Revealing Pesantren-based School Students' Translanguaging Practices Outside of Classroom: Bridging Their Communication
Umniyah, Alifatul. 2024. Revealing Pesantren-Based School Students’ Translanguaging Practices Outside of the Classroom: Bridging Their Communication. Thesis. Master of English Education Study Program. Postgraduate of State University of Surabaya. Advisors: (1) Prof. Slamet Setiawan, M.A., Ph.D. (2) Dr. Him’mawan Adi Nugroho, S.Pd., M.Pd.
Key Words: Translanguaging, Pesantren-based School, English Club, Communication Skills
Translanguaging has become an essential concept in multilingual education, particularly in environments such as pesantren-based schools, where students often use multiple languages like Indonesian, English, Arabic, and local languages. This study explores how translanguaging is practiced by students in both peer-learning sessions and discussion activities. It aims to describe the example of translanguaging, its role in English Club activities, and its effectiveness as a tool for enabling better communication.
Using a qualitative case study approach, this study employs observations, interviews, and audio recording to collect data from students in a pesantren-based school, especially in the English Club activities. The participants in this study are 11 students of the English Club at a pesantren-based school located in Sampang, Madura. The selection criteria for participants include: students from grades 10-12 of high school, with three students selected from each grade. Students have different language proficiency levels in English (basic, intermediate, advanced) and willingness to participate actively in translanguaging practices during English Club activities. The findings reveal that translanguaging is a flexible and dynamic practice that allows students to mix languages naturally for understanding complex ideas, expressing emotions, and building confidence in language use. Translanguaging also promotes active participation, creativity, and collaboration among students, enabling them to navigate academic and personal discussions effectively.
This study is based on the theory of Vogel & García (2017) and Cenoz & Gorter (2017). Vogel and Garcia’s theory emphasizes integrating students’ full linguistic repertoire, while Cenoz and Gorter distinguish between planned (pedagogical) and spontaneous translanguaging practices. The findings support these theories and expand their application to the pesantren context, demonstrating how translanguaging contributes to effective communication (happens when students mix languages to express ideas clearly and reduce misunderstandings), collaborative learning (occurs when students work together to understand learning materials, sharing knowledge in the languages they are comfortable with), and cultural understanding (refers to students' ability to grasp the culture or traditions of the pesantren environment). Practical recommendations are provided for educators to incorporate translanguaging into pedagogical strategies, fostering an effective environment for multilingual learners.
Umniyah, Alifatul. 2024. Revealing Pesantren-Based School Students’ Translanguaging Practices Outside of Classroom: Bridging Their Communication. Tesis. Program Studi Magister Pendidikan Bahasa Inggris. Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya. Pembimbing (1) Prof. Slamet Setiawan, M.A., Ph.D. (2) Dr. Him’mawan Adi Nugroho, S.Pd., M.Pd.
Kata Kunci: Translanguaging, Pesantren-based School, English Club, Communication Skills
Translanguaging telah menjadi konsep penting dalam pendidikan multibahasa, terutama di lingkungan seperti sekolah berbasis pesantren, di mana siswa sering menggunakan berbagai bahasa seperti Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Arab, dan bahasa daerah. Penelitian ini mengeksplorasi bagaimana translanguaging dipraktikkan oleh siswa baik dalam sesi pembelajaran maupun kegiatan diskusi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan contoh translanguaging, perannya dalam kegiatan English Club, serta efektivitasnya sebagai alat untuk meningkatkan komunikasi.
Dengan pendekatan kualitatif, penelitian ini menggunakan observasi, wawancara, dan rekaman audio untuk mengumpulkan data dari siswa di sekolah berbasis pesantren, khususnya dalam kegiatan English Club. Peserta dalam penelitian ini adalah 11 siswa yang tergabung dalam English Club di sebuah sekolah berbasis pesantren yang terletak di Sampang, Madura. Kriteria pemilihan peserta meliputi: siswa dari kelas 10 hingga 12 SMA, dengan masing-masing tiga siswa dipilih dari setiap kelas. Peserta memiliki tingkat kemampuan bahasa Inggris yang beragam (dasar, menengah, lanjutan) serta kesediaan untuk berpartisipasi aktif dalam praktik translanguaging selama kegiatan English Club. Temuan penelitian menunjukkan bahwa translanguaging adalah praktik yang fleksibel dan dinamis yang memungkinkan siswa mencampur bahasa secara alami untuk memahami ide-ide kompleks, mengekspresikan emosi, dan membangun kepercayaan diri dalam penggunaan bahasa. Translanguaging juga mendorong partisipasi aktif, kreativitas, dan kolaborasi antar siswa, sehingga memungkinkan mereka untuk menavigasi diskusi akademik dan personal secara efektif.
Penelitian ini didasarkan pada teori Vogel & García (2017) dan Cenoz & Gorter (2017). Teori Vogel dan García menekankan penggunaan terintegrasi dari keseluruhan repertoar linguistik siswa, sedangkan teori Cenoz dan Gorter membedakan antara praktik translanguaging yang terencana (pedagogical) dan spontan. Temuan ini mendukung teori-teori tersebut dan memperluas penerapannya pada konteks pesantren, dengan menunjukkan bagaimana translanguaging berkontribusi pada komunikasi yang efektif (terjadi ketika siswa mencampur bahasa untuk menyampaikan ide dengan jelas dan mengurangi kesalahpahaman), pembelajaran kolaboratif (terjadi saat siswa bekerja sama untuk memahami materi pembelajaran, berbagi pengetahuan dalam bahasa yang mereka kuasai), dan pemahaman budaya (mengacu pada kemampuan siswa untuk memahami budaya atau tradisi di lingkungan pesantren). Rekomendasi praktis diberikan kepada pendidik untuk mengintegrasikan translanguaging ke dalam strategi pedagogis, guna menciptakan lingkungan yang efektif bagi pembelajar multibahasa.