ANALISIS TEKNIK PENERJEMAHAN WEBTOON “THE EVIL LADY WILL CHANGE”
ANALYSIS OF WEBTOON TRANSLATION TECHNIQUES “THE EVIL LADY WILL CHANGE”
Bahasa Indonesia dan bahasa Mandarin adalah bahasa yang sangat berbeda satu sama lainnya. Karena hal ini jika orang Indonesia ingin menikmati karya dari bahasa Mandarin atau pun sebaliknya perantaranya adalah terjemahan dari bahasa tersebut. Dalam menerjemahkan suatu bahasa ke bahasa lainnya dibutuhkan adanya teknik yang digunakan. Karena dengan pemilihan teknik yang baik terjemahan pun bisa dimengerti dengan mudah oleh pembaca. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan mengambil 5 episode awal season pertama pada webtoon “The Evil Lady Will Change” dalam bahasa Mandarin dan bahasa Indonesia sebagai sumber data. Penelitian ini menjelaskan tentang bentuk-bentuk teknik penerjemahan yang digunakan pada webtoon “The Evil Lady Will Change” dengan menggunakan teori dari Molina dan Albir (2002). Dengan melihat bentuk teknik-teknik penerjemahan yang digunakan peneliti mendapatkan teknik penerjemahan yang paling dominan dipilih dalam menerjemahkan webtoon ini. Berdasarkan proses analisis yang sudah dilakukan, terdapat 341 data yang ditemukan pada 5 episode yang telah dipilih. Teknik penerjemahan yang digunakan penerjemah dalam proses menerjemahkan berjumlah 12 teknik yaitu, amplifikasi (8,53%), peminjaman (2,05%), kreasi diskursif (2,63%), kesepadanan lazim (0,29%), generalisasi (0,87%), amplifikasi linguistik (2,63%), kompresi linguistik (1,75%), penerjemahan harfiah (12,63%), modulasi (9,09%), reduksi (16,43%), transposisi (28,45%), dan variasi (14,66%). Dari 12 teknik yang digunakan teknik transposisi merupakan teknik yang paling dominan digunakan penerjemah. Dapat disimpulkan bahwa alasan sering digunakannya teknik transposisi dikarenakan perbedaan tata bahasa antara bahasa Indonesia dan bahasa Mandarin maka dari itu penerjemah sering menggunakan teknik transposisi adalah hal yang sulit dihindari.
Indonesian and Mandarin are very different or not same at all languages from each other. Because of this, if Indonesians want to enjoy works from Chinese or vice versa, the intermediary is a translation of that language. In translating one language into another, a technique is needed. Because with the selection of a good technique, the translation can be easily understood by the reader. This research is a descriptive qualitative research by taking the first 5 episodes of the first season on the webtoon "The Evil Lady Will Change" in Mandarin and Indonesian as a source of data. This research describes the forms of translation techniques used in the webtoon "The Evil Lady Will Change" by using the theory of Molina and Albir (2002). By looking at the form of translation techniques used, the researcher finds that the most dominant translation technique is chosen in translating this webtoon. Based on the analysis process that has been carried out, there are 341 data found in the 5 selected episodes. There are 12 translation techniques used by the translator in the translation process, namely, amplification (8,53%), borrowing (1,75%), discursive creation (2,63%), esthablished equivalent (0,58%), generalization (0,87%), linguistic amplification (2,63%), linguistic compression (1,75%), literal translation (12,63%), modulation (9,09%), reduction (16,43%), transposition (28,45%), and variation (14,66%). Of the 12 techniques used, the transposition technique is the most dominant technique used by the translator. It can be concluded that the reason for the frequent use of transposition techniques is due to the differences in grammar between Indonesian and Mandarin, therefore translators often use transposition techniques which are difficult to avoid.