Kebudayaan ada karena adanya manusia. Juga manusia
yang menciptakan Kebudayaan dan manusia yang menerapkan
menjadi patokan tata cara, sehingga kebudayaan pasti ada
sepanjang hidup manusia. Peneliti ini meneliti tentang
kebudayaan Suro yang menjadi ritual dan hiburan masyarakat
Desa Wonosari Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang. Dari
pembahasan diatas, maka peneliti menetapkan judul “Tradisi
Suro Gunung Kawi Desa Wonosari Kecamatan Wonosari
Kabupaten Malang Kajian Bentuk, Makna dan Fungsi”. Alasan
peneliti mengambil penelitian tentang tradisi suro yaitu, Karena
di dalam tradisi ini ada kesenian dan ritual-ritual adat, selain itu
juga bisa menjadi salah satu hiburan kang menarik.
Berdasarkan itu, tumbuh tiga rumusan masalah, yaitu (1)
bagaimana awal mula TSGK, (2) Bagaimana struktur TSGK, (3)
Nilai budaya apa yang terkandung didalam TSGK. Berdasarkan
rumusan masalah diatas, tujuan peneliti ini yaitu, (1) untuk
menjelaskan bagaimana awal mula TSGK yang menceritakan
adanya makam Eyang Djoego dan R.M Soedjono, (2) menjelaskan
struktur cerita, (3) menjelaskan nilai budaya yang terdapat
didalam TSGK, (4) menjelaskan kegunaan TSGK, (5) menjelaskan
penemu TSGK di masyarakat. Penelitian ini mempunyai tiga
faedah yaitu, untuk peneliti, pembaca dan masyarakat luas.
Untuk peneliti, penelitian ini bisa di gunakan sebagai sarana
menambah ilmu dan wawasan khususnya di ilmu tradisi tentang
sura. Untuk pembaca, penelitian ini bisa membantu pembaca
untuk untuk salah satu rujukan dari pertanyaan tentang TSGK di
Desa Wonosari Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang. Untuk
masyarakat luas, peneliti ini bisa dijadikan untuk sumbangan
untuk pembelajaran khususnya tentang foklor setengah lisan
yang ada hubungannya dengan kajian bentuk, makna, dan
fungsi. Untuk siswa penelitian ini juga bisa dibuat pembelajaran.
Tentang asal-usul TSGK yang menceritakan adanya kesenian dan
membakar sengkala di Desa Wonosari Kecamatan Wonosari
Kabupaten Malang ini menggunakan konsep yang dijelaskan
Koentjaraningrat (1990:180).
TSGK ini diteliti dengan metode deskriptif kualitatif. Karena
data yang di kumpulkan berbentuk gambar. Pengumpulan data
peneliti dilaksanakan dengan cara wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Rangkaian hasil penelitian ini menunjukan bahwa
TSGK bisa menjadi asset pariwisata di Kabupaten Malang.
Struktur tema utama di TSGK ini segitiga tidak beralas. Nilai
Budaya yang terkandung didalam TSGK ini yaitu (1) nilai
budaya antara manusia dengan Tuhanya, (2) nilai Budaya
berhubungan dengan manusia dengan manusia lainya, (3) nilai
budaya antara manusia dengan masyarakat, (4) nilai budaya
berhubungan antaranya manusia dengan dirinya sendiri.
Sedangkan berdasarkan konsep penggunaan Hutomo,
penggunaaan yang ada didalam tradisi ini antara lain, yaitu :
(1) sebagai sistem proyeksi, (2) sebagai sarana mengesahkan
kebudayaan, (3) sebagai sarana pengajaran anak, (sebagai
hiburan).
Culture exists because of human beings. Also human which creates Culture and humans who apply become a standard procedure, so culture must be there throughout human life. This researcher researched about Suro culture which is a ritual and community entertainment Wonosari Village, Wonosari District, Malang Regency. From the discussion above, the researcher set the title "Tradition Suro Gunung Kawi Wonosari Village, Wonosari District Malang Regency Study of Forms, Meanings and Functions ". Reason researchers took research on the suro tradition, namely, because in this tradition there are traditional arts and rituals, besides that can also be one of the interesting entertainment. Based on that, three problem formulations grow, namely (1) how did TSGK begin, (2) How is the structure of TSGK, (3) What cultural values are contained in TSGK. Based on formulation of the problem above, the objectives of this researcher are, (1) for explain how the beginning of TSGK told the existence of the tombs of Eyang Djoego and R.M Soedjono, (2) explained story structure, (3) explain the cultural values contained x in TSGK, (4) explain the usefulness of TSGK, (5) explain the inventor of TSGK in the community. This study has three useful, that is, for researchers, readers and the wider community. For researchers, this research can be used as a means add knowledge and insight especially in traditional science about sura. For readers, this research can help readers for one of the references to questions about TSGK at Wonosari Village, Wonosari District, Malang Regency. For the wider community, this researcher can be used for donations for learning especially about half-oral fochloria which has to do with the study of form, meaning, and function. For students of this study learning can also be made. About the origin of TSGK which tells about the existence of art and burning sengkala in Wonosari Village, Wonosari District Malang Regency uses the concept described Koentjaraningrat (1990: 180). This TSGK was examined by qualitative descriptive method. Because the data collected is in the form of an image. Data collection researchers carried out by interview, observation, and documentation. The series of results of this study indicate that TSGK can be a tourism asset in Malang Regency. The structure of the main theme in this TSGK is a bottomless triangle. Value The culture contained in this TSGK is (1) value culture between humans and their God, (2) Cultural values dealing with humans with other humans, (3) value culture between humans and society, (4) cultural values related to human being with himself. Whereas based on the concept of using Hutomo, the use in this tradition includes, among others:
(1) as a projection system, (2) as a means of authorizing culture, (3) as a means of teaching children, (as entertainment).