THE POWER OF KNOWLEDGE RELATIONSHIP IN SEXUAL HARASSMENT IN THE PORT AREA OF SURABAYA
Relasi kuasa pengetahuan yang dipahami segelintir masyarakat membawa pembentukan pengetahuan yang terbarukan. Wacana catcalling yang dibungkus dengan kata candaan yang marak di lingkungan publik khususnya tempat kerja, membuat perempuan sebagai pihak liyan merasa dirugikan terutama di ranah masyarakat patriarkis. Berdasarkan data CATAHU Komnas perempuan tahun 2021 pelecehan seksual di ranah publik berada pada angka 181 kasus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap savoir dan menganalisis relasi kuasa pengetahuan karyawan perempuan pada PT.XXX (Persero). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis arkeologi dan genealogi Michel Foucault. Candaan menjadi pengetahuan yang disemaikan (diwacanakan) untuk menerima perbincangan dan tindakan yang bermuatan seksual, bagaimana pelaku melakukan manipulatif atas korbannya melalui candaan yang diciptakan. “Candaan seksual” menjadi materi yang dijadikan biasa hadir dalam pergaulan. Kemarahan dalam candaan harus dikendalikan, karena dalam kemarahan itu justru akan bisa terjadi perusakan keakraban. Karena itu, secara social kemudian dibangun bahwa perempuan tidak boleh marah dalam candaan seksual yang dijadikan sebagai bumbu pergaulan itu. “Bercanda” menjadi kebenaran yang dibangun secara berkelanjutan dalam interaksi bermuatan seksual.
The power relation of knowledge that is understood by a few people leads to the formation of renewable knowledge. The catcalling discourse wrapped in jokes that is rife in the public environment, especially the workplace, makes women as the other party feel disadvantaged, especially in the realm of patriarchal society. Based on data from the CATAHU of the National Commission for Women in 2021, sexual harassment in the public sphere was 181 cases. The purpose of this study was to reveal the savoir and analyze the power relation of knowledge of female employees at PT.XXX (Persero). This study uses a qualitative method with archaeological and genealogical analysis of Michel Foucault. Jokes become knowledge that is sown (discussed) to accept sexually charged conversations and actions, how perpetrators manipulate their victims through created jokes. "Sexual jokes" become material that is used to be present in social interactions. Anger in jokes must be controlled, because in anger it can actually damage intimacy. Therefore, socially it was later established that women should not be angry in sexual jokes which were used as social spices. “Joking” becomes a truth that is built continuously in sexually charged interactions.