probolinggo City)
Abstrak
Kesejahteraan keluarga adalah tujuan utama bagi keluarga Indonesia. Untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga, pemerintah harus memperhatikan kemiskinan yang tidak bisa dipisahkan dari masalah kebutuhan hidup. Dalam penanggulangan kemiskinan diperlukan upaya koordinasi yang efektif, maka dari itulah dibentuk suatu Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) di tingkatan pusat, provinsi dan kabupaten/kota yang tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010. Oleh karenanya Pemerintah mempublikasikan sebuah program yaitu Program Keluarga Harapan (PKH) yang diluncurkan pertama kali pada tahun 2007 (sumber: http://www.kemsos.go.id/program-keluarga-harapan/). Program Keluarga Harapan (PKH) adalah salah satu program pengentasaan kemiskinan di Indonesia, yang mana bantuan ini merupakan bantuan sosial bersyarat yang berbeda dengan bantuan sosial lainnya. Program ini bertujuan dapat membantu Keluarga Miskin (KM) untuk meminimalisir beban ekonomi, Selain itu, dapat membantu rumah tangga miskin untuk mengubah perilaku peserta agar dapat hidup mandiri dengan pertemuan peningkatan kemampuan keluarga (P2K2) atau disebut Family Development yang dilakukan setiap bulan melalui proses belajar dalam bentuk pemberian modul tentang kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan keluarga, sehingga diharapkan untuk jangka panjang yang berkelanjutan bisa memutuskan rantai kemiskinan.
Metode yang dipilih peneliti adalah metode penelitian deskriptif kualitatif . Penelitian ini memiliki tujuan supaya mendapatkan informasi, melakukan pendeskripsian, dan melakukan analisa terhadap pelaksanaan Program Keluarga Harapan di Kecamatan Kedopok Kota Probolinggo. Fokus dalam penelitian ini yaitu: (1) Pelaksanaan PKH di Kecamatan Kedopok Kota Probolinggo (2) Faktor pendukung dan faktor penghambat pelaksanaan PKH di Kecamatan Kedopok. Adapun sumber data yang didapatkan bersumber dari data primer dan sekunder. Instrumen penelitian memakan pedoman wawancara, Alat perekam wawancara,Buku Catatan ,Alat Tulis. Teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui teknik wawancara, teknik observasi, dan teknik dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan peneliti yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan
Hasil penelitian membuktikan bahwa pertama, Pelaksanaan Program keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Kedopok dinyatakan baik, hal tersebut dapat dilihat dari penurunan jumlah Keluarga Penerima Manfaat (KPM) di Kecamatan Kedopok dari 1.549 dan turun menjadi 1.535 pada tahun 2019. Hal ini juga dibuktikan dengan kuantitas dari masyarakat yang dikategorikan miskin di Jawa Timur berjumlah 4.112.250 penduduk (10,37%), telah menyusut menjadi 17,9 ribu pendidik jika dilakukan perbandingan dengan September 2018 yang sejumlah 4.292,15 penduduk (10,85 pesrsen). (Sumber:jatim.bps.go.id) pada bulan Maret 2019. Kedua, Faktor pendukung dalam penelitian ini yaitu adanya kerjasama beberapa aktor yang bersangkutan. seperti perwakilan Unit Pengelola Program Keluarga Harapan (UPPKH) Pusat, Bappeda Daerah,lembaga pendidikan, bidan, dan perangkat desa/ (RT/RW) di masing-masing tempat tinggal keluarga penerima manfaat. Sedangkan, faktor pendukung dalam pelaksanaan program yaitu adanya dukungan finansial yang tercukupi. Sebab pendanaan merupakan unsur utama dalam sebuah keberhasilan suatu program. Faktor penghambat yang ditemukan dilapangan, pertama calon Keluarga Penerima Manfaat (KPM) tidak mengetahui proses bisnis PKH seperti keterlambatan dalam menyerahkan syarat/dokumen tertentu dalam kepesertaan PKH, Kedua mengedukasi pola pikir masyarakat, ketiga ketidaktahuaan KPM menggunakan kartu ATM, keempat ketidakpahaman masyarakat tentang sanksi yang diberikan dalam bantuan PKH.
Saran peneliti terhadap permasalahan diatas yaitu pendamping harus memiliki peran sebagai berikut : 1) peran fasilitatif dalam memberikan pemahaman mengenai PKH sebagai bantuan bersyarat yang berbeda dengan bantuan lainnya. Dengan demikian penerima bantuan mengenal hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan. 2) Peran edukatif, yaitu peran pendamping dalam memberdayakan masyarakat melalui edukasi perlu dilakukan agar saat tidak lagi menerima bantuan dapat hidup mandiri. 3) Peran perwakilan, sebagai pendamping masyarakat mengadvokasi layanan eksternal seperti fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, dan pemerintah desa untuk kepentingan peserta PKH. 4) Peran teknis, sebagai pendamping harus memiliki kemampuan teknis dalam kegiatan sosialiasi dilapangan melalui pendekatan kepada penerima bantuan agar mempermudah komunikasi dan meminimalisir ketidakpahaman penerima bantuan.
Kata Kunci : kemiskinan, program keluarga harapan, peran pendamping
Family welfare is the main goal for Indonesian families. To realize family welfare, the government must pay attention to poverty that cannot be separated from the problem of the necessities of life. Therefore, the Government publishes a program called the Hope Family Program (PKH), which was first launched in 2007. The Hope Family Program (PKH) is one of the poverty alleviation programs in Indonesia, which is a conditional social assistance that is different from social assistance. the other. This program aims to help the Poor Family (KM) in reducing the burden of expenditure. In addition, it can help poor households to change the behavior of participants so that they can live independently, so that in the long run it is expected to be able to break the intergenerational poverty chainThe method used is to use a qualitative descriptive research method to find out, describe, and analyze the implementation of the Hope Family Program in the Kedopok District, Probolinggo City. As for the focus of this research are: (1) the implementation of PKH in Kedopok Subdistrict, Probolinggo City (2) Supporting factors and inhibiting factors for PKH implementation in Kedopok Subdistrict. Sources of data obtained from primary data sources and secondary data sources. The research instrument used interview guidelines, interview recorder, notebooks, stationery. Data collection techniques are carried out through interview techniques, observation techniques, and documentation techniques. Data analysis techniques used by researchers are data reduction, data presentation, and drawing conclusions.
The method chosen by researchers is a qualitative descriptive research method. The purpose of this research is to find out, describe and analyze the implementation of the Hope Family Program in the Kedopok Subdistrict, Probolinggo City. The focus in this study are: (1) the implementation of PKH in Kedopok Subdistrict, Probolinggo City (2) Supporting factors and inhibiting factors for PKH implementation in Kedopok Subdistrict. The source of the data obtained comes from primary data and secondary data. The research instrument used interview guidelines, interview recorder, notebooks, stationery. Data collection techniques are carried out through interview techniques, observation techniques, and documentation techniques. Data analysis techniques used by researchers are data reduction, data presentation, and drawing conclusions
The results of the study prove that first, the implementation of the Hope Family Program (PKH) in Kedopok District was declared good, it can also be seen from the decrease in the number of KPM in Kedopok District from 1,549 and fell to 1,535 in 2019. This is also evidenced by the number of poor people in East Java reached 4,112.25 thousand inhabitants (10.37 percent), decreasing by 17.9 thousand inhabitants when compared to September 2018 which amounted to 4,292.15 thousand inhabitants (10.85 pesrsen). (Source: jatim.bps.go.id) in March 2019. Second, the supporting factor in this research is the collaboration of several actors concerned. such as representatives of the Central UPPKH, regional Bappeda, educational institutions, midwives, and village apparatus / (RT / RW) in each residence of the beneficiary's family. Meanwhile, supporting factors in the implementation of the program are adequate financial support. Because funding is a major element in the success of a program. Inhibiting factors found in the field, first KPM candidates did not know the PKH business processes such as delays in submitting certain conditions / documents in PKH membership, Secondly educating the public mindset, third KPM ignorance of taking money at ATMs, fourthly lacking public understanding of sanctions given in aid PKH
Researcher's suggestion on the above problem is that the companion must have the following roles: 1) facilitative role in providing an understanding of PKH as conditional assistance that is different from other assistance. Thus the recipient of the assistance recognizes the rights and obligations that must be implemented. 2) Educative role, namely the role of companion in empowering the community through education needs to be done so that when they no longer receive assistance can live independently. 3) The role of representatives, as community facilitators, advocates for external services such as health facilities, educational facilities, and village government for the benefit of PKH participants. 4) Technical role, as a companion, must have technical skills in field socialization activities through approaches to beneficiaries to facilitate communication and minimize misunderstanding of beneficiaries.
Keyword : proverty, program keluarga harapan, companion role.